Skip to content

Istimewa di Mata Allah

Di dalam Yohanes 4:24 Alkitab berkata, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Roh itu tidak terlihat dan tidak bisa dijamah. Jadi, jangan berharap kita dapat melihat Tuhan dengan mata jasmani atau dapat menyentuh Tuhan dengan fisik. Tuhan bisa hadir lalu menyentuh kita yang membuat kita gemetar atau kita mendapatkan penglihatan. Allah itu Roh, maka jangan berusaha untuk melihat dan menyentuh Dia. Kalau selama ini kita tidak pernah melihat Tuhan, tidak pernah menyentuh Tuhan atau mungkin tidak pernah merasakan sesuatu secara fisik, jangan merasa kecil hati seakan-akan kita tidak istimewa di mata Allah. Tuhan mengajar kita untuk memercayai Dia walaupun Dia tidak kelihatan. Firman Tuhan mengatakan, “Berbahagialah orang yang percaya walau tidak melihat.” 

Jangan mendengar bisikan Iblis yang membuat kita ragu, “Kamu belum pernah melihat Tuhan, kan? Kamu belum pernah menyentuh Dia, kan? Kamu pun belum pernah disentuh.” Itu bukan suara Tuhan. Itu suara Iblis yang memfitnah Tuhan. Lanjut dia berkata, “Kamu tidak istimewa di mata Allah. Hanya orang yang punya karunia-karunia khusus yang bisa mengalami Tuhan dan diperhatikan Tuhan. Kamu tidak istimewa. Kamu tidak pernah punya pengalaman yang istimewa, yang spektakuler dengan Tuhan.” Jika kita izinkan suara-suara itu terus bergema di pikiran kita, akibatnya kita menjadi tidak percaya dengan benar kepada Tuhan. Lalu, kita tidak memiliki gairah yang kuat untuk berurusan dengan Allah, karena kita merasa sebagai orang yang tidak diistimewakan oleh Allah, merasa tidak berkarunia khusus untuk mengalami Tuhan. 

Apalagi kalau kita menghadapi persoalan yang berlarut-larut tidak ada jalan keluar—keadaan ekonomi yang sulit, sakit tidak kunjung sembuh—hal ini bisa menciptakan mental block. Ibarat prajurit yang belum maju berperang, sudah kalah. Setiap kita itu istimewa di mata Allah. Walaupun kita tidak bisa melihat dengan mata jasmani, kita tidak pernah menyentuh Dia, Dia Allah yang hidup. Apa yang dikisahkan di Alkitab itu bukan dongeng, bukan fiksi, bukan cerita yang dikarang. Itu fakta. Coba kita renungkan, jagat raya ini dalam keadaan kacau-balau, kosong. Lalu Allah memisahkan air yang di atas dengan air yang di bawah. Allah menciptakan langit dan bumi. Allah menciptakan terang, cakrawala, daratan dan lautan. Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan, hewan dan menciptakan manusia. Semua ini ada tidak dengan sendirinya.

Metabolisme tubuh tubuh kita ini, susunan tubuh dengan syaraf-syarafnya, dan kecerdasan fisik kita tidak mungkin ada dengan sendirinya. Sampai hari ini manusia masih menyelidiki, tubuh manusia menyimpan banyak misteri dan rahasia. Ini belum bicara mengenai jagat raya yang tidak terbatas. Ada triliunan planet yang berputar pada orbitnya, tidak tabrakan satu dengan yang lain, karena memiliki orbit sendiri, memiliki kekuatan magnet sendiri. Itu tidak mungkin kebetulan; siklus alam di bumi ini pun sebenarnya juga luar biasa. Semua ini keajaiban, yang bagi banyak orang dianggap biasa. Tetapi para ahli tahu ini luar biasa. 

Kalau kita membaca kitab Keluaran, ada Allah yang membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ke Kanaan, yang membelah laut Kolsom, yang memberi manna secara ajaib. Itu semua menunjukkan Allah itu hidup. Kita menyembah Allah itu. Dialah Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus. Yang mengutus Putera Tunggal-Nya turun ke bumi menjadi manusia seperti kita, mati di kayu salib menebus dosa-dosa kita, mengajarkan kebenaran, memberi teladan. Supaya kita hidup seperti Dia hidup, karena Dialah standar model dari manusia yang Allah kehendaki. 

Hari ini, kita harus mulai memercayai Allah yang hidup. Jangan hanya memercayai Allah pada waktu kita ada di gereja. Kepercayaan kita bahwa Allah itu hidup harus setiap saat, supaya jiwa kita dicengkeram oleh penghayatan ada Allah yang hidup. Kalau tidak demikian, kita tidak lebih baik dari orang-orang yang tidak beragama. Kalau kita hanya menghayati Allah yang hidup pada waktu-waktu tertentu saja, maka kita tidak akan sanggup melewati hari dengan segala pencobaannya, juga kecenderungan hati kita yang salah, dan segala tantangan. Kita harus benar-benar ber-Tuhan.

Ber-Tuhan itu bukan sesaat, sehingga kita: Pertama, menemukan tindakan Allah dalam hidup kita. Kedua, takut berbuat dosa, lalu kesucian hidup kita akan bertambah terus. Ketiga, memiliki hati yang teguh, yang kokoh, yang berani, yang tidak takut menghadapi segala keadaan. Tetapi, dua hal ini tidak bisa dipisahkan: hidup yang benar atau kesucian dengan hati yang kokoh. Karena tidak mungkin orang tidak suci, hatinya kokoh. Kalau pun kokoh, pasti kokoh yang lain. Kalau kita menghayati kehadiran Allah di dalam hidup ini, maka hati kita menjadi kokoh dan kuat menghadapi segala keadaan

Walaupun kita tidak bisa melihat dengan mata jasmani, kita tidak pernah menyentuh Dia, Dia Allah yang hidup dan setiap kita itu istimewa di mata Allah.