Takut akan Allah membuat kita menyelesaikan setiap kebiasaan salah, sekecil apa pun, sehalus apa pun kesalahan itu. Terlihat nyata, setiap orang yang takut akan Allah dan menghormati Dia, dan yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati Dia. Banyak di antara kita tidak sadar, sudah menerima pengampunan dosa tetapi masih saja menabur dosa dan melakukan kesalahan tanpa menjaga perasaan Tuhan. Ini orang yang tidak takut akan Allah. Kita celaka kalau terus-menerus begini. Kita harus berhenti dari segala perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Kalau kita berhenti berbuat dosa, berarti kita sedang mau menuai akibat taburan masa lalu kita, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang melekat di dalam daging dan di dalam jiwa kita. Menuai berarti kita menanggulangi kebiasaan-kebiasaan yang Tuhan tidak kehendaki.
Ini perjuangan berat. Mengapa harus begini? Karena kita manusia. Kita punya risiko kehidupan yaitu terpisah dari Allah atau bersama dengan Allah? Jadi, jangan berpikir penebusan oleh karya Kristus membuat kita otomatis menjadi anak Allah yang bersama dengan Dia. Iblis telah menyesatkan banyak orang, sehingga kita menganggap hidup ini murahan. Kalau menganggap hidup ini murahan, kita juga menganggap Allah murahan, dan tidak menghormati Tuhan secara patut. Kalau Tuhan mengingatkan kita mengenai kebenaran ini, kita mau berubah. Kita mau bertobat, selagi masih ada kesempatan.
Tuhan mau kita benar-benar merespons dan melakukan tindakan konkret, serta tidak menunda. Mungkin hanya tinggal satu kali kesempatan, satu kali peringatan. Bukan tidak mungkin, ini bisa merupakan peringatan yang terakhir untuk kita. Jangan menabur dosa lagi, tetapi kita harus menuai akibat kesalahan masa lalu kita. Kebiasaan-kebiasaan yang menyatu di dalam daging dan di dalam jiwa kita. Kita mau menyelesaikan, dan itu orang-orang yang takut akan Allah.
Demikian kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Tuhan. Seperti Bapa sayang anak-anak-Nya, Dia sayang pada kita. Bukan hanya memberikan Putra Tunggal-Nya, Dia juga memberikan Roh-Nya sendiri dalam diri kita. Roh Kudus, yang menjadikan tubuh kita bait-Nya supaya kita digarap Tuhan. Tahukah kita bahwa kehidupan orang Kristen atau kehidupan umat pilihan itu seperti kehidupan Adam dan Hawa? Manusia yang menjadi keturunan Adam dan Hawa, tentu semua manusia yang bukan umat pilihan, hanya memiliki opsi berbuat baik atau jahat. Mereka belum masuk dalam rencana dikembalikan ke rancangan Allah semula.
Tuhan memberi hukum, dan mereka harus memilih: mengikuti hukum Tuhan untuk menjadi manusia yang baik, yang mengasihi sesama seperti diri sendiri, atau tidak. Karena mereka semua ada di bawah hukum dosa. Hukum dosa; kemelesetan. Mereka tidak bisa hidup tepat seperti yang Allah kehendaki, dan mereka tidak dituntut untuk itu. Tetapi bagi orang percaya, dibawa lagi ke suasana pilihan Adam dan Hawa. Manusia yang dikembalikan ke rancangan Allah semula, yang dimungkinkan untuk bukan saja segambar tetapi serupa dengan Allah. Orang-orang yang memiliki pilihan, bukan hanya baik, tetapi juga sempurna.
Orang di luar umat pilihan dapat memilih baik atau jahat. Tetapi kita memiliki satu pilihan lagi: sempurna. Kita ditantang untuk memilih pohon kehidupan yaitu Tuhan sendiri, atau pohon pengetahuan yang baik dan jahat, yaitu suara dunia, sementara kita memiliki keadaan sebagai manusia yang telah hidup di bawah hukum dosa. Hukum dosa, bukan hukuman dosa. Hukum dosa; keberadaan kita yang serba meleset, tidak mampu melakukan apa yang tepat seperti Allah kehendaki karena kebiasaan-kebiasaan dosa yang kita lakukan. Memang, ada orang-orang Kristen yang dari kecil di lingkungan baik dan menjadi orang baik. Tetapi lebih banyak orang Kristen yang telah terbawa oleh suasana dunia, di mana dagingnya dan jiwanya telah merekam nafsu-nafsu, ambisi yang jauh dari standar kesucian Allah.
Bapa di surga mengirim Putra Tunggal-Nya, mengampuni dosa kita, menganggap kesalahan yang kita lakukan itu tidak ada. Terhapus oleh darah Yesus. Tetapi kodrat dosa itu melekat dan tidak otomatis hilang. Oleh Roh Kudus, kita dibawa kepada seluruh kebenaran. Firman yaitu Injil, menguduskan. Yohanes 17, “firman-Mu adalah kebenaran. Kuduskan mereka dalam kebenaran.” Kita berpotensi untuk dikembalikan ke rancangan Allah semula ini. Ini risiko yang lebih tinggi dari risiko orang yang bukan umat pilihan. Karena kepada kita, Tuhan Yesus tegas berkata: “kamu harus sempurna seperti Bapa.” Jika dibahasakan dengan kalimat lain yang tidak berubah maknanya adalah “kamu harus segambar dan serupa dengan Bapa.”
Kita harus memilih: kehidupan atau kematian. Menjadi sekutu Tuhan atau seteru Tuhan. Tanggung jawab yang pernah dipikul Adam dan Hawa memilih hidup atau mati, sekarang teraplikasi dalam hidup kita. Makanya, kita tidak bisa hidup wajar. Frekuensi kita berbeda. Hal ini harus kita dengar, mengerti, dan terima. Kita bukanlah seperti orang-orang beragama pada umumnya, yang diarahkan sekadar menjadi baik. Memang agama tidak mengajarkan kejahatan. Semua agama mengajarkan kebaikan, termasuk Kekristenan yang dimodifikasi yaitu cukup membuat orang bergereja, menjadi baik. Tetapi Kristen yang sejati hendak mengembalikan manusia kepada Allah, di mana tubuh manusia menjadi bait-Nya sehingga bisa hidup dalam persekutuan dengan Bapa.
Hukum dosa adalah keberadaan kita yang serba meleset, tidak mampu melakukan apa yang tepat seperti Allah kehendaki karena kebiasaan-kebiasaan dosa yang kita lakukan.