Skip to content

Hati yang Dipindahkan di Kerajaan Surga

Pikirkan apa yang Allah ingini untuk kita pikirkan. Dan itu harus serius kita lakukan. Untuk itu, kita rindu kita bisa mendengar suara Roh Kudus lebih banyak. Jadi, mari kita persoalkan bagaimana kita bisa memiliki ma’rifat. Jadi yang tidak perlu dipikirkan, jangan dipikirkan. Sadarkah kita bahwa gadget kita itu penuh dengan hal yang memenuhi pikiran kita yang tidak perlu kita pikirkan? Banyak rasa ingin tahu yang tidak perlu. Untuk apa? Nanti Roh Kudus akan mengajar kita untuk tidak memikirkan apa yang dipikirkan manusia. Tentu kalau kita bidangnya teknik, kita berpikir tentang teknik; atau bisnis kita restoran, kita memikirkan tentang restoran. Karena kita melakukan segala sesuatu—baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain—kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Baca Alkitab, renungkan Firman Tuhan, pikirkan Tuhan, pikirkan Firman-Nya. Kita akan sangat menyesal kalau tidak melakukan ini. Begitu kita berada di ujung maut, sekarat, apalagi di hadapan Tuhan, kita tidak mengalami proses pertumbuhan iman yang berarti lagi. 

Waktu kita yang singkat, jangan disia-siakan. Jangan sampai di hadapan takhta pengadilan Tuhan, ternyata hati kita belum dipindahkan dan tangan kita masih menggenggam banyak hal. Maka, sedini mungkin kita harus melepaskan semua. Kalau hati ini kita pindahkan ke surga, kita bisa membuat wewangian setiap hari. Waktu kita berkata” “haleluya, haleluya,” dengan hati yang diangkat mencintai Tuhan, Tuhan mencium harum. Kalau dulu persembahan dalam bentuk binatang yang dipotong-potong, tapi sekarang dalam roh dan kebenaran. Jangan sampai kita meninggal dunia, kita tidak pernah membuat kurban yang berbau harum. Ini adalah sebuah kehormatan, dimana kita bisa membuat persembahan yang berbau harum. Itu bukan karena kita cakap bernyanyi, vokal kita bagus, melainkan hati yang bersih, yang hari demi hari tidak dikotori oleh percintaan dunia atau dosa atau kebencian atau dendam.

Coba kita pikirkan dengan jujur, apa yang Tuhan butuhkan dari kita? Perpuluhan? Kolekte? Kita memang seyogyanya harus ikut mengambil bagian dalam mendukung pelayanan, tetapi apa yang Tuhan kehendaki sebenarnya? Tuhan tidak memerlukan apa-apa. Dan sebenarnya Tuhan juga tidak butuh siapa-siapa. Tapi kalau sampai Tuhan bisa disenangkan oleh kita, mengapa kita tidak gunakan kesempatan ini? Banyak orang mau menjadi ‘pelayan Tuhan,’ karenanya mereka sekolah pendeta dan menjadi aktivis. Di mana letak senangnya Tuhan? Jika kesenangan Tuhan sebatas kita mengambil bagian dalam kegiatan gereja, maka betapa banyak orang yang tidak bersentuhan dengan kegiatan pelayanan gereja. Tetapi semua kita bisa membuat keharuman. Jadi yang Tuhan mau adalah hati yang dipindahkan di Kerajaan Surga. Maka, mengapa kita tidak gunakan kesempatan ini? Pikirkan apa yang Allah pikirkan. Makanya kalau kita dibawa orang ke percakapan-percakapan yang tidak perlu, tidak usah ikut. Kita diam saja.

Hidup kita tidak lama. Apalagi yang kita cari? Kita bisa menjadi berkat, namun kita harus berani beda. Pikirkan apa yang Allah pikirkan. Kalau kita tidak memikirkan apa yang Allah pikirkan, walaupun itu kelihatannya baik dan tidak melanggar etika, namun pasti akan menghambat pertumbuhan rohani kita, tidak membuat kita mencapai puncak. Kita bakar hati kita untuk mencintai Tuhan. Makanya kita tidak boleh terikat dengan hal-hal duniawi. Apa yang kita sudah memiliki, kita syukuri. Yang perlu kita beli untuk satu kebutuhan, silahkan kita beli. Tapi kalau kita tidak perlu, tidak usah kita miliki. Kita harus bisa berdialog dengan Tuhan terus-menerus. Oleh karenanya, mari kita belajar bagaimana pikiran kita harus bersih. Jangan dicemari oleh hal-hal yang tidak perlu. Menyangkal diri itu bukan hanya sikap menolak perbuatan dosa, melainkan segala sesuatu yang bisa mengganggu pertumbuhan kita untuk memiliki pikiran yang dibaharui, agar kita bisa memindahkan ke Kerajaan Surga. Penyangkalan diri ada dalam seluruh aspek hidup kita.

Dalam Matius 16:25, Yang Mulia Tuhan kita, Yesus Kristus, berkata: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” “Nyawa” di sini dalam bahasa aslinya psuke; jiwa. Jadi kalau kita memikirkan apa yang Allah kehendaki kita pikirkan, kita seperti kehilangan nyawa. Kita benar-benar kehilangan kesenangan. Dan ini memang sesuatu yang tidak mudah. Jadi “menyangkal diri” ini bukan hanya tindakan menolak perbuatan yang melanggar hukum, melainkan apa pun yang tidak sesuai dengan pikiran Allah. Kita akan menjadi anak-anak Allah yang luar biasa. Pikirkan dan renungkan seakan-akan kita sudah ada di hadapan pengadilan Tuhan. Jikalau kita tidak mulai hari ini bebenah, kita akan menyesal nanti.

Yang Tuhan mau adalah hati yang dipindahkan di Kerajaan Surga.