Sebagai anak-anak Allah atau umat pilihan, atau mereka yang mau dilayakkan masuk Rumah Bapa, kita mutlak harus memiliki hati yang menyembah. Hal ini tidak ditujukan kepada semua orang, karena mereka tidak akan pernah dilatih Roh Kudus untuk menyembah Allah. Sebab yang menyembah Allah, hanya mereka yang menjadi umat pilihan, yang merespons pembentukan Allah, yang menerima pimpinan Roh Kudus, sehingga memiliki hati yang menyembah. Memiliki hati yang menyembah adalah pergumulan panjang; sepanjang umur hidup. Kesalahan banyak orang adalah ketika seseorang bisa mengucapkan kata—di antaranya mengucapkan kata “haleluya”—kalimat penyembahan, maka ia merasa sudah menyembah Allah. Juga dengan mengikuti liturgi dengan syair, pujian yang memuat penyembahan, merasa sudah menyembah Allah.
Bagaimana orang bisa mengajak orang lain menyembah Tuhan atau memuji Tuhan, kalau dirinya sendiri tidak atau belum memuji Tuhan? Jadi, menyembah kepada Tuhan adalah soal sikap hati. Untuk memiliki sikap hati yang menyembah, perlu proses pembentukan panjang di sepanjang umur hidup seseorang. Mari kita belajar mengenai kata “menyembah.” Kalau kita membaca Lukas 4:8, Tuhan Yesus berkata, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah kamu berbakti!” Harus. Kata “menyembah” di dalam teks aslinya proskuneo, yang pengertian singkatnya berarti “tunduk.” Sejajar dengan kata shachah di dalam bahasa Ibrani. Dalam pengertian luasnya, berarti “memberi nilai tinggi.”
Jadi, proskuneo adalah sikap hati bagaimana seseorang menghargai dan menghormati Tuhan. Tidak mudah. Karena dunia sekitar kita adalah dunia yang tidak menghormati Allah. Dari sejak kanak-kanak, kita melihat peragaan manusia yang tidak menghormati Allah. Jarang sekali kita menemukan orang yang menghormati Allah dengan benar. Sehingga, pengaruh dunia sekitar kita—dari peragaan dan gaya hidup atau pola hidup sesama—telah meracuni umat pilihan, sehingga tanpa disadari membentuk hati atau batin yang tidak menghargai, kurang bahkan tidak menghormati Dia.
Apalagi di dunia kita sekarang, yang di dalam 2 Petrus 3:3 dikatakan bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Jadi, mengejek Tuhan bukan hanya dengan perkataan, melainkan dengan perbuatan. Ini sudah merupakan puncak kejahatan. Hal ini mengingatkan kita akan Kejadian 6 sebelum Tuhan mengakhiri sejarah dunia, kejahatan manusia luar biasa. Alkitab mengatakan bahwa segala kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan; bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Inilah zamannya, ketika orang tidak menghormati Allah.
Sejatinya, tanpa kita sadari, kita juga telah terpapar virus tidak atau kurang menghormati Allah. Tentu orang yang hatinya terpapar virus ini tidak bisa menyembah Allah dengan benar. Bernyanyi lagu penyembahan dengan syair penuh kalimat penyembahan, atau dengan iringan musik yang presisi pun, percuma. Jangan berpikir Allah itu seperti ilah, dewa-dewa asing yang senang menerima persembahan dalam bentuk ritual seremonial. Biasanya di agama-agama atau keyakinan tertentu, penyembahan dilakukan dengan genderang, tarian, dan kurban-kurban, tanpa memedulikan kualitas hidup manusia yang memberikan penyembahan itu. Kita harus masuk ke dalam kehidupan Kristen yang murni. Kita masuk dalam gerakan 24 jam di hadirat Allah; maksudnya kita belajar menghormati Tuhan di mana pun dan kapan pun kita berada, kita menghayati Allah hadir supaya kita menjaga perkataan, perbuatan dan pikiran kita. Memang itu tidak mudah, membutuhkan perjuangan.
Virus dunia meliputi dua hal. Pertama, percintaan dunia. Menyangkut ikatan di dalam daging, lalu di dalam jiwa. Hati yang menyembah adalah hati yang sampai titik tidak mengingini apa pun, dan ini pasti tingkat orang Kristen yang sudah dewasa. Tentu kalau orang-orang muda atau orang Kristen baru belum bisa diajak untuk sampai tingkat itu. Namun, kalau kita mau menjadi kekasih Tuhan, harus berani tidak mengingini apa pun. Jadi, yang kita ingini hanya melakukan apa yang Allah kehendaki. Kadang-kadang Tuhan diam dan kita juga bingung, tetapi kita harus menghormati Allah. Allah berhak seakan-akan diam, tetapi sejatinya Allah tidak pernah diam. Seseorang tidak bisa memiliki kualitas menyembah yang tinggi kalau masih memiliki keinginan-keinginan yang tidak sesuai kehendak Allah.
Yang kedua, dosa. Dosa dalam daging meliputi kuliner dan seks. Kalau sudah dipuaskan atau kita cicipi, lalu ketagihan. Kita harus mengerti bahwa ketika daging kita dipuaskan, dia akan menuntut karena daging kita jadi kecanduan. Kita mau mengubah dari kecanduan berbuat dosa, menjadi kecanduan hidup di dalam kekudusan. Caranya bagaimana? Ketika kita punya kesempatan berbuat dosa, kita menolak. Maka, sukacita kita akan menjadi besar. Dosa dalam jiwa meliputi hati yang senang dihormati. Maka seseorang akan cari gara-gara atau usaha apa pun agar menjadi terhormat; lewat pendidikan, uang banyak, atau popularitas. Ada kesenangan bisa membalas kejahatan dengan kejahatan dan jiwa kita menikmatinya.
Seseorang tidak bisa memiliki kualitas menyembah yang tinggi
kalau masih memiliki keinginan-keinginan yang tidak sesuai kehendak Allah.