Saudaraku,
Tanpa disadari banyak orang menjalani hidup hanya karena memang harus menjalaninya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, mereka menggulirkan hari hidupnya hanya demi menjalaninya. Hidup seperti ini, kasihan. Sejujurnya, itulah yang dulu kita lakukan. Memang di dalam menjalani hari-hari hidup itu mungkin kita ada di dalam kegiatan gereja atau pelayanan, tetapi arahnya tidak jelas. Dan itu yang terjadi dalam banyak orang.
Mestinya kita menjalani hari dengan satu arah yang jelas. Dan arah hidup kita hanya satu, yaitu Kerajaan Surga. Makin hari kita makin dekat dengan Kerajaan Allah. Semakin hari kita makin masuk ke dalam hadirat-Nya, ke dalam persekutuan dengan Tuhan. Karenanya kita makin hari makin kudus, makin melepaskan dosa, makin meninggalkan ketertarikan kita dengan dunia. Memang tidak bisa satu kali, harus lewat proses. Tetapi kita harus melakukannya dengan serius. Dan inilah yang kita nikmati.
Kalau kita hidup hanya karena kita mau menjalaninya, itu ibarat orang sedang mengadakan perjalanan, maka di sepanjang perjalanan kita akan banyak mampir ke tempat-tempat yang menarik hati. Jangan-jangan sampai menginap. Mestinya kita jangan berhenti, harus terus jalan. Jangan mampir, apalagi menginap. Kalau sudah mampir, menginap, nanti arahnya bisa berubah. Bukannya menuju langit baru bumi baru, tapi dunia yang akan binasa.
Saudaraku, kita yang sudah bersama-sama ada di truth.id, di dalam sinode GSKI, kita mau lebih sungguh-sungguh, lebih all out. Bukan hanya bicara, melainkan kita benar-benar mewujudkan prinsip-prinsip kebenaran yang kita pelajari di GSKI ini dalam kehidupan setiap hari. Memang sangat berat hidup dalam kekudusan, masuk dalam gerakan hidup 24 jam di hadirat Allah. Karena banyak hal yang bisa menarik perhatian kita dan yang membuat kita keluar dari lingkaran hadirat Allah.
Ketika kita sibuk dengan satu hal di mana Allah tidak ikut masuk dalam kesibukan itu, kita keluar dari hadirat Allah; ketika menyenangi sesuatu, melihat sesuatu, menikmati sesuatu, yang Allah tidak ikut menikmati; kita keluar dari hadirat Allah. Dan itu kita sering lakukan. Bersyukur kalau Tuhan garap kita, sehingga makin hari kita makin tidak keluar dari hadirat Allah, sampai kita menutup mata kita tetap berada di lingkaran hadirat Allah.
Saudaraku,
Ini harus kita perjuangkan. Artinya, kita tidak boleh hanya berkata, “ya, amin, saya tahu, saya percaya,” tetapi harus kita perjuangkan. Dan kita harus ingat, ingat, dan ingat terus bahwa kita punya komitmen jalan menuju langit baru bumi baru. Kita harus menembus batas. Kita sudah terlalu lama hidup di dalam ketidakpastian. Sekarang kita mau ada di puncak kutub kekudusan. Kita tidak memilih dunia lagi. Kita sembelih daging kita, walaupun sakit. Kita sembelih nafsu-nafsu dan hasrat kita. Memang berat, tetapi oleh pertolongan Bapa di surga, oleh pertolongan Tuhan kita Yesus Kristus dalam Roh Kudus yang ada di dalam diri kita, kita dimampukan untuk itu.
Kita menjadi manusia lain, manusia yang berbeda dengan manusia yang ada di sekitar kita. Kita menjadi manusia yang benar-benar sedang menuju langit baru bumi baru. Kita benar-benar mewujudkan hidup sebagai seorang musafir. Kalau kemusafiran Abraham waktu itu menempuh jarak, meninggalkan Ur-Kasdim, maka kita menempuh perubahan. Dari satu perubahan ke perubahan berikut dalam pimpinan Roh Kudus yang berkenan kepada Allah.
Kita harus berurusan dengan Allah Bapa dengan sangat serius. Kita harus melepaskan semua hal yang tidak patut kita lakukan, kita lihat, kita dengar, kita baca. Kita mengarahkan diri sepenuh kepada Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh firman, “Pisahkan dirimu dari dunia ini.” Sehingga kita memiliki dinamika hidup yang indah setiap hari. Begitu kita bangun tidur kita berjalan dengan Tuhan dan kita terus hidup di hadirat Allah.
Perjalanan bersama Tuhan itu indah sekali. Kita bukan hanya mengisi hari hidup kita karena memang harus menjalani, tapi kita dalam perjalanan yang benar-benar indah, dinamis, menuju langit baru, bumi baru. Kehidupan yang indah dinamis dengan pengharapan kita akan menyaksikan padang hijau yang tak bertepi membentang, masuk Istana Bapa di surga yang indah. Kalau kita dianggap mungkin kurang waras atau dianggap terlalu fanatik, tidak masalah. Jalani hidup dengan dinamis menuju Kerajaan Surga dan jadikan Tuhan satu-satunya tujuan hidup ini. Dan Tuhan akan tuntun kita bagaimana hidup suci. Dan Tuhan akan tunjukkan proyek-proyek yang menjadi bagian kita sebelum kita menutup mata.
Teriring salam dan doa,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Jalani hidup dengan dinamis menuju Kerajaan Surga dan jadikan Tuhan satu-satunya tujuan hidup ini