Skip to content

Hologram Tuhan

Pada saat kita membawa diri berada di hadapan takhta pengadilan Kristus, kita baru bisa benar-benar menghayati bahwa hanya Tuhan yang kita butuhkan. Namun bagi orang-orang agnostik, orang-orang yang skeptis terhadap Tuhan, mungkin di ujung maut pun mereka tidak merasa begitu krisis, apalagi mereka yang berkeyakinan bahwa setelah kematian tidak ada kesadaran karena otak tidak berfungsi lagi. Mereka bisa memiliki keberanian memasuki kematian, walaupun tidak bisa dibantah, ada kegentaran di dalam hatinya. Tetapi kalau seseorang sudah menutup mata dan membuka mata kekalnya dan melihat keberadaan kekekalan, baru sempurna kesadaran bahwa yang dibutuhkan itu hanya Tuhan, namun itu sudah terlambat.

Ini bukan mengada-ada. Karena fakta itu akan terjadi, akan berlangsung di dalam hidup kita. Jadi kita bisa simulasi, membayangkan seakan-akan kita sudah ada di momen itu. Dan itu kita mulai sejak sekarang ini, ketika kita belum ada di momen itu. Jangan kita merasa sok akrab-sok dekat, padahal kita tidak dikenal oleh Tuhan. Jadi jauh-jauh hari, sebelum momen itu terjadi atau berlangsung dalam hidup kita. Jangan ketika kita hidup; tubuh, jiwa, roh kita, kita serahkan kepada dunia. Artinya kita menikmati kesenangan-kesenangan yang Tuhan tidak kehendaki atau paling tidak yang Tuhan tidak ikut menikmatinya. Lalu setelah meninggal dunia, barulah kita berkata: tubuh, nyawa, roh dan jiwaku kuserahkan pada-Mu; licik itu. Dan pasti bencana ketika kita ditolak oleh Tuhan. 

Pada waktu tidak ada masalah, waktu keadaan baik-baik, orang tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan, tidak berjuang untuk hidup suci, tidak berjuang untuk meninggalkan percintaan dunia dan mengembangkan cintanya kepada Tuhan. Tetapi begitu meninggal dunia atau ketika dalam persoalan-persoalan berat, baru ia berseru kepada Tuhan. Itu yang pada umumnya terjadi dalam hidup kita. Kita tidak mau melakukan kebodohan itu. Orang melihat kita konyol, memang tidak mengucapkannya, tetapi dalam hatinya mereka berkata: “Fanatik banget sih!” Namun, yang kita khawatirkan adalah pada suatu hari nanti di kekekalan orang berkata, “Kenapa kalian tidak paksa saya ikut kalian waktu itu? Kenapa kalian tidak terus terang waktu itu?” 

Saat ini kita melihat satu fenomena di mana orang disempurnakan kejahatannya, kebenciannya, oposisinya. Suatu saat ia tidak bisa berkata apa-apa, ketika ia terbuang ke dalam api kekal. Ia sudah sempurna memilih jalannya. Sehingga ia tidak bisa berkata: “Kenapa kamu tidak paksa saya?” Sejatinya, mereka sudah berada di posisi kejahatan yang matang sejak di bumi. Jadi, yang penting adalah kita berlomba—walaupun tidak ada perlombaan yang secara eksplisit terlihat—mencari dan menemukan Tuhan. Ayo, siapa yang menemukan Tuhan? Kita masuk ruang doa, asah batin kita, kembangkan sayap doa dan terbang tinggi terus menghampiri Tuhan. 

Tidak mudah memercayai Allah yang tidak kelihatan, apalagi memiliki perjumpaan dengan Tuhan. Kalau orang seakan-akan telah menemukan Tuhan dengan doa yang begitu lancar, dengan penjelasan yang begitu fasih tentang Tuhan, itu adalah Tuhan di dalam ilmu, dalam fantasi, dalam pikiran. Itu hologram Tuhan. Tuhan jangan diperlakukan seperti hologram. Orang bisa menciptakan hologram yang bagus dalam buku, seminar, ceramah, argumentatif, bukan faktual, tetapi Tuhan mau kita menemukan-Nya secara riil. Salah satu yang akan menjadi pemicu adalah dengan mensimulasi momen seakan-akan kita sudah berada di hadapan pengadilan-Nya. Dan itu pasti terjadi. Siapkah kita? 

Sejatinya, hal ini akan membuat kita berusaha menemukan Tuhan, melakukan kehendak-Nya, mengerti apa penilaian Tuhan terhadap diri kita. Jangan sampai kita terlambat! Sekarang ini kita mulai. Sebab ada waktu di mana Tuhan tidak bisa ditemui lagi; Yesaya 55:6, “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” Simulasi-simulasi itu membuat kita takut akan Dia dan menggiring kita kepada kesucian. Karena terus terang, kita bisa saja menoleh ke belakang. Tanpa kita sadari, kalau dulu cari kehormatan di dunia sekuler, sekarang cari kehormatan di gereja. Kalau dulu mau memiliki harga diri di luar gereja, sekarang di lingkungan pelayanan. Kalau dulu mencari uang di luar gereja, sekarang mencari uang di dalam gereja.

Makanya, kita harus berani berkata, “Tuhan aku bersedia tidak mengingini apa pun.” Jadi, ketika ada di hadapan Tuhan Yesus, di hadapan Allah Bapa, kita sudah bersih. Simulasi tersebut membuat kita bisa meninggalkan dunia. Dan yang paling dahsyat, kita rindu bertemu Tuhan. Maka kita harus berjuang lebih dari hari-hari kita yang lalu. Jangan sampai terlambat.

Orang bisa menciptakan hologram yang bagus tentang Tuhan dalam buku, seminar, ceramah, argumentatif tetapi Tuhan mau kita menemukan-Nya secara riil.