Satu hal yang kita harus merasa takut, yang membuat kita hati-hati, yaitu menoleh ke belakang. Potensi kita untuk menoleh ke belakang itu besar, yaitu kembali mencintai dunia dan menikmati dunia seperti anak-anak dunia, potensi untuk itu selalu ada. Kuasa kegelapan dalam kecerdikannya akan berusaha bagaimana kita bisa berpaling ke dunia lagi, menikmati dunia lagi dengan segala keindahannya. Seperti contoh, seorang hamba Tuhan yang melayani pekerjaan Tuhan dengan sungguh-sungguh pada waktu dia miskin, tidak memiliki uang atau tidak cukup punya uang, hatinya terarah hanya kepada Tuhan, melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Namun, ketika uang banyak di dalam rekeningnya, dia bisa berubah pikiran. Yang tadinya waktu miskin, mau beli ini tidak bisa, beli itu tidak mampu, tetapi ketika uangnya banyak, ada godaan untuk memiliki sesuatu yang dulu dia ingin memiliki dan membelinya.
Setiap kita pasti memiliki pergumulan hidup seperti ini. Maka, bisa dimengerti mengapa Tuhan Yesus di dalam Lukas 17:32 berkata, “Ingatlah akan istri Lot.” Dia menoleh ke belakang, karena di sana ada harta, ada kenangan-kenangan manis dan indah di dalam hidupnya. Maka, gagallah karya keselamatan Allah di dalam hidup istri Lot. Allah mau menyelamatkan kita, tetapi apakah kita benar-benar bisa selamat atau tidak, itu bukan hanya tergantung Tuhan saja, tetapi juga tergantung kita. Jadi, jangan berkata kalau Allah sudah menentukan kita selamat, sampai ujung mana pun akhirnya selamat. Jangan berpikir begitu. Tuhan berkata, “Ingatlah akan istri Lot!” Artinya, kita harus serius dan hati-hati.
Kita yang harus memiliki langkah-langkah konkret untuk menghindarkan diri dari bencana, yaitu kebinasaan. Kita mohon pertolongan Bapa di surga, agar hati kita terus diubah agar memiliki hati seperti hati Bapa yang mencintai jiwa-jiwa yang terhilang, dan supaya kita tidak memiliki ruangan untuk mencintai apa pun. Kita mohon agar hati kita tidak terarah pada dunia ini dan segala keindahannya. Setan akan terus menunjukkan kepada kita keindahan-keindahan dunia, seperti yang pernah ia tunjukkan kepada Yesus (Luk. 4:5-8, “Kalau Engkau menyembah aku, aku akan memberikan dunia ini kepada-Mu.”). Demikian pula kepada kita, setan akan menawarkan keindahan dunia ini. Bukan tidak mungkin orang-orang yang tadinya mengasihi Tuhan, melayani Tuhan baik-baik, bisa berpaling lagi ke dunia ketika memiliki kesempatan meraih dunia.
Dulu kita kampungan, sekarang jangan kampungan. Kita harus jadi bangsawan. Jangan dulu kampungan, sekarang lebih kampungan, tidak menjadi bangsawan surgawi. Miskin secara materi tidak masalah, tetapi jangan miskin secara rohani. Jangan kaya secara materi, tetapi miskin secara rohani karena memiliki kesenangan-kesenangan dunia. Hobi ini, hobi itu, apalagi hobi-hobi yang bisa menggerus banyak uang. Sejatinya, uang itu bisa kita gunakan untuk pekerjaan Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh menggarap hati kita, membawanya kepada Tuhan, minta pertolongan-Nya, pasti Tuhan akan menolong kita agar kita tidak menoleh ke belakang.
Mata kita harus tertuju terus kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya sampai kita memiliki perasaan takut dan khawatir yang positif supaya kita berhati-hati, yaitu jangan menoleh ke belakang, karena ada potensi untuk menoleh ke belakang. Semua kita punya potensi. Ingat, waktu kita miskin secara materi, kita bisa setia. Ketika kaya secara materi, kita punya uang, bisa berubah pikiran. Kiranya Tuhan menolong kita untuk hanya tetap memandang Dia. Pernahkah kita membayangkan, seandainya puluhan tahun, belasan tahun atau beberapa tahun yang lalu Tuhan tidak melindungi kita, mungkin hari ini kita sedang ada dalam penjara, mungkin sedang berteduh di pinggir jalan karena tidak punya rumah atau di bawah kolong jembatan, tergeletak di rumah sakit atau mungkin dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, ingatlah kalau kita ada sebagaimana kita ada hari ini, kita dapat sehat jasmani rohani, dan kita masih bisa mengabdi, melayani Tuhan, memuji, menyembah Tuhan dengan segala fasilitas hidup yang Tuhan berikan, betapa kita harus bersyukur kepada Tuhan!
Lihat siapa kita dulu. Jika bukan karena Tuhan, kita tidak menjadi seperti sekarang. Jangan lupa diri siapa kita ini sebenarnya. Jangan sombong. Maka, kalau Tuhan memberikan kita keadaan yang baik hari ini, kita harus bersyukur. Tidak menjadi sombong, dan kita juga memiliki beban untuk menyelamatkan jiwa-jiwa bagi pekerjaan Tuhan. Kita mau bergandengan tangan untuk pekerjaan Tuhan. Bukan untuk manusia, bukan untuk seorang hamba Tuhan mana pun, karena semua hanya untuk Tuhan. Kita harus punya nurani dan bertanya kepada Tuhan, di mana dan bagaimana kita mengabdi bersama-sama dengan saudara seiman lainnya untuk memuliakan Tuhan.
Kita harus memiliki perasaan takut dan khawatir yang positif supaya kita berhati-hati, yaitu jangan menoleh ke belakang.