Keselamatan merupakan usaha Tuhan dalam proses yang bertahap untuk mengembalikan umat pilihan, karena tidak semua orang mendapat kesempatan menjadi umat pilihan. Dikembalikan ke rancangan Allah semula, dimana dalam proses yang bertahap itu, umat pilihan harus memberi respons yang memadai. Jadi, di dalam keselamatan terdapat unsur-unsur penting yang harus kita pahami. Unsur pertama dalam keselamatan adalah tindakan Tuhan memberi anugerah kepada manusia melalui penebusan oleh darah Yesus, supaya manusia itu dibenarkan walaupun belum benar; justificatio, justification. Dianggap benar, dibawa kepada Allah. Hanya oleh darah Yesus. Tidak ada cara lain untuk itu. Darah binatang hanya simbolik. Itu tindakan profetik, artinya tindakan nubuatan. Darah yang sesungguhnya adalah darah Yesus.
Unsur kedua, meterai Roh Kudus. Sejak inilah proses keselamatan baru berlangsung. Jangan berhenti. Sayangnya, banyak orang Kristen yang merasa sudah selamat berhenti sampai di pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Padahal, justru sejak inilah orang Kristen harus berjuang. Namun, harus kita tegaskan dulu bahwa prinsip keselamatan hanya dalam Kristus itu mutlak. Tidak ada keselamatan di luar Kristus. Tidak ada. Ini kemutlakan yang tidak bisa ditawar. Tentu “keselamatan” di sini maksudnya dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula. Di dalam Alkitab, kita menemukan ayat-ayat yang jelas menunjukkan bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus, dan itu harga mati (Kis. 14:12; Yoh. 14:16). Tidak seorang pun bisa menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, tidak seorang pun bisa menjadi anak-anak Allah, tidak seorang pun bisa menjadi serupa seperti Yesus, kecuali melalui Yesus. Makanya Tuhan berkata, “Aku datang untuk memberi zoe; hidup, supaya mereka memiliki dalam kelimpahan.” Kelimpahan bukan dalam arti banyak, bukan dalam arti kuantitas, melainkan dalam arti kualitas; very high in quality. Keselamatan manusia berangkat dari inisiatif Allah. Ini mutlak.
Unsur ketiga dalam keselamatan adalah proses bertahap. Keselamatan itu bukanlah suatu peristiwa sekejap. Keselamatan tidak boleh digambarkan sebagai suatu titik, melainkan seperti garis panjang; linear. Proses yang bertahap, sebuah progresivitas, perkembangan atau pertumbuhan seperti organisme hidup. Sebab kita adalah organisme hidup yang terus mengalami proses. Makanya ada pemuridan, ada transformasi; iman itu bertumbuh, sampai pada kesempurnaan (Ibr. 12:2). Keselamatan juga pada umumnya dipahami sebagai dipulihkannya hubungan antara Allah dan manusia. Apakah salah? Tidak. Tapi jangan berhenti di situ. Hubungan dengan Allah merupakan relasi yang bertumbuh bertahap. Tuhan mengingini hubungan kita dengan Allah terjalin secara ideal. Dimana kita mengerti apa yang menjadi beban hati Tuhan, dan kita ikut memikulnya.
Namun perlu diingat bahwa Tuhan tidak mungkin berjalan dengan orang yang tidak bersih hidupnya. Marah sedikit, keluar kata-kata yang tidak patut. Tersinggung sedikit, dendam. Tapi kalau ia seorang Kristen baru, maklum. Tapi kalau kita sudah bertahun-tahun ikut Tuhan Yesus, tidak begitu. Kita mendapat perlakuan orang yang menjahati, kita diam, bahkan kita bisa menangisi mereka. Dulu kita tidak bisa. Diam, tapi dendam. Tapi lambat laun seiring dengan kita bertumbuh, dan menghayati kesucian Tuhan. Apalagi kalau kita banyak berdoa, puasa, duduk diam di kaki Tuhan, dan menghayati kesucian Tuhan, kita mampu. Sampai kita bisa berkata, “Seberapa sih salah orang terhadap diriku? Salahku lebih besar, Tuhan mengampuni.” Jadi jangan kita memandang kejahatannya, tapi kita memandang bahwa ada jiwa yang perlu diselamatkan. Dan lagi, kalau kita mendapat perlakuan jahat orang, di baliknya ada berkat kekal. Karena kalau kita mau menjadi seperti Yesus, kita harus mengalami apa yang dialami Yesus.
Maka, kita harus bertumbuh supaya kita bisa benar-benar mengimbangi Allah. Kita sering berkata, “Tuhan beserta kita,” tapi apakah kita beserta Tuhan? Maksudnya apakah kita memiliki karakter yang bisa mengimbangi Tuhan sehingga kita menyenangkan Dia. Kalau dulu kita beserta Tuhan, itu karena kita mau diberkati, dilindungi, dijaga. Itu sudah pasti. Tapi setelah kita dewasa, kita beserta dengan Tuhan, kita disertai Tuhan, kita menyertai Tuhan karena kita mau menyenangkan Dia; menyenangkan Tuhan. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan orang percaya harus kudus seperti Bapa kudus (1Ptr. 1:16). Lalu dalam 2 Korintus 6:17-18 Tuhan berkata, “keluar kamu dari antara mereka, dan jangan menjamah apa yang najis.” Supaya kita bisa bersekutu dengan Allah. Kita harus nekat. Kita mau hidup sebersih-bersihnya, sekudus-kudusnya, karena kita dulu telah melewati hari-hari dimana kita tidak mau teliti dari hal-hal kecil. Ketika kita tidak teliti dalam hal kecil, maka kita bisa salah dalam hal besar. Sekarang kita mau teliti dari hal kecil, kita mau hidup tak bercacat, tak bercela. Kita berjuang, sebab hanya orang yang hidupnya bersih, dan tidak mencintai dunia, yang bisa pulang dengan Yesus.
Tuhan mengingini hubungan kita dengan Allah terjalin secara ideal, sebab Tuhan tidak mungkin berjalan dengan orang yang tidak bersih hidupnya.