Skip to content

Gaya Hidup Berbagi

Setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus harus memiliki gaya hidup “menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah.” Inilah gaya hidup berbagi dalam standar anak Allah. Ada juga “berbagi dalam standar yang lain.” Kalau “berbagi” hanya berarti membagi sebagian milik kepada orang lain, maka gaya “berbagi” seperti ini juga dilakukan orang di luar gereja. Alkitab menunjukkan bahwa sekalipun seseorang bisa memberikan seluruh hartanya, tetapi bila tanpa kasih, maka sia-sia (1Kor. 13:3). Kekristenan memiliki kebenaran yang lebih dari berbagai ajaran agama manapun. Ajaran Yesus tidak dapat disamakan dengan ajaran agama-agama di dunia. Dalam “berbagi” untuk orang lain, landasan kita adalah kasih. Kasih adalah tindakan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Dalam hal ini, “berbagi” bukan sekadar memberikan sebagian milik kita kepada orang lain, melainkan harus sesuai dengan keinginan Allah. Inilah standar “berbagi” yang Yesus kenakan.

Untuk itu, kehidupan orang percaya harus diubah dengan gaya hidup berbagi yang berlandaskan “jika Tuhan menghendaki.” Ini berarti bukan sekadar melakukan hukum, melainkan melakukan apa yang Tuhan inginkan. Itu berarti, kalau Tuhan memerintahkan apa pun juga, kita harus lakukan. Seperti Abraham harus memberi anak satu-satunya bagi kurban bakaran, ia melakukannya dengan rela. Hati seperti ini akan menciptakan kesediaan melayani Tuhan tanpa batas. Orang Kristen seperti ini bisa disebut seperti “anggur yang tercurah dan roti yang terpecah” secara benar. Mestinya, kita tidak berkeberatan melakukan hal ini, sebab memang sebagai orang yang telah ditebus Yesus, kita telah menjadi milik Allah. Jika seseorang menyadari dan menerima hal ini, ia menempatkan dirinya pada kehidupan yang selalu bersedia melakukan apa pun yang Allah kehendaki. 

Orang percaya harus menerima bahwa dirinya tidak dimiliki dirinya sendiri lagi, tetapi semua yang ada padanya adalah milik Allah. Kesadaran bahwa semua harta adalah milik Tuhan akan menciptakan kepribadian yang kuat. Pribadi yang tidak mudah khawatir dan cemas menghadapi masalah dalam bisnis dan menghindarkan diri dari praktik-praktik bisnis yang bertentangan dengan kehendak Allah, yang melawan hukum dan norma, serta merugikan orang lain. Kesadaran bahwa semua harta yang ada adalah milik Tuhan akan mendorong seseorang bersungguh-sungguh mempersembahkan hidup bagi kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya tanpa batas, sehingga ia dengan rela berbagi untuk sesama dengan motif yang yang murni, karena semua dilakukan sesuai dengan “komando” Allah. Kebenaran ini membuat orang percaya sangat berhati-hati dalam mengelola harta milik Allah yang dipercayakan kepadanya. Harta yang mereka miliki adalah barang kepercayaan dari Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah pada hari penghakiman di hadapan takhta pengadilan Kristus. Oleh sebab itu, hendaknya orang percaya mengelola harta yang ada padanya dalam pimpinan Roh Kudus. 

Seorang yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus haruslah memiliki gaya hidup Kristus yaitu kehidupan yang dijalani oleh Yesus, dua ribu tahun yang lalu. Setiap orang percaya harus mengenakan gaya hidup Yesus. Gaya hidup itu adalah menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Ini adalah sebuah kehidupan yang “berbagi” untuk sesama tanpa batas. “Tanpa batas” artinya selama diperintahkan oleh Bapa. Itulah sebabnya, Yesus menyatakan bahwa orang yang hendak mengikut Dia menjadi murid-Nya haruslah rela kehilangan segala miliknya.

Mengenakan gaya hidup Yesus ini hendaknya tidak dipandang sebagai beban; bukan sesuatu yang membuat seseorang merasa tertekan dan teraniaya. Sebaliknya, harus dipandang dan dirasakan sebagai kasih karunia. Tentu juga harus melalui perjuangan. Banyak orang Kristen kalau berbicara mengenai kasih karunia, selalu hanya dikaitkan dengan korban Yesus di kayu salib. Selanjutnya, mereka memandang bahwa kasih karunia akan bekerja dengan sendirinya sehingga orang Kristen secara otomatis dapat hidup sebagai anak-anak Allah dan tidak harus mengenakan gaya hidup Yesus. Paling tidak, mereka mengisyaratkan bahwa mengenakan gaya hidup Yesus bukan sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Ini adalah penyesatan. 

Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan Allah semula, yang sama dengan mengenakan gaya hidup Anak Allah yaitu menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, seperti yang dikenakan oleh Yesus. Faktanya, banyak orang Kristen tidak berkeadaan menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, dan mereka tidak berusaha mengenakan gaya hidup tersebut. Oleh karena kesalahan ini, membuat mereka gagal untuk menerima kasih karunia tersebut. Penyimpangan ini berakibat sangat fatal, sebab dengan tidak ditekankannya pengajaran mengenai mengenakan gaya hidup Yesus, berarti mereka tidak pernah masuk dalam proses keselamatan.