Pada akhirnya, harus dikatakan bahwa orang percaya harus belajar mengerti seluk-beluk keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus yang tertuang dalam kebenaran Alkitab. Tanpa mengerti hal ini, keselamatan tidak akan terwujud. Itulah sebabnya dikatakan bahwa kebenaran itu memerdekakan (Yoh. 8:31-32). Dan Injil, yaitu kebenaran yang Tuhan Yesus ajarkan, adalah kuasa Allah yang menyelamatkan (Rm. 1:16-17). Gereja bertanggung jawab mengajarkan semua yang diajarkan Tuhan Yesus kepada jemaat sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus (Mat. 28:18-20). Pengajaran tersebut berdaya guna untuk mengubah cara berpikir jemaat. Dari cara berpikir yang sebelumnya berpadanan dengan nilai-nilai duniawi, menjadi cara berpikir yang berpadanan dengan Injil. Perubahan cara berpikir memiliki mekanisme yang konkret, yakni proses belajar kebenaran, memenuhi pikiran dengan kebenaran tersebut, dan kemudian mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kebenaran yang dipelajari merupakan logos yang membentuk pengertian orang percaya mengenai Tuhan dan Kerajaan-Nya secara kognitif. Kebenaran ini kemudian akan berdaya guna nyata mengubah ketika Tuhan mengizinkan peristiwa hidup tertentu sebagai kesempatan mempraktikkan kebenaran tersebut. Dalam fase ini, logos tersebut menjadi rhema yang menggurat nurani orang percaya.
Dalam hal ini, semua pengajaran dalam sekolah teologi bukan hanya untuk pendeta, tetapi guna diteruskan kepada jemaat. Pengajaran Alkitab yang murni bukan monopoli para pendeta dan teolog semata. Jemaat juga harus sungguh-sungguh menyediakan diri untuk belajar supaya proses keselamatan bisa berlangsung dalam kehidupan mereka. Semua orang Kristen harus berteologi dengan benar, sebab semua orang percaya dipanggil untuk berteologi. “Berteologi” di sini tidak harus duduk di bangku sekolah teologi dan memperoleh gelar sarjana, master, atau doktor teologi. Belajar teologi berarti belajar prinsip-prinsip kebenaran yang terkandung dalam Alkitab, dimana prinsip-prinsip kebenaran tersebut dapat menjadi logika berpikir yang dapat menuntun ketika seseorang mempelajari Alkitab secara mandiri. Logika berpikir yang dibangun dari prinsip-prinsip kebenaran tersebut pada akhirnya memampukan setiap orang percaya memahami kebenaran dalam setiap bagian Alkitab dengan utuh. Dalam hal ini, betapa berartinya waktu yang disediakan oleh Tuhan, sebab proses memahami kebenaran tidak bisa dalam sekejap, tetapi melalui proses panjang yang bertahap.
Kita harus menganggap penting hal mengerti seluk beluk keselamatan, sebab hal ini menentukan keberhasilan karya Roh Kudus dalam menggarap atau membentuk kita. Tidak mungkin seseorang dapat memperoleh keselamatan secara penuh tanpa mengerti kebenaran. Harus diingat bahwa hanya kebenaran yang memerdekakan, dan Injil yang menyelamatkan. Ini adalah suatu kemutlakkan. Hal belajar kebenaran harus mendapat prioritas utama dalam kehidupan kita. Sebagaimana makan dan minum sangat penting untuk kelangsungan hidup fisik, begitu juga pentingnya kebenaran untuk kelangsungan hidup rohani kita. Jika kita tidak memiliki kesungguhan dalam mempelajari kebenaran, hal itu tentu dapat berarti menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan. Sebab, kebenaran yang kita peroleh dan waktu yang kita miliki, semuanya berasal dari Tuhan. Tuhan sendirilah yang mengajarkan kebenaran tersebut ketika berinkarnasi menjadi manusia. Singkatnya, pengabaian terhadap kesempatan mempelajari kebenaran adalah bentuk ketidakseriusan kita menanggapi anugerah yang tersedia di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Oleh sebab itu, belajar kebenaran Firman Tuhan tidak boleh dijadikan sekadar tambahan atau pelengkap hidup, tetapi itulah seluruh kehidupan kita. Belajar kebenaran Firman tidak boleh digantikan dengan waktu menonton sinetron atau hiburan lainnya selama berjam-jam. Banyak orang dapat berjam-jam menonton sinetron, drama, dan hiburan lainnya, tetapi untuk belajar Firman, sama sekali tidak memiliki waktu. Sebagaimana manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. “Firman yang keluar dari mulut Allah” artinya suara Tuhan yang harus didengar setiap hari yang menuntun setiap individu mencapai keselamatan yang diingini oleh Tuhan. Mengapa harus demikian? Sebab, setiap orang memiliki keadaan yang berbeda. Hanya Tuhan melalui Roh Kudus yang dapat menggarap setiap orang untuk mengubahnya menjadi manusia seperti yang dikehendaki Bapa melalui peristiwa setiap hari. Inilah Firman dalam arti rhema, yakni kebenaran yang keluar dari hati Bapa untuk dikenakan secara nyata dalam kehidupan orang percaya. Untuk bisa memperoleh rhema, seseorang harus memiliki pengertian-pengertian mengenai kebenaran Firman Tuhan secara logos atau secara pengertian. Dengan demikian, logos atau pengertian akan kebenaran merupakan landasan mutlak yang harus dimiliki setiap orang percaya. Milikilah ketekunan dan komitmen untuk mempelajari kebenaran dengan sungguh.
Harus diingat bahwa hanya kebenaran yang memerdekakan, dan Injil yang menyelamatkan hidup kita.