Skip to content

Iblis dalam Pikiran

Ada satu pengertian yang salah dan harus diluruskan. Banyak orang berpikir bahwa yang namanya kerasukan setan itu kalau manifestasinya selalu ekstrem seperti mendelik, berteriak-teriak, lalu menjadi abnormal. Misalnya bertelanjang diri, sehingga jadi seperti orang dengan gangguan jiwa. Tetapi di Injil Matius 16, ketika Simon Petrus menyatakan sesuatu yang bukan dari Allah, Tuhan mengatakan: “Enyahlah, Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku. Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tetapi yang dipikirkan manusia,” (Mat. 16:23). Tuhan sebenarnya tidak peduli apa yang dipikirkan oleh Iblis. Tetapi menjadi sebuah masalah yang penting jika apa yang dipikirkan Iblis, juga merupakan sesuatu yang kita pikirkan. 

Ketika Tuhan berkata, “Enyahlah, Iblis,” Dia menunjuk ke arah Simon Petrus. Jadi, Iblisnya ada di dalam Simon Petrus. Tidak menunjuk ke batu atau objek benda lainnya, melainkan ke Simon Petrus. “Enyahlah, Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku,” artinya “kau menghalangi Aku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Bukan apa yang dipikirkan Iblis. Tuhan tidak peduli apa yang dipikirkan Iblis selama itu tidak menjadi pikiran kita. Jadi, kita tidak boleh memikirkan apa yang tidak dipikirkan Allah, karena itu berarti pikiran Iblis. 

Kita harus teliti dan memeriksa diri, apakah yang kita pikirkan itu benar-benar pikiran Allah atau pikiran manusia? Maka, jangan menonton tontonan yang tidak perlu, film-film yang tidak perlu. Acara hiburan yang tidak mendidik, tayangan yang tidak berguna, berita-berita yang tidak penting. Jangan dilihat, sebab itu bisa membangun pikiran Iblis di dalam kita. Terlalu sering atau banyak melihat iklan, kita bisa terpengaruhi. Apalagi kalau memang tidak punya dana untuk membeli sesuatu, tidak perlu melihat iklan produk yang bisa membuat kita mengingini barang tersebut. 

Apalagi kalau lihat film-film yang tidak patut; film porno, film-film yang adegan seronok, beradegan seks, berciuman, dan sebagainya. Itu akan membangun pikiran Iblis. Anak muda misalnya menyaksikan film-film yang ada adegan berciuman, berhubungan badan, itu bisa membuat pikirannya menjadi kotor dan terisi dengan imajinasi yang tidak kudus, sehingga memunculkan hasrat dan keinginan untuk berbuat apa yang dilihat. 

Kaum wanita, biasanya melihat model-model baju. Bukan tidak boleh, melihat model baju yang unik dan menarik. Tetapi, nanti akhirnya hanya meratapi diri, “kenapa aku tidak secantik dia? Kenapa bajuku tidak sebagus itu?” Tuhan mau kita mendengar, melihat, menyerap apa yang baik. Makanya Tuhan berkata, “pikirkan apa yang baik, yang kudus, sehingga mendatangkan pujian.” Jangan memasukkan sesuatu yang dipikirkan manusia, yang berasal dari Iblis. Kalau yang dipikirkan manusia pada umumnya yaitu filosofi dari kuasa kegelapan. Bagi anak Allah, tidak boleh. Ini dalam konteks anak-anak Allah, bukan dalam konteks orang-orang non-Kristen. 

Kita harus menjadi bejana Tuhan, sebab tuntutan untuk orang percaya itu sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Standar orang Kristen yaitu “hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Itu baru namanya rohani. “Lalu bagaimana dengan orang di luar Kristen?” Itu bukan urusan kita dan tidak perlu dibahas. Kita hanya membahas diri kita yang telah dibeli oleh Tuhan Yesus dengan harga yang lunas dibayar. Kepada kita Tuhan berkata: “kamu bukan milik kamu sendiri. Kamu harus menjadi bait Roh Kudus.” Kalau kita menjadi bait Roh Kudus, artinya seluruh hidup kita harus dipenuhi oleh Roh itu. Bukan hanya tangan, kaki, mata, tetapi juga jiwa, pikiran, hati kita yang dipenuhi Roh Kudus. 

Kita sering berkata: “Tuhan, penuhi aku dengan Roh Kudus,” lalu kita bingung, mengapa rasanya tidak penuh-penuh? Masalahnya bukan terletak pada Roh Kudus. Masalahnya ada pada kita. Sebab, kita tidak mau mengosongkan bejana hati. Kita tetap saja memasukkan apa yang bukan dari Allah. Kalau kita memasukkan apa yang bukan dari Allah, berarti kita tidak memberi tempat bagi Tuhan tetapi memberi tempat bagi dunia. Malaikat-malaikat juga malas mengikuti orang percaya yang mulut dan pikirannya jorok, apalagi hidup dalam dosa. Kalau kita hidup suci, tegangan kita pasti menjadi tinggi. Kalau ada pikiran kotor sedikit saja, langsung akan terasa tidak sejahtera.  

Apa pun yang kita pikirkan yang membuat kita tidak bisa menjadi rohani, apa yang kita pikirkan yang membuat kita tidak bisa menjadi serupa Yesus, apa pun yang kita pikirkan yang membuat kita tidak bisa berkata: “hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup dalam aku,” itu Iblis. Kita harus memeriksa semua keinginan dan rencana-rencana kita, sehingga betul-betul sesuai dengan pikiran Allah.

Tuhan tidak peduli apa yang dipikirkan Iblis selama itu tidak menjadi pikiran kita.