Skip to content

Hidup dalam Penurutan

Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” 

Sebagian besar orang Kristen setuju, ayat ini dipahami bahwa kalau seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka dia menjadi anak-anak Allah. Hal ini sudah menjadi pengertian umum yang sudah final, yang mendarah daging dan merasuk di dalam jiwa hampir semua orang Kristen. Jadi, tidak heran kalau orang ke gereja atau menjadi Kristen, otomatis ia sudah mengaku sebagai anak Allah. Pertanyaannya, yakinkah kita kalau suatu hari ketika meninggal, kita diakui oleh Allah sebagai anak-anak-Nya? Coba kita perkarakan hal ini dengan serius. Apakah Allah mengakui kita adalah anak-anak-Nya? Jangan anggap remeh hal ini.

Yesus berkata, “Berjuanglah masuk jalan sempit. Karena banyak orang berusaha masuk, tetapi tidak masuk.” Tuhan Yesus berkata ketika ada orang bertanya, “Sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Pernyataan Tuhan menunjukkan bahwa masuk surga itu tidak mudah. Setan yang membuat pikiran seseorang sesat, dengan asumsi bahwa masuk surga itu mudah. Karena seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, lalu otomatis ia menjadi anak-anak Allah. Setelah menjadi anak-anak Allah, diakui oleh Allah sebagai anak-Nya karena menerima Yesus, lalu masuk surga. Jadi merasa memiliki privilege atau hak istimewa untuk masuk surga karena beragama Kristen. 

Kita harus punya darah kehidupan Allah di dalam diri kita. Tidak ada jalan lain kecuali menyerap firman. “Firman” di sini adalah suara Tuhan yang menuntun seseorang sehingga memiliki gen-Nya Allah, menjadi teknon (anak) Allah. Tidak bisa terjadi atau berlangsung melalui sekolah teologi. Tidak cukup. Tidak bisa terjadi hanya karena rajin gereja, menjadi anggota gereja. Namun, kita harus dipimpin Roh Kudus. Roh Kudus akan melatih kita bagaimana menjadi anak-anak Allah. Tentu di dalam Alkitab, kita juga dapat menemukan jejak Allah; tindakan dan perbuatan Tuhan dalam hidup tokoh-tokoh iman, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Di dalam sejarah ada perkataan-perkataan Tuhan untuk orang-orang pada zaman itu. 

Tetapi, dari kisah sejarah dalam konteks pergumulan hidup tokoh tersebut, kita bisa mengekstrak pelajaran yang sangat berharga. Seperti misalnya kisah Abraham, Yusuf atau Daud; bagaimana Daud berdialog dengan Allah atau Musa berdialog dengan Allah. Di sini kita harus memiliki kecakapan dalam mengekstrak, menarik kebenaran, menyuling kebenaran dari setiap peristiwa-peristiwa itu. Juga apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Kalau Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya dalam Lukas 19:33-34, “Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: “Mengapa kamu melepaskan keledai itu?” Kata mereka: “Tuhan memerlukannya.” Ini adalah ayat khusus. Kita tidak bisa menggunakan ayat itu ketika mengambil mobil seseorang di pinggir jalan dan berkata, “Tuhan memerlukannya.” Namun, kita bisa mengekstrak ayat tersebut bahwa kita harus menuruti apa yang diperintahkan-Nya tanpa bantah. 

Tentu bagi setiap individu berbeda. Itulah sebabnya mengapa Roh Kudus dimeteraikan di dalam hidup kita, karena Roh Kudus yang akan menuntun kita kepada seluruh kebenaran. Maka, ayat-ayat Alkitab menjadi hidup di dalam hidup kita, kalau Roh Kudus menghidupkannya. Masalahnya, dunia sudah menjadi rusak, Alkitab hanya dijadikan ilmu. Sehingga Roh Kudus tanpa disadari, disingkirkan. Maka, kita harus berteologi dengan benar. Teologi yang benar adalah perjumpaan dengan Tuhan. Perjalanan detik ke detik, menit ke menit, lewat persoalan-persoalan hidup dan pergumulannya, yaitu saat kita menemukan dinamika hidup berjalan dengan Tuhan, melalui atau di dalam Roh Kudus. 

Misalnya, kasih itu apa? Tidak bisa dijelaskan. Namun, kita akan tahu, kalau kita mengalami. Seseorang disebut sebagai anak-anak Allah, kalau ia mengalami kepenuhan Allah. Karakter Allah, gen Allah mengalir lewat proses pendewasaan. Bukan sekadar sudah percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Makanya mustahil. Sehingga para murid bertanya, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” Karena Roh Kudus itu powerful, yang menuntun kita dari menit ke menit, dari detik ke detik. Maka, kita tidak boleh berhenti dan harus terus bertumbuh mengalami perubahan, sampai mengalami kepenuhan Allah. 

Persoalan yang dihadapi masing-masing individu, berbeda. Namun, di dalam persoalan itu kita bisa menyelesaikannya sesuai dengan pimpinan Roh Kudus, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan, selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Kalau ada pertanyaan, “Apakah di surga ada pemberontakan lagi?” Maka jawabnya adalah tidak mungkin. Karena seleksinya sudah dimulai sejak kita hidup sekarang di bumi. Tidak pernah meleset; presisi. Bukan hanya dalam melakukan hukum, tetapi tepat seperti yang Allah kehendaki. Jadi betapa hebatnya kalau kita menjadi menjadi rumah Allah. Allah mendiami manusia yang hidup dalam penurutan; yang dilatih dari menit ke menit sampai kepenuhan Allah terjadi atas diri kita. 

Allah mendiami manusia yang hidup dalam penurutan; 

yang dilatih dari menit ke menit, dari jam ke jam, 

sampai kepenuhan Allah terjadi atas diri kita.