Kalau kita benar-benar takut akan Allah, benar-benar menghormati Dia dan mengasihi Dia, maka kita memandang tidak ada masalah besar dalam hidup, kecuali satu. Satu ini terdiri dari dua kalimat atau dari dua butir pokok pikiran yang semua itu sebenarnya juga paralel. Hanya ada satu perkara besar dalam hidup kita, yaitu melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, atau memenuhi rencana Allah di dalam hidup kita. Seseorang tidak bisa dikatakan takut akan Allah atau belum takut akan Allah secara proporsional; seseorang belum menghormati Allah dan belum mengasihi Allah secara benar kalau masih memandang ada perkara besar dalam hidupnya selain hal ini.
Memang ini tidak mudah, tetapi kita bisa mengukur diri kita masing-masing. Kita bisa menguji, dan kita bisa mempertanyakan ini kepada Tuhan untuk mendapat verifikasi, pembuktian, konfirmasi kebenaran dari Roh Kudus. Tidak ada perkara yang kita pandang besar, yang bisa membuat kita merasa terancam, yang bisa merenggut kebahagiaan dan ketenangan kita, yang bisa membuat fokus hidup kita menjadi kacau. Tidak boleh ada, kecuali satu ini, yaitu bagaimana kita melakukan kehendak Allah, menyelesaikan pekerjaan-Nya, atau memenuhi rencana Allah di dalam hidup kita masing-masing.
Kita harus menguji diri kita. Banyak hal yang membuat kita merasa terancam. Kita tidak merasa damai, tidak memiliki ketenangan, atau kita masih memiliki keinginan mendapatkan sesuatu. Kalau tidak mendapatkan sesuatu itu, kita merasa tidak lengkap atau kurang bahagia, dan lain sebagainya. Jadi kalau kita hari ini belum punya pacar; belum menikah walau sudah cukup umur; belum punya anak; belum ada pekerjaan tetap; mungkin juga mengidap penyakit yang mengancam nyawa, atau apa pun. Di situ bisa menjadi batu ujian bagi kita. Kita dites lewat hal tersebut. Pergumulan-pergumulan hidup, persoalan-persoalan hidup yang mengancam kita, yang bisa merenggut ketenangan kita, itu menjadi semacam batu ujian, apakah kita sudah memiliki hati yang benar-benar takut akan Allah, apakah kita benar-benar telah memiliki hati yang menghormati Dia dan mengasihi Dia secara patut.
Setelah pemahaman kita mengenai hidup lebih lengkap, mengenai kekekalan, langit baru bumi baru, melihat realitas hidup, itu tidak senang juga walaupun banyak harta. Lihat orang-orang yang berlimpah harta, hanya begitu saja. Lalu menemukan bahwa orang hanya senang sejenak, lalu kemudian pasti nanti akan menghadapi masalah; sakit, meninggal, dan seterusnya. Pengalaman hidup, fakta hidup, kita lihat, kita jalani, lalu pemahaman kita mengenai hidup lebih lengkap. Plus penghayatan akan kehadiran Tuhan pada waktu kita berdoa. Itu membuat kita menaikkan doa itu dengan permintaan yang sudah lebih matang. Permintaan orang lebih dewasa, lebih matang.
Mestinya kita tidak menganggap, tidak memandang ada masalah besar dalam hidup kita, kecuali melakukan kehendak Bapa. Menyelesaikan pekerjaan-Nya atau memenuhi rencana Allah dalam hidup kita masing-masing. Karena setiap kita pasti mengandung, memuat, memikul rencana Allah untuk kita penuhi. Dan ini sebenarnya prinsip hidup Tuhan kita Yang Mulia, Tuhan Yesus Kristus, di Yohanes 4:34. Jika kita belum memiliki prinsip ini secara benar, sesungguhnya kita belum memuliakan Allah secara benar.
Jadi kalau seorang Kristen memang masih kanak-kanak, mulutnya ada pujian, penyembahan, Bapa terima karena memang dipandang masih kanak-kanak. Tetapi kalau kita mesti sudah melewati, mesti kita dewasa karena sudah melewati tahun-tahun yang panjang dalam hidup kita, maka mestinya kita memiliki prinsip hidup seperti prinsip hidup Tuhan Yesus tadi. Di situlah kita baru bisa mengerti, merasakan, menghayati apa artinya menyembah Allah. Kata “Haleluya” kita itu “menjadi berkualitas. Menyembah itu memberi nilai tinggi Tuhan. Tunduk. Jadi, apa pun tidak menjadi masalah. Apa pun, kecuali hal ini: melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya atau memenuhi rencana Allah di dalam hidup kita.
Untuk ini, kita harus rela untuk tidak memiliki hak. Percayalah, nanti di langit baru bumi baru, semua hak kita akan diberikan kepada kita. Itulah yang dikatakan di Lukas 16:12, “harta kita sendiri.” Harta kita sendiri itu semua hak yang kita miliki. Harta kita sendiri itu nanti. Sekarang, kita harus rela untuk melepaskan semua hak kita. Kadang-kadang daging kita juga masih meronta. Sebab kalau kita merasa memiliki hak sekecil apa pun, tidak mungkin membuat hidup kita bersih. Tidak mungkin kita bisa melakukan kehendak Allah secara penuh atau mutlak atau absolut atau secara benar. Kita akan jauh dari kehidupan memenuhi rencana Allah, sebab kita pasti memiliki rencana-rencana sendiri atau paling tidak keinginan-keinginan kita sendiri. Percayalah, tidak ada orang yang lebih bahagia dari orang yang melakukan kehendak Allah. Pasti hidup suci; hidup tidak bercacat, tidak bercela menurut pemandangan Tuhan, dan memenuhi rencana-Nya atau menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Hanya ada satu perkara besar dalam hidup kita, yaitu melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.