Tuhan mau kita belajar untuk mengerti rahasia kehidupan ini, dimana tidak banyak orang tahu. Sering kali orang memandang hal-hal ini dengan kacamata yang salah, seakan-akan keadaan seperti ini sebuah kemalangan, kutuk, hukuman, lalu minta Tuhan cabut. Padahal, semua itu ada berkatnya. Namun demikian, kita pasti bisa melewatinya. Kita bisa melewatinya dan menjadi dewasa. Tuhan, Hakim yang adil, pasti akan menghakimi. Setiap orang akan menuai apa yang dia tabur. Orang-orang yang memperlakukan kita dengan jahat, akan menuai apa yang dia tabur.
Kita tidak usah berharap, dan memang tidak boleh kita berharap mereka mendapat celaka, mengalami musibah atau malapetaka, sehingga kita bisa membuktikan bahwa Allah itu memang di pihak kita. Orang-orang di sekitar kita juga bisa mengatakan memang kita orang baik, orang benar. Tapi, itu tidak perlu. Kalaupun semua orang tetap mengatakan kita salah, kita buruk, kita tidak layak dihormati, sekalipun orang yang menindas kita tidak mendapat celaka malah seperti diberkati, tetaplah kita setia kepada Tuhan. Sebab, ada perhitungannya nanti di kekekalan.
Di dalam satu pernyataan pemazmur di Mazmur 73 dikatakan, “Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,” Mazmur 73:16. “Ketika aku melihat orang fasik, orang jahat, kenapa mereka makmur, subur, sehat? Seperti diberkati. Ketika aku bermaksud mengetahuinya, itu menjadi kesulitan di mataku. Sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah dan memperhatikan kesudahan mereka.” Lihat akhirnya, lihat kesudahannya. “Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kau taruh mereka. Kau jatuhkan mereka, sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata. Lenyap, habis oleh karena kedahsyatan. Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kau pandang hina.”
Rupa mereka dipandang tidak hina, dipandang mulia, dan terhormat di mata manusia, tetapi hina di mata Allah. Tetapi hendaknya kita tidak demikian. Dalam keadaan terpuruk atau tertindas, kita tetap menjadi orang-orang yang setia kepada Tuhan dan terus bertumbuh dalam kedewasaan dan kesempurnaan seperti Kristus. Semakin lama penderitaan yang kita alami, ternyata semakin cemerlang kehidupan rohani kita. Karenanya, salah satu yang membuat hati kita menjadi kokoh dan kuat dalam menghadapi keadaan-keadaan seperti itu adalah kita harus memandang hidup ini dari kacamata kekekalan.
Kalau kita memandang hidup dengan kacamata kefanaan, kita akan desperate, akan merasa miserable; prihatin, menderita, serta malang. Kita harus melihat itu dengan kacamata kekekalan, sebab penderitaan yang kita alami beberapa belas bahkan beberapa puluh tahun, tidak ada artinya jika dibanding dengan kekekalan nanti. Dan Tuhan itu tidak bisa kompromi, artinya manusia yang tidak berkualitas, tidak mungkin masuk Kerajaan Surga menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Tuhan tidak bisa toleransi di sini. Hanya orang-orang kudus, orang-orang saleh yang bisa menjadi mempelai Tuhan Yesus Kristus.
Kalau Tuhan Yesus berkata, “kamu harus sempurna seperti Bapa,” itu harus, tidak bisa tidak. Berarti: pertama, kita harus melakukan kehendak Bapa. Itu harus, mutlak, absolut, tidak bisa tidak. Tuhan tidak toleransi dalam hal ini. Lalu yang kedua, bahwa perubahan hidup untuk menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, itu harus melalui proses. Proses yang bertahap, proses yang bertahap gradually; bertahap, step-by-step; langkah demi langkah, tangga demi tangga. Tidak bisa seketika. Di sini dibutuhkan perjalanan waktu. Jadi, tidak bisa seseorang dalam sekian bulan menjadi sempurna. Harus melalui proses.
Lalu yang ketiga, di dalam proses itu, Tuhan membutuhkan peristiwa atau kejadian yang harus dialami oleh anak-anak-Nya yang mau diproses. “Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.” Allah bekerja dalam segala hal. Jadi, melalui segala hal. Tidak bisa tidak, melalui segala hal. Allah membutuhkan segala hal; itu peristiwa. Peristiwa atau keadaan atau kejadian dimana kita ditindas, itu perangkat Allah. Itu instrumen Tuhan, itu sarana Tuhan, itu media Tuhan untuk menyempurnakan kita.
Jadi ingat, Allah tidak dan memang tidak bisa kompromi. Allah memiliki tatanan dan hukum yang harus ditegakkan. Allah tidak bisa toleransi terhadap hal yang bertentangan dengan tatanan-Nya. Allah bisa bertoleransi ketika memberi kesempatan seseorang untuk bertumbuh. Tapi kalau akhirnya tidak didapati melakukan kehendak Bapa, Tuhan akan berkata: “Aku tidak kenal kamu.” Allah tidak mengubah kita dengan ajaib, tetapi memakai peristiwa-peristiwa hidup yang kita alami. Itu media Tuhan, itu instrumen Tuhan. Karenanya Allah berkata: “Ia bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan.”
Peristiwa-peristiwa hidup yang kita alami adalah instrumen Tuhan untuk menyempurnakan kita.