Skip to content

Hidup dalam Doa

Saudaraku,

Betapa Tuhan ingin dan menghendaki Ia bisa hadir dan dirasakan oleh kita. Dalam berdoa, kita harus sampai mencucurkan darah; sampai berkeringat. Artinya, kerja keras. Kalau dalam berdoa kita belum sampai jatuh keringat, belum sampai mencucurkan darah, berarti itu belum doa yang berkualitas. Dalam ketekunan, kita melewati masa kejenuhan, di mana kita ingin segera mengucapkan kata ‘amin.’ Di situ baru kita menemukan roh doa yang benar; baru kita sampai di wilayah doa yang benar, dan merasakan suasana yang tidak ingin segera menyelesaikan dengan kata ‘amin;’ dan kemudian, kita menjadi seperti kecanduan. Baru Saudara bisa berkata, “Seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikian jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.”

Kita bukan kurang kerjaan atau kurang pengetahuan teologi; kita punya banyak kerjaan dan tugas. Dan sebagian kita sudah melewati tahun-tahun panjang studi di Sekolah Tinggi Teologi. Tapi itu tidak membuat kita menyentuh hadirat Allah dan berbelaskasihan kepada orang dengan belas kasihan Tuhan. Pengetahuan atau teologi tidak bisa menarik hadirat Allah di dalam hidup kita. Sehingga kita gagal untuk bisa menikmati hadirat Tuhan dan bersekutu dengan Dia. Bahkan kita bisa terhilang di situ, Saudaraku. Dan sekarang, mari kita kembali kepada Tuhan; menemukan tempat kita di hadapan Tuhan.Supaya kalau kita meninggal dunia, kita sudah punya tempat di hadirat-Nya.

Saya mengajak Saudara untuk banyak doa, sebanyak-banyaknya berdoa. Sebanyak-banyaknya puasa. Dan tidak pernah ada kata ‘kebanyakan’ untuk berdoa. Kita frustasi melihat hidup ini. Betul-betul frustasi. Dunia ini sedang terhilang, Saudara. Banyak orang menuju kegelapan abadi, Saudara. Kita mau buat apa? Kita bisa buat apa?Mari kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, menemukan Tuhan; yang untuk itu kita berdoa, berdoa, berdoa. Ingat kalimat ini, “Kalau saya belum berdoa sampai berdarah-darah, berarti saya belum mengerti apa itu berdoa. Saya harus melewati masa-masa jenuh, masa-masa mau cepat berkata “amin.” Tapi saya harus bertahan terus.” 

Dan ketika kita mengantuk, ingat ucapan Tuhan Yesus tatkala Ia berada di Taman Getsemani: “Tidak tahankah kamu berdoa?” Bertahanlah seakan-akan kita sedang menemani Tuhan Yesus berdoa Getsemani. “Aku tetap di sini, Tuhan. Aku tetap di sini, Tuhan.” Pada waktu kita tidak ingin berdoa, justru kita harus lawan. Jadi, mari kita cari Tuhan dengan sungguh-sungguh, Saudaraku. Saudara bisa nonton film 2-3 jam, jalan-jalan 4-5 jam, tapi doa 10 menit pun tidak. Saudara serupa dengan dunia, bukan serupa dengan Tuhan. Orang yang hidupnya tidak benar, tidak mungkin betah berdoa.

Bertemu Tuhan itu luar biasa! Orang bisa duduk, mendengarkan khotbah, bisa belajar Alkitab berjam-jam. Doa 30 menit belum tentu sanggup. Tapi kalau orang sudah menemukan perjumpaan dengan Allah, sudah connect dengan Tuhan. Setengah jam itu singkat sekali. Kenapa untuk hal rohani kita tidak ambisi untuk puncak? Karena kita tidak atau kurang menghormati Tuhan. Kenapa kita berdoa untuk banyak hal dengan air mata dan tangis, tetapi kenapa untuk kesucian kita tidak meratap? Tidak mungkin orang yang tiap hari berdoa, tidak ada sesuatu yang ia peroleh dari Tuhan. Tidak mungkin. Pasti ada sesuatu yang ia peroleh dari Tuhan. Maka, ubahlah rutinitas kita, jangan bergaul dengan orang yang tidak takut Tuhan. Jangan lakukan hobi-hobi yang tidak produktif untuk finansial dan pendewasaan, sia-sia. Nah, apakah kita memiliki produktivitas yang tinggi dalam hal rohani? Kita periksa hidup kita. Kita akan menuai apa yang kita tabur.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Tidak mungkin orang yang tiap hari berdoa,

tidak ada sesuatu yang ia peroleh dari Tuhan.