Saudaraku,
Ada satu sikap yang salah yang dimiliki oleh banyak orang, yaitu mereka merasa puas dengan pengalaman rohani yang telah dicapainya; merasa puas dengan kehidupan iman yang telah dimiliki; merasa puas dengan Tingkat kerohanian yang telah dia capai. Godaan seperti ini semua kita miliki. Dengan bersikap seperti ini, seakan-akan Tuhan tidak memiliki bahan lagi untuk dikenali, seakan-akan Tuhan tidak memiliki lagi berkat rohani yang dapat diberikan. Dampak dari kesalahan ini mengerikan, Saudaraku. Kita harus menghayati bahwa kita adalah organisme yang hidup. Ya, hidup kita ini sebuah organisme iman, organisme rohani yang tidak boleh statis. Harus progresif, harus bertumbuh terus di dalam iman.
Bicara soal progresivitas, saya harus menyampaikan kepada Saudara-saudara sekalian bahwa hidup kekristenan kita tidak boleh berhenti, harus bertumbuh. Tuhan mengizinkan ada banyak hal yang terjadi dalam hidup kita yang bisa memadamkan api, gairah, api semangat kita bertumbuh, dan seakan-akan Tuhan toleransi terhadap keadaan kita itu. Entah karena masalah ekonomi, atau masalah kesehatan, entah karena masalah rumah tangga, dan lain sebagainya. Seakan-akan dengan masalah yang mendera hidup kita, maka kita seperti ditolerir oleh Tuhan kalau kita tidak bertumbuh. Jadi kalau pengalaman kita dengan Tuhan tidak progresif lagi, seakan-akan Tuhan menolerir itu. Mestinya, justru situasi hidup yang kita alami harusnya menjadi pemicu atau penggerak kita bertumbuh terus atau bahkan bisa lebih cepat bertumbuh dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Tuhan menyediakan berkat rohani, berkat pertumbuhan iman, kedewasaan rohani, sama dengan kesempurnaan, sama dengan kesucian hidup, sama dengan kehidupan yang tak bercacat cela, sama dengan kodrat ilahi, dan pertumbuhan kodrat Ilahi kita tidak boleh berhenti, sepanjang umur hidup kita, sampai kita menutup mata. Ada banyak wilayah atau kawasan rohani yang mestinya kita masuki, atau kita harus bergerak ke level yang lebih tinggi. Maka jangan merasa puas karena Saudara sudah memiliki pengalaman rohani tertentu, telah memiliki perjalanan iman tertentu. Godaan ini besar, khususnya atas hamba-hamba Tuhan yang telah berprestasi di dalam pelayanan. Dia merasa bahwa prestasi yang telah dicapai cukup membuat ia bisa memiliki kehidupan yang dibawa terus sampai kepada kematian.
Setan menipu banyak orang, Saudaraku. Kalau seseorang sudah berhenti dari pertumbuhan iman, maka ia pasti memiliki fokus kepada yang lain. Di sini kita harus memiliki tekad yang kuat, yang terus kita update. Apa pun tidak boleh menjadi kesenangan kita, termasuk di dalamnya pelayanan. Pelayanan pun tidak boleh membuat kita merasa puas diri bahwa kita telah melayani Tuhan. Jangan kita juga merasa puas dengan kesucian yang telah kita capai, Saudaraku. Moralitas hidup yang telah kita capai, bukan tidak mungkin adalah moralitas kita sudah tinggi dibanding orang lain, tetapi yang kita mau capai bukanlah moralitas, namun bagaimana kita bisa menjangkau perasaan Tuhan.
Moralitas bukanlah standar kesucian kita. Standar kesucian kita adalah Tuhan sendiri, yaitu bagaimana dalam segala hal yang kita lakukan itu benar-benar sinkron dengan pikiran dan perasaan Allah. Kalau orang beragama, yang dilihat itu hukum. Dia bergaul dengan hukum, dia bersentuhan dengan hukum, bersentuhan dengan agama. Dan bukan tidak mungkin orang-orang seperti ini bisa fanatik terhadap agamanya, fanatik terhadap hukumnya. Tetapi di dalam kekristenan, hukum kita itu Tuhan. Yang kita intip itu perasaan Tuhan, yang kita lihat itu pikiran Tuhan. Dan dinamika hidup ini akan terus bergerak dan berubah.
Teriring salam dan doa,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Kita harus menghayati bahwa kita adalah organisme yang hidup,
maka kita harus mengalami progresivitas;
harus bertumbuh terus di dalam iman.