Saudaraku sekalian yang kekasih,
Kita bersyukur kalau kita bisa melewati hari-hari hidup kita yang panjang ini. Saya berharap Saudara bisa semakin mengalami dan menghayati Elohim Yahweh, Allah semesta alam, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allahnya Musa, dan juga memiliki kegentaran terhadap Allah yang hidup. Ternyata menghayati keberadaan Allah itu tidak sederhana. Tidak bisa kita pelajari hanya duduk di bangku Sekolah Tinggi Teologi atau seminari, tidak cukup hanya menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun, tetapi harus memiliki kerinduan yang kuat untuk bersentuhan dengan Dia. Tentu dimulai dari kesediaan kita untuk belajar kebenaran Firman, mengakui bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah semesta alam. Bagi kita, Allah kita adalah Elohim Yahweh yang mengutus Putra-Nya Tuhan kita Yesus Kristus menjadi manusia yang dalam segala hal disamakan dengan kita dan memikul dosa-dosa kita di kayu salib. Dialah Allah yang hidup.
Memercayai, meyakini bahwa Allah itu ada dengan segala pengetahuan tentang Allah yang ditulis di Alkitab dan yang ditulis oleh para penulis Kristen, tidak cukup membaca itu semua. Harus membaca, sebab itu mutlak, tapi tidak cukup. Namun kita harus mencari Dia, menemui Dia, menemui Allah. Kita harus berani investasikan waktu berjam-jam, berhari, berminggu, berbulan-bulan di hadapan Tuhan. Ketika masih menjadi mahasiswa, saya sudah biasa berdoa selama tiga jam setiap harinya. Itu pun sekarang saya masih harus belajar terus menghayati Allah yang hidup, menghayati Tuhan yang hidup, jatuh bangun, tetap mencari Allah. Kita harus berani mencari Allah, bahwa Dia bukan dongeng, Dia bukan mitos, Dia bukan fiksi yang dikarang, Dia Allah yang hidup. Apa yang diceritakan di dalam Alkitab, itu fakta sejarah, itu historis, itu bukan dongeng.
Dan Allah yang dikisahkan Alkitab, yang ditulis dalam Alkitab adalah Allah yang hidup dan Mahahadir, yang takhta-Nya tidak bergeser sedikit pun, Allah yang tidak berubah. Ini perlu Saudara pahami dengan benar. Kita harus menghayati Elohim Yahweh dengan mencari Dia, berani menginvestasikan waktu kita berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun; sampai kita bisa menemukan sentuhan Allah. Jiwa kita bisa menyentuh Allah atau Allah menyentuh jiwa kita. Yang ini tidak bisa dijelaskan, karena Saudara harus mengalami langsung. Ini tidak bisa diajarkan. Jadi ada hal yang bisa diajarkan dengan kata-kata, tetapi ada yang tidak bisa diajarkan dengan kata-kata. Harus dialami langsung. Melalui doa. Kalau saya berkata berdoa bukan hanya mengucapkan kalimat, menyampaikan permintaan atau memuji, menyembah dengan kata-kata, tapi juga duduk diam menghayati adanya Allah. Ini melatih iman kita, melatih keyakinan yang murni dan tulus, melatih diri kita untuk menghayati Allah yang hidup.
Ini bukan pekerjaan mudah. Orang bisa belajar teologi berjam-jam di perpustakaan setiap hari, tetapi untuk duduk diam tiga puluh menit belum tentu dia sanggup dan ternyata memang banyak yang tidak sanggup. Tetapi Saudara harus belajar sampai sanggup duduk diam mencari wajah Tuhan. Biasanya, kalau seseorang lagi sangat kepepet, baru ia mencari wajah Tuhan. Itu pun hanya karena derai air mata, ratapan, tangisan tetapi dia pada dasarnya tidak membutuhkan Tuhan, dia hanya membutuhkan jalan keluar dari persoalannya. Orang-orang seperti ini sulit menghormati Tuhan, sebab ia berurusan dengan Tuhan hanya karena mau memanfaatkan Tuhan; memanfaatkan kuasa-Nya, memanfaatkan berkat-berkat-Nya. Orang seperti ini tidak kayak masuk Kerajaan Surga. Memang dia tidak ke dukun atau dia tidak pergi ke kuasa lain, tapi ia mencari Tuhan pun dengan sikap hati yang salah. Kalau itu dilakukan oleh orang Kristen baru, tidak salah. Tuhan maklum, Tuhan toleransi, menolerir. Tapi kalau kita yang sudah berpuluh-puluh tahun jadi orang Kristen berurusan dengan Tuhan hanya karena kita membutuhkan pertolongan-Nya, berarti kita bersikap kurang ajar.
Mari kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita memiliki nurani yang bersih, supaya kita bisa menilai orang dengan benar, tidak menghakimi, menghukum. Kalau kita menghayati Elohim Yahweh, kita akan takut akan Allah. Kita tidak akan berani sembarangan tulis sesuatu di media sosial yang dapat membuat gaduh. Kita tidak menghakimi sesama, sekali pun ia bersalah kepada kita. Makanya untuk itu kita harus takut akan Allah. Kita harus mencari wajah-Nya, menghayati kehadiran Allah, dan itu indah sekali. Kita mau dimiliki Allah asalkan kita tunduk, kalau kita hidup suci, dan meninggalkan percintaan dunia. Kita masih bisa menikmati hidup, menikmati pemandangan alam, wisata keluar negeri; tidak salah, punya rumah tidak salah, menikmati kebersamaan dengan teman, makan bersama, tidak salah. Tapi tidak terikat sama sekali. Kita melakukannya bersama dengan Tuhan. Itu yang penting. Ingat, kita semua adalah orang berdosa, maka jangan menghakimi dan menghukum orang lain. Biarlah setiap orang berurusan dengan Tuhannya. Yang penting kita urus diri kita sendiri ada di hadapan Tuhan. Dan harus ingat, semua kita akan menghadap takhta pengadilan Tuhan. Ini harus menggetarkan.
Teriring salam dan doa,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Kita harus menghayati Elohim Yahweh dengan mencari Dia, berani investasikan waktu kita—berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun—sampai kita bisa menemukan dan merasakan sentuhan Allah.