Kita harus mulai menetapkan filosofi hidup yang benar, yaitu hidup untuk menemukan Tuhan yang benar, mengenal-Nya dengan baik dan melakukan kehendak-Nya. Jadi, kehidupan selama 70-80 tahun adalah perjalanan untuk melakukan hal itu semata-mata, sampai seseorang menemukan kekasih abadi yang sejati, yaitu Tuhan sendiri. Hal-hal lain, khususnya yang menyangkut kebutuhan jasmani bukanlah sesuatu yang penting (walau perlu), karena tidak memiliki dampak kekekalan. Untuk memiliki hidup yang bermutu ini, seseorang harus berjuang meraih pengenalan akan Tuhan, tidak hanya menggunakan hati semata-mata, tetapi juga menggunakan pikiran. Dari pikiran yang mengenal Tuhan dengan benar, maka seseorang dapat memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan. Hal ini akan tecermin dalam seluruh perilakunya. Contohnya, para tokoh di Alkitab yang menemukan Tuhan melalui wahyu-wahyu khusus atau penyataan-penyataan-Nya.
Mereka belajar mengenal Tuhan melalui pengalaman hidup selama bertahun-tahun (2Tim. 3:16). Pengenalan akan Tuhan yang mereka miliki, mereka bayar dengan harga yang sangat mahal, yaitu seluruh kehidupan. Dari pengalaman hidup mereka, dapat diperoleh kebenaran yang tidak ternilai harganya. Apakah kebenaran itu? Kata kebenaran dalam teks ini adalah alitheia. Kebenaran adalah segala sesuatu yang diajarkan Tuhan Yesus untuk diketahui agar manusia memperoleh keselamatan dari Tuhan atau memenuhi rencana-Nya. Dalam hal ini kebenaran adalah:
Pertama, semua butir-butir ajaran yang diajarkan Tuhan Yesus. Kebenaran adalah seluruh hal yang diajarkan Tuhan Yesus. Di sini, kebenaran adalah bulat atau utuh. Kalau seseorang hanya menangkap sebagian yang diajarkan Tuhan Yesus, berarti belum mengenal kebenaran. Kedua, buah pikiran atau ide yang membuat seseorang mengenal Allah yang benar. Ini adalah ide Allah. Untuk menyerap ide tersebut, seseorang harus menggunakan pikirannya semaksimal mungkin. Mengenal Allah bukan hanya berarti memiliki pengetahuan mengenai Allah, tetapi mengerti kehendak Tuhan apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2). Ketiga, tuntunan yang menggiring seseorang kepada keselamatan dalam Yesus Kristus. Tidak bisa dikatakan sebagai kebenaran, apabila tuntunan atau pembinaan dalam gereja tidak membuat orang percaya memiliki pertumbuhan ke arah kesempurnaan manusia yang dikehendaki oleh Allah dalam seluruh kehidupan.
Untuk ini ada beberapa catatan penting, yaitu: Pertama, seseorang harus memiliki keyakinan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber kebenaran yang tidak perlu ditambah oleh sumber mana pun. Dengan prinsip ini, seseorang tidak memberi peluang terhadap sumber lain, seolah-olah dapat memberi masukan tambahan untuk mengenal kebenaran. Hal ini akan membuat seseorang fokus kepada Alkitab saja (1Tim. 4:13; 2Tim. 3:15-16). Sangat berbahaya kalau kesaksian pribadi seseorang dianggap bisa menjadi landasan iman atau kalau seseorang berkata bahwa ia bisa belajar langsung dari Tuhan. Di sini kewibawaan Alkitab dirongrong oleh oknum yang mengaku bahwa Tuhan mengizinkan seseorang mengabaikan isi Alkitab. Sesungguhnya pernyataan itu muncul dari orang-orang yang malas belajar Alkitab dengan benar. Dengan cara demikian, ia mengesankan bahwa orang percaya tidak perlu kerja keras dalam menggali kekayaan Alkitab.
Kedua, seseorang harus merasa lapar dan haus akan kebenaran. Tanpa kehausan dan kelaparan, seseorang tidak akan dapat dipuaskan (Mat. 5:6). Orang yang haus dan lapar akan mencari dan senantiasa memburu kebenaran. Mereka akan menggunakan kesempatan yang ada untuk menggali isi Alkitab guna menemukan kebenaran. Tuhan menjanjikan orang-orang seperti ini akan dipuaskan oleh Tuhan.
Ketiga, kesediaan untuk meninggalkan percintaan dunia (Luk. 16:11). Orang yang masih tidak benar dalam masalah harta tidak akan dipercayai “harta yang sesungguhnya.” Kata ‘harta yang sesungguhnya’ dalam teks aslinya adalah alithinon (ἀληθινὸν), yang mestinya lebih tepat diterjemahkan ‘kebenaran.’ Orang yang tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, tidak akan dipercayai harta yang sesungguhnya, yaitu kebenaran. Maka, orang yang materialistis tidak akan dapat mengerti kebenaran. Dalam Matius 13:22-23 dinyatakan oleh Tuhan Yesus bahwa percintaan dunia membuat seseorang tidak bisa mengerti Firman Tuhan. Hati manusia hanya bisa diisi oleh salah satu pribadi, Tuhan atau setan (Mat. 6:24).
Keempat, kesediaan untuk meninggalkan dosa. Dalam salah satu kalimat khotbah di Bukit, Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang bersih hatinya akan melihat Tuhan atau mengerti kehendak Tuhan (Mat. 5:8). Ini adalah langkah tersulit. Tetapi tidak bisa ditawar sama sekali. Tanpa kesucian seseorang tidak akan dilayakkan menerima mutiara atau barang yang kudus dari Tuhan (Mat. 7:6). Sebab orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan. Bila kehidupan Kristen seseorang tidak luar biasa (Mat. 5:20), maka berarti ada yang salah dalam hidup kekristenannya tersebut. Apa sebenarnya yang menentukan atau hal paling dominan yang berperan bagi pertumbuhan iman yang benar? Jawabnya adalah pengenalan akan Tuhan.
Kita harus mulai menetapkan filosofi hidup yang benar, yaitu hidup untuk menemukan Tuhan yang benar, mengenal-Nya dengan baik dan melakukan kehendak-Nya.