Saudaraku,
Kita harus berjuang untuk menghadirkan realitas Allah di dalam hidup kita. Apa yang dikisahkan di dalam Alkitab, mungkin tidak semua bisa kita alami secara riil di dalam kehidupan kita. Namun kita harus percaya bahwa Allah bukan mitos, dongeng, atau fantasi. Dia Allah yang hidup, yang berpribadi, yang nyata, yang kita harus alami. Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memercayai Dia. Dan sebagai jembatan untuk menjangkau Allah dan mengalami Allah adalah:
Pertama, kita harus berani mempercayai bahwa Dia memiliki perasaan dan pikiran. Dan jika Allah memiliki perasaan, kita akan berusaha untuk selalu mempertimbangkan: ‘Apakah yang kita lakukan melukai perasaan-Nya atau tidak?’ Lalu mengapa orang tidak bisa memercayai Allah dan sulit memercayai keberadaan-Nya? Karena mereka tidak mau mempertimbangkan, apakah tindakannya ini sesuai dengan kehendak-Nya; menyakiti hati-Nya atau menyenangkan Dia? Memang Dia tidak kelihatan, memang Dia seakan-akan tidak ada, memang seakan-akan Dia tidak nyata. Tetapi kita harus berani mengambil langkah untuk memercayai yang tidak kelihatan itu. Sampai kita akan terbiasa dengan irama hidup, di mana kita mempertimbangkan yang kita lakukan ini menyenangkan Dia atau tidak.
Kedua, segala sesuatu yang kita pikirkan dan rencanakan harus dikaitkan dengan rencana Allah. Kalau dulu, kita suka-suka sendiri; seperti Petrus muda. Kalau kita masih punya keinginan, cita-cita, ambisi pribadi, maka kita tidak akan pernah memuliakan Allah. Orang bisa berkata, “Masabodo, Dia tidak kelihatan.” Tapi kita mau menghidupkan Tuhan dalam hidup kita. Kita pikirkan ini sesuai rencana Allah atau tidak. Karenanya kita datang kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, ini sesuai kehendak-Mu atau tidak?” Di manapun, kapanpun; setiap kata yang kita ucapkan, yang kita tulis di media sosial, harus kita pertimbangkan dan pikirkan. Apa yang kita rencanakan dan ingini, kita pikirkan dan pertimbangkan apakah sesuai tidak dengan pikiran Tuhan dan rencana-Nya.
Coba lakukan, maka kita akan mulai mengalami Tuhan tahap demi tahap. Memang Tuhan akan membawa kita kepada keadaan-keadaan yang sulit. Sebab tanpa keadaan sulit, Tuhan tidak bisa menunjukkan kemuliaan-Nya. Kalau bangsa Israel tidak dituntun Tuhan ke satu jalan sempit—yang kanan bukit, kiri bukit, dandepan laut—maka mereka tidak akan melihat laut terbelah. Kalau Sadrakh, Mesakh, Abednego tidak mendapat ancaman dapur api, dia tidak melihat kemuliaan Allah. Tapi Tuhan itu luar biasa, dalam setiap masalah yang kita hadapi, dengan kecerdasan-Nya, Ia mengatur bagaimana tahapan-tahapan masalah tersebut membuat kita bertumbuh.
Di tengah-tengah dunia yang skeptis terhadap agama dan Tuhan, kita memercayai Allah kita tidak berubah. Karenanya, Saudaraku, jangan sibuk dengan diri sendiri tapi sibuklah dengan Tuhan. Orang yang sibuk dengan diri sendiri, tidak akan pernah disibukkan dengan Tuhan. Dan orang yang sibuk dengan diri sendiri tidak akan pernah mengalami Tuhan. Dia harus belajar sibuk dengan Tuhan. Supaya Allah bisa memercayakan pekerjaan-pekerjaan-Nya, dan kita diikutsertakan di dalam pekerjaan-Nya. Dari pekerjaan kecil sampai pekerjaan besar, dari pekerjaan yang kurang beresiko sampai pekerjaan yang beresiko tinggi. Jadi, dari mempertimbangkan setiap perbuatan kita dengan perasaan-Nya, kita mulai tidak sibuk dengan diri sendiri, kita sibuk dengan Tuhan.
Saudara bisa menjadi saluran berkat Tuhan, menjadi orang-orang yang luar biasa. Jadi setiap tindakan dan perbuatanmu, pikirkan perasaan Tuhan. Setiap rencana dan cita-citamu, pikirkan rencana Tuhan dalam hidupmu. Dari perkara kecil, Tuhan akan percayakan kita perkara besar. Memang bagi orang-orang tua kadang-kadang kita berpikir, nyaris terlambat. Tapi percayalah, Tuhan masih memberi kesempatan. Kita mau terbang tinggi. Kita berjanji untuk tidak mencintai dunia, hidup suci tak bercacat tak bercela. Waktu akan membuktikan dan terutama nanti di Langit Baru Bumi Baru. Kita tinggalkan masa lalu dan semua yang membuat kita pahit dan dendam. Kita mau menatap ke depan, memasuki tahun baru yang menjelang.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Kita harus berjuang untuk menghadirkan realitas Allah di dalam hidup kita.