Banyak allah, banyak ilah yang diperkenalkan dan dipromosikan oleh banyak orang dan oleh banyak agama di dunia ini. Menurut Alkitab yang kita percayai, Allah yang benar adalah Allah Israel yang dinyatakan dalam Mazmur 73, yang menyatakan diri sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, yang nama-Nya Yahweh. Tidak semua umat pilihan atau orang yang diberi kesempatan mendengar Injil itu pasti masuk surga. Alkitab jelas mengatakan banyak yang dipanggil, tetapi tidak semua masuk surga. Ada orang-orang yang menyebut Yesus sebagai Tuhan, tetapi ditolak. Mengapa? Karena tidak melakukan kehendak Bapa. Umat pilihan dipersiapkan untuk dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah yang akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus di langit baru bumi baru. Karenanya, kita tidak boleh dan memang tidak bisa membanding-bandingkan kehidupan umat pilihan yang diproyeksikan sebagai anak-anak Allah yang dimuliakan bersama Yesus, dengan mereka yang bukan umat pilihan.
Jadi, sejatinya kita dapat membuat orang yang bukan umat pilihan Allah mengenal kebenaran melalui perilaku kita, sehingga walaupun mereka tidak menjadi umat pilihan, mereka tidak memusuhi Tuhan Yesus. Jangan membuat mereka sampai menista Yesus karena perbuatan kita. Tapi sebaliknya, biarlah mereka “memuliakan Tuhan;” tidak menyerang dan tidak memusuhi. Sebab, orang yang tidak memusuhi kita, ada di pihak kita. Tuhan yang berkata, “orang yang tidak melawan kamu, di pihak kamu.” Kita harus membuat orang di pihak kita, dengan perbuatan baik. Sehingga, mereka bisa menjadi manusia yang mengasihi sesamanya seperti diri sendiri, karena kita menunjukkan kasih kita kepada orang yang tidak seagama. Hal ini memungkinkan mereka bisa masuk surga sebagai anggota masyarakat Kerajaan Surga.
Coba kita renungkan, apa artinya seorang Kristen yang menyerang agama lain dengan menunjukkan bahwa Allah yang disembahnya lebih atau paling benar, tapi kelakuan orang Kristen tersebut tidak menunjukkan keagungan sebagai anak-anak Allah; tidak menunjukkan keagungan Allah yang disembah? Mestinya hidup kita benar-benar menjadi khotbah di manapun kita berada, agar kita dapat menjadi berkat di tengah-tengah masyarakat. Ironis, kadang-kadang jangankan kepada orang non-Kristen, kepada sesama orang Kristen pun banyak yang berlaku bengis. Di sini kita menemukan betapa jauh melesetnya banyak doktrin yang kelihatannya sudah final, baku, dan benar, padahal tidak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri. Buktinya, banyak orang Kristen yang hidupnya wajar seperti anak dunia, tidak seperti Yesus. Jangankan jemaat, teolog dan para pendetanya juga hidup wajar-wajar saja. Sekarang kita sadar, kita mau berubah, kita mau bertobat.
Banyak orang Kristen berusaha membela agama Kristen, tetapi tidak menempatkan diri sendiri secara proporsional dengan membangun perilaku yang kudus dan tidak bercela, murah hati kepada orang lain. Orang-orang seperti ini pada dasarnya hanya mau mempermalukan atau merusak nama baik kekristenan, dengan kebengisannya membela kekristenan dengan kata-kata yang kadang-kadang kurang pantas. Bahkan, sering perdebatan dengan orang yang beragama lain, atau membela ajaran yang dipandangnya benar terhadap orang Kristen yang tidak sepaham dengan kata-kata yang tidak patut, hanya untuk mengangkat diri, bukan untuk kesenangan hati Allah. Sejatinya, kalau kita mau membela Tuhan, caranya adalah dengan berbuat baik, hidup tidak bercela, membuat orang bisa berdecak kagum atas perbuatan kita. Inilah wujud pembelaan kepada Tuhan yang benar, bahwa Allah yang benar adalah Allah Israel, dan Yesus Kristus adalah utusan-Nya untuk menebus dosa.
Tunjukkan itu dengan perilaku (perbuatan dan perkataan) yang menjadi bukti kebenaran ajaran dan Allah yang disembahnya. Jelas, Yang Mulia Tuhan kita, Yesus Kristus, berkata, “dari perbuatanmu, kota yang terletak di atas bukit atau Kerajaan Surga dapat dikenali orang.” Hal ini menunjukkan siapakah Allah yang benar, yang memiliki Kerajaan Surga, terlihat dari perbuatanmu. Bagaimana kita mendeklarasikan, kita mengampanyekan, menyerukan, dan menyaksikan bahwa Allah yang benar, Allah Israel, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, yaitu Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus? Perilaku kita. Sebab, kesaksian yang benar dan terbaik bukanlah ucapan, perkataan, atau perdebatan-perdebatan, melainkan perbuatan yang agung yang menunjukkan keagungan Allah yang kita sembah. Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa kita harus sempurna seperti Bapa, dan memiliki kebenaran yang melebihi kelakuan ahli Taurat dan orang Farisi.
Orang Kristen yang kelakuannya tidak berkualitas bukan hanya tidak dapat menjadi saksi dan tidak dapat menjadi utusan, tapi akan ditolak Allah (Mat. 7:21-23). Dan memang untuk itu, orang harus bertekad hidup suci dan bertekad tidak mencintai dunia. Walaupun dalam prosesnya perlu waktu, tapi komitmennya harus ada. Maksud “pengenalan akan Allah yang benar” adalah agar kita memiliki keteguhan bahwa Allah yang benar, yang dipercayai, dan kita sembah, adalah Allah Israel. Dengan pengenalan yang benar, membuat orang percaya tidak akan menyangkal imannya.
Mestinya hidup kita benar-benar menjadi khotbah di manapun kita berada, agar kita dapat menjadi berkat di tengah-tengah masyarakat.