Kalau kita sungguh-sungguh mengingini atau merindukan sesuatu, kita sering membayangkan keadaan ketika kita sudah mendapatkan sesuatu itu. Misalnya seseorang yang mengingini mobil, dia sudah membayangkan bagaimana ia mengendarai mobil itu. Ketika seseorang mengingini wisata di sebuah tempat, misalnya Eropa, dia belum sampai Eropa, dia sudah membayangkan ada di Eropa, walaupun sekilas. Hal itu dilakukan hampir semua orang, sadar atau tidak. Kalau seseorang mengingini lulus dari kuliah, lalu diwisuda, mendapat gelar, sekilas bisa muncul fantasi, bayangan diwisuda. Kalau seseorang merindukan, mengingini rumah di wilayah tertentu, di pinggir pantai, ada kolam renang pribadi, sekilas bisa muncul sudah memiliki itu dan seakan-akan sudah menikmatinya. Seorang yang ingin cantik, dia membayangkan wajahnya menjadi cantik dan dia berusaha untuk memiliki wajah seperti itu dan lain sebagainya.
Pernahkah kita membayangkan bagaimana menjadi orang saleh, orang suci Tuhan, serupa dengan Yesus, sempurna seperti Bapa, menjadi anak kesukaan, menjadi man of God (manusia Allah), yang menyenangkan Allah, yang hidup tidak bercacat, tidak bercela di hadapan Allah? Pernahkah kita membayangkannya? Dan jika kita bersedia, kita tidak boleh membayangkan yang lain—tidak membayangkan di sebuah rumah mewah atau tidak membayangkan di tempat wisata, walaupun kita bisa mencapai dan memiliki itu—tetapi yang kita bayangkan dan itu menjadi tujuan dan kerinduan kita adalah menjadi orang saleh Tuhan, menjadi orang suci Tuhan, menjadi man of God, manusia Allah yang benar-benar menyenangkan hati Allah dan benar-benar menjadi keharuman di hadapan Allah setiap saat.
Yang suatu hari ketika kita ada di hadapan pengadilan takhta Allah, Bapa berkata, “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan.” Dan kita menjadi salah satu dari perwira-perwira tinggi Kerajaan Surga, yang akan memerintah alam raya, jagat raya, yang tidak terbatas ini, di langit baru bumi baru. Mestinya itu yang kita fantasikan. Tetapi banyak orang tidak sanggup memfantasikan hal itu, karena:
Yang pertama, dia berpikir tidak mungkin bisa dicapainya. Dan ini sebenarnya fitnah! Fitnah setan kepada Tuhan; tidak bisa suci, tidak bisa sempurna, itu hanya orang tertentu, sempurna itu nanti di surga, suci itu tidak mungkin. Padahal Tuhan Yesus sendiri yang berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa.” Firman Tuhan sendiri yang berkata, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Tuhan Yesus sendiri yang berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya.” Kalau tidak ada orang yang suci hatinya, lalu Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya,” berarti Tuhan Yesus bohong, dan ucapan-Nya hanya omong kosong.
Faktanya tidak demikian, sebab Yesus adalah kebenaran. Kalau Yang Mulia Tuhan kita mengatakan, “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena ia akan melihat Allah,” pasti ada orang suci! Pasti ada orang yang bisa mencapai hal ini! Kalau Bapa berkata, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus,” pasti bisa dicapai! Firman Tuhan tidak mengatakan, “Kuduslah kamu nanti di surga,” tetapi sejak di bumi! Firman Tuhan juga mengatakan dalam Yohanes 17, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; Firman-Mu adalah kebenaran.”
Sekarang tergantung apakah seseorang mau belajar Firman atau tidak? Masalahnya apakah kita yakin bahwa perkataan itu benar dan bisa teraplikasi konkret di dalam hidup kita? Penyebab mengapa orang tidak berani berfantasi itu, membayangkan itu, karena merasa tidak mungkin bisa mencapai hal itu. Ini fitnah Iblis yang merusak pikiran orang Kristen!
Yang kedua, yang merusak adalah ketika orang Kristen sudah hanyut dengan percintaan dunia. Sudah hanyut! Hatinya tidak memiliki kerinduan untuk menjadi man of God (manusia Allah), tidak punya kerinduan untuk memiliki kehidupan yang saleh, hidup suci, berkenan kepada Tuhan, tidak ada kerinduan untuk menjadi anak kesukaan Allah. Memang dia tidak mau masuk neraka, ia ingin masuk surga, tetapi dia ingin masuk surga dengan caranya sendiri, cara yang gampang. Dan itu setan juga yang menipunya. Kebenaran mengajarkan kita bahwa tidak mudah untuk masuk surga. Seperti jalan sempit, artinya orang yang berusaha saja tidak bisa. Apalagi orang yang tidak berusaha?
Kita harus sungguh-sungguh berjuang, lebih dari sekadar usaha! Bukan usaha sekadarnya, usaha semaunya. Kita harus berjuang! Artinya memaksimalkan semua potensi demi keselamatan itu, yaitu perubahan karakter, dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula, menjadi anak kesukaan Bapa. Ingat! Tidak ada orang yang lebih mulia, dan yang lebih beruntung dari orang yang hidup saleh, sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus; ini sama dengan menjadi rohani. Menjadi manusia rohani! Menjadi pria rohani! Menjadi wanita yang rohani!
Fitnah Iblis kepada Tuhan adalah ketika ia menanamkan konsep kepada manusia bahwa kita tidak bisa sempurna