Skip to content

Hak dan Tanggung Jawab

Harus selalu kita ingat bahwa manusia bukanlah makhluk gratis. Artinya, Allah memberi kehidupan kepada manusia agar manusia melakukan apa yang Allah kehendaki, dan memenuhi atau menggenapi rencana yang Allah telah tentukan dan susun. Manusia adalah makhluk, yang satu aspek memiliki hak, tetapi di aspek lain memiliki tanggung jawab. Ketika Allah menciptakan manusia atau ketika Allah “melahirkan” manusia, Adam disebut sebagai anak Allah. Di dalam hak tersebut, manusia memperoleh kenikmatan dari apa yang Allah ciptakan untuk disediakan bagi manusia. Di dalam tanggung jawab, manusia dikehendaki untuk memperoleh, belajar, meraih, dan meneguk kebenaran yang membuat manusia menjadi sempurna atau serupa dengan Bapa. Maka kita bisa menganggap bahwa hak adalah anugerah, tapi tanggung jawab juga harus dipahami sebagai anugerah. Karena kalau manusia melakukannya, manusia dapat memperoleh berkat, kenikmatan, dan kehormatan, yaitu bisa menjadi serupa dengan Bapa, serupa seperti Allah. 

Secara figuratif, dalam kehidupan Adam ada kebenaran yang Adam bisa teguk, atau raih, yang diperoleh melalui pohon kehidupan. Sedangkan di luar kebenaran tersebut adalah buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Oleh karenanya Tuhan berfirman, “Kamu boleh makan semua buah di taman ini.” Artinya buah yang bisa dikonsumsi untuk fisik dan juga ada buah yang dikonsumsi untuk jiwa, pohon kehidupan; kebenaran. Itu adalah hak. “Tapi yang satu ini jangan kamu makan,” yaitu buah pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Itu adalah tanggung jawab. Jadi, sebenarnya ada dua jenis buah. Buah yang dimakan secara fisik, yaitu segala jenis buah; tapi juga ada buah yang dimakan untuk kebutuhan jiwa, yaitu kebenaran, yang diwakili oleh pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Ini mewakili pengetahuan yang bukan dari Allah. 

Kalau manusia makan buah yang dilarang ini, maka manusia gagal menjadi manusia sesuai rancangan Allah. Manusia gagal menjadi serupa dengan Allah, sehingga manusia tidak pernah sempurna seperti Bapa. Dengan keadaan tidak sempurna seperti Bapa, manusia tidak bisa mengelola alam semesta. Dan kalaupun mereka beranak cucu, anak cucunya akan segambar dan serupa dengan Adam, bukan segambar dan serupa dengan Allah. Ingat, ketika Allah menciptakan manusia, Allah menciptakan menurut gambar-Nya, tapi rupa-Nya tidak. Memang rencana Allah “baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita,” (Kej. 1:26). Namun di Kejadian 1:27 dikatakan, “Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya,” rupa-Nya tidak, karena rupa ini menunjuk kualitas jiwa, kualitas karakter, harus diproses. Makanya ada pohon kehidupan. 

Sebagai hak manusia, ia bisa menikmati semua yang Allah ciptakan, mulai dari makanan fisik, dan segala keindahan alam. Tapi, manusia punya tanggung jawab untuk mengelola alam semesta dan beranak cucu. Itu adalah rencana Allah yang harus manusia penuhi. Apa yang Allah rencanakan untuk dipenuhi ini bisa terlaksana kalau manusia segambar dan serupa dengan Allah, sempurna seperti Bapa. Hal ini kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya ada kompleksitas atau kerumitan untuk menjelaskan. Ada hak, ada tanggung jawab. Hak ini anugerah, tanggung jawab juga anugerah. Karena kalau dikerjakan, maka kita bisa serupa dengan Allah. Lalu kalau sudah serupa dengan Allah, kita bisa memenuhi mandat atau perintah yang Allah berikan yaitu mengelola alam semesta dan beranak cucu dengan keturunan yang baik. Kalau Adam dan Hawa segambar dan serupa dengan Allah, keturunannya juga pasti segambar dan serupa dengan Allah. Tetapi karena manusia gagal, maka dalam kitab Kejadian 5 kita membaca bahwa mereka melahirkan anak yang segambar dan serupa dengan Adam, bukan segambar dan serupa dengan Allah. 

Keselamatan yang diberikan adalah anugerah. Dalam hal ini, dosa manusia diampuni, dianggap benar di hadapan Allah, walaupun belum benar sehingga bisa menghampiri Allah, dan diberi Roh Kudus. Inilah hak. Tapi ada kewajiban, yaitu mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, berjuang sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Maka kalau kita melakukannya, kewajiban ini pun anugerah, karena kita bisa serupa dengan Yesus, sempurna seperti Bapa. Sehingga, hak yang Allah berikan kepada kita, keselamatan yang di dalamnya ada kehidupan kekal di langit baru bumi baru, bisa kita peroleh. Kita harus ingat bahwa kita bukan makhluk gratis. Kita nanti bisa mewarisi kemuliaan bersama Tuhan Yesus di Kerajaan Surga, yaitu langit baru bumi baru, memperoleh hidup kekal. Jadi, tidak sia-sia Roh Kudus yang dimeteraikan, dan kurban Yesus di kayu salib, dan kita akan mewarisi langit baru bumi baru. 

Di dalam hak, manusia memperoleh kenikmatan dari apa yang Allah ciptakan untuk disediakan bagi manusia. Di dalam tanggung jawab, manusia dikehendaki untuk meneguk kebenaran yang membuat manusia menjadi sempurna.