Kebenaran yang paling prinsip dalam hidup kekristenan adalah bahwa keselamatan ditentukan oleh percaya kepada Tuhan Yesus, atau diperoleh karena percaya kepada Tuhan Yesus. Percaya; hal yang sangat dan bisa dikatakan paling prinsip dalam hidup kekristenan, sebab hanya dengan percaya kepada Tuhan Yesus, seseorang dapat diselamatkan. Penyesatan yang diusahakan dan dilakukan oleh kuasa kegelapan untuk menggagalkan keselamatan agar tidak dialami dan tidak dimiliki oleh seseorang adalah mengajarkan percaya yang tidak tepat. Supaya orang tidak memiliki keselamatan, maka pengertian mengenai percaya itu, disesatkan. Namun pada kenyataannya, sebenarnya banyak orang Kristen yang belum mengalami dan belum memiliki keselamatan karena mereka belum percaya kepada Yesus secara benar. Ini bukan sesuatu yang bersifat hiperbola atau bluffing. Tetapi malangnya, mereka merasa sudah percaya kepada Yesus secara benar, sudah menjadi anak-anak Allah, dan telah memiliki keselamatan.
Kita harus mengerti bahwa kuasa kegelapan tidak mungkin berhenti bermanuver. Di surga saja, oknum ini dengan malaikat-malaikat yang dihasutnya bermanuver untuk memberontak melawan Allah, Pemilik surga dan jagat raya. Tentu di bumi ia juga akan terus bermanuver, bergerak untuk menyesatkan banyak orang. Dan oknum ini adalah penipu. Ia terus berusaha menipu. Banyak orang Kristen yang tertipu sehingga mereka melakukan kesalahan ini; merasa sudah percaya padahal belum percaya, merasa dan mengaku anak-anak Allah, padahal belum memiliki keselamatan. Kesalahan ini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang Kristen awam, melainkan juga oleh aktivis gereja, majelis gereja, bahkan teolog-teolog Kristen, yang di antara mereka tidak sedikit menjadi pendeta. Dan inilah, hasil dari pekerjaan kuasa kegelapan yang cerdik.
Oleh sebab itu, sangat penting kita mengerti dengan benar apa dan bagaimana percaya yang benar, yang dimaksudkan Alkitab atau yang dikehendaki oleh Tuhan. Pernahkah kita berpikir kalau suatu hari bertemu dengan Tuhan, kita berkata, “Tuhan, aku percaya pada-Mu. Tuhan, aku percaya pada-Mu.” Lalu Tuhan menjawab, “Aku tidak merasa kalau kamu sudah percaya pada-Ku.” Apakah percaya kita benar atau tidak harus dinilai dari apa yang Tuhan rasa, dari perspektif Tuhan, bukan dari perspektif kita. Makanya kita harus kembali ke Alkitab. Jangan terkecoh oleh pandangan para teolog-teolog yang di antaranya hanya asumsi. Karena pada kenyataannya, kita dapati tidak sedikit teolog yang memang hanya sekolah, memiliki banyak referensi buku, lalu merumuskan doktrin atau pengajaran yang implikasi konkret dalam hidup manusia atau orang percayanya tidak jelas. Setiap ajaran yang benar, doktrin yang benar, pasti menuntut orang untuk melakukan atau memperagakannya. Jadi bukan hanya sekadar rumusan yang dinalar dan diakui benar.
Membicarakan hal percaya seakan-akan kita baru mulai menjadi orang Kristen. Tetapi ini yang harus kita lakukan, berhubung dengan kesalahan yang telah terjadi selama berabad-abad. Sebagai buktinya, kita melihat di dalam sejarah gereja, gereja diwarnai dengan perdebatan-perdebatan teologi, kutuk-mengutuk, kucil-mengucilkan, bahkan memberikan hukuman bakar bagi yang dianggap salah; hukuman mati. Dalam sejarah gereja juga terjadi bunuh-membunuh antara orang Kristen. Ini pasti tidak diajarkan Tuhan; itu yang setan ajarkan. Kalau orang Kristen memiliki percaya yang benar, tidak mungkin melakukan hal yang menyakiti sesama. Ini kebodohan yang berabad-abad telah mencengkeram banyak orang Kristen. Kebodohan ini merupakan cara kuasa kegelapan untuk mengurung atau membelenggu orang Kristen dalam penjaranya, sehingga mereka tidak pernah dientaskan sebagai anak-anak Allah atau menjadi mempelai yang layak bagi Kristus. Tentu mereka juga tidak layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Kalimat “sempurna seperti Bapa, kudus seperti Allah, serupa dengan Yesus,” makin jauh dan makin dianggap mustahil. Padahal, itu prinsip Kristen yang paling mendasar.
Orang yang memiliki percaya yang benar kepada Tuhan Yesus akan dimerdekakan. Baik miskin, maupun kaya, merdeka. Baik terhormat, maupun tidak terhormat, merdeka. Baik di-bully, maupun tidak di-bully, tetap merdeka. Tetapi kalau orang tidak memiliki percaya yang benar kepada Tuhan Yesus, berarti mereka masih ada dalam penjara kuasa kegelapan. Lalu mengapa banyak orang Kristen gagal memahami percaya yang benar sehingga tidak mengalami dan tidak memiliki keselamatan? Kegagalan orang Kristen memahami pengertian “percaya” itu dimulai dari kegagalan seseorang memahami pengertian “keselamatan.” Maka, tidak bisa tidak, kita harus terlebih dahulu memahami benar pengertian keselamatan, barulah kita bisa memahami dengan benar pengertian “percaya” itu. Sejatinya, keselamatan adalah usaha Tuhan dalam proses yang bertahap untuk mengembalikan manusia ke rancangan Allah semula, dimana dalam proses itu, manusia atau umat pilihan yang mendapat kesempatan mendengar Injil harus memberi respons yang memadai.
Kegagalan orang Kristen memahami pengertian “percaya” dimulai dari kegagalan seseorang memahami pengertian “keselamatan.”