Saudaraku,
Dalam “Doa Bapa kami,” Tuhan Yesus mengajarkan kalimat “datanglah Kerajaan-Mu,” itu berarti kita dipanggil untuk menghadirkan Kerajaan Allah atau pemerintahan Allah di dalam hidup kita. Memang kita tahu atau mungkin hafal kalimat-kalimat dalam Doa Bapa Kami. Tetapi apakah kita pernah benar-benar memperkarakan bahwa kita telah hidup di dalam suasana Kerajaan Allah itu? Seorang pendeta pun belum tentu serius memperkarakan, apakah ia ada dalam suasana Kerajaan Allah atau tidak. Betapa besar anugerah yang Bapa berikan kepada kita melalui pengurbanan Tuhan Yesus, di mana kita diperkenan menjadi anak-anak Allah, dibawa di hadapan Bapa, dan dibenarkan atau dianggap benar.
Bapa menghendaki kita bertumbuh untuk menjadi dewasa, memiliki pikiran perasaan Kristus, mengerti kehendak Bapa untuk dilakukan. Dan di situlah kita menarik Kerajaan Allah di dalam hidup kita. Di situlah kita menciptakan atau membangun suasana Kerajaan Allah di dalam diri kita. Roh Kudus yang akan menolong kita untuk membangun suasana Kerajaan Allahitu, membangun kehadiran Allah di dalam hidup kita. Di sini dibutuhkan perjuangan. Kalau seseorang tidak peduli, apakah dia hidup dalam suasana Kerajaan Allah atau tidak, maka sampai mati pun dia tidak pernah mengenal Kerajaan Allah itu.
Kerajaan Allah bukan hanya tema yang ada di Alkitab untuk direnungkan, dipikirkan atau didiskusikan, melainkan tema hidup yang harus dihadirkan dan dialami. Hanya orang yang menghadirkan Kerajaan Allah sejak hidup di bumi yang akan masuk Kerajaan itu. Karena dia sudah biasa berada dalam atmosfer Kerajaan itu. Kalau kita bisa membangunnya dalam suatu singkat, itu mudah, Saudara. Tapi ternyata tidak bisa. Seiring dengan perubahan karakter kita yang juga tidak bisa seketika, demikian pula dalam membangun Kerajaan Allah itu. Kalau kita benar-benar berjuang membangun Kerajaan Allah di dalam hidup kita, akan ditandai dengan hal-hal yang nyata, dimanaketertarikan kita terhadap apa pun menjadi pudar. Sehingga kita bisa mengatakan, “Tuhanlah satu-satunya duniaku.”
Memang pada mulanya kita yang harus memaksa diri kita, memalingkan muka kita dengan paksa juga. Tapi lama-lama dengan sendirinya selera jiwa kita akan berubah. Dan kabut kemuliaan kehadiran Allah makin hari akan makin pekat. Kalau kita tidak menghadirkan Kerajaan Allah dengan benar, maka waktu kita menghadapi kuasa gelap atau orang kerasukan setan, kita dapat merasakan bhawa wibawa kita tipis dan lemah. Tapi kalau kita ada di dalam hadirat Allah, kita baru datang setan sudah mundur, melihat kita sudah kaget. Jadi kita harus menghadirkan suasana Kerajaan Allah itu, bukan hanya di gereja, namun justru di dalam kegiatan hidup kita sehari-hari.
Maka kita pasti bisa menghilangkan unsur-unsur dosa di dalam kerja, kegiatan, atau bisnis kita dan lain-lain. Dan Tuhan akan memberikan kecerdasan, bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam standar kekudusan Allah. Kedengarannya ini muluk-muluk dan hanya orang tertentu bisa mengalaminya. Padahal ini standar ini normalnya. Kita harus berambisi kuat untuk bisa menarik Kerajaan Allah di dalam hidup kita. Sampai kita juga bisa merealisasikan apa yang Paulus katakan dalam Kolose 3, “Kamu sudah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.”
Kita hidup di tengah-tengah masyarakat, tapi seperti ada kerudung yang menutupi kita. Kita tidak akan terpengaruhi oleh dunia. Maka kita harus bertumbuh dalam karakter dengan kecepatan tinggi supaya Iblis tidak raih kita. Dan pengaruh apa pun tidak bisa menyentuh kita, dan teman-teman di sekitar kita juga tidak bisa meraih kita lagi. Tuhan ingin kita ada di dalam pemerintahan-Nya. Sebab di luar itu kita binasa. Dan Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa. Makanya, kalau ada hal yang tidak perlu kita lakukan, jangan lakukan.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Kerajaan Allah bukan hanya tema yang ada di Alkitab
untuk direnungkan, dipikirkan atau didiskusikan,
melainkan tema hidup yang harus dihadirkan dan dialami.