Saudaraku,
Dalam ilmu kedokteran, ada istilah dalam bahasa Yunani, yaitueuthanasia. Kata eu artinya “indah” atau “bagus.” Thanasia dari kata thanatos berarti mati, kematian, death. Jadi euthanasia berarti kematian yang indah; mercy killing, pembunuhan yang beranugerah. Tahukah Saudara bahwa dalam kehidupan Kristen,kita harus sampai pada pengalaman pergumulan euthanasia;pergumulan harus mencabut nyawa atau menghentikan kehidupan demi untuk kepentingan yang lebih besar. Tapi jarang orang sampai pada wilayah atau stadium ini.
Sejatinya, orang Kristen harus sampai level ini. Kalau tidak sampai pada level ini, pasti kita tidak menemukan kekristenan yang sejati. Setiap kita harus mengalami kematian yang indah itu, sebelum tubuh kita tidak bisa beroperasi, sebelum tubuh kita tidak bisa bergerak, sebelum tubuh kita tidak bisa merespons dunia luar atau bereaksi terhadap kehidupan alam sekitar kita.Artinya, sebelum kita mati secara jasmani, kita harus mengalami kematian indah; euthanasia. Setiap orang punya hak hidup, tapi juga punya hak mati. Hak hidup di dunia, tetapi kita memilih hidup bagi Tuhan.
Kalau kita tidak sampai pada tingkat hidup Kristen ini, berartikita gagal menjadi orang Kristen. Di dalam Alkitab, banyak ayatyang senada tentang hal tersebut. Dalam Kolose 3, ditulis begini: “sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus yang adalah hidup kita menyatakan Diri kelak, maka kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Ini adalah pilihan. Orang memiliki hak hidup, tapi juga memiliki hak mati, ini pilihan. Kita mau mati atau mau hidup; mati untuk siapa, hidup untuk siapa, itu adalah hak kita. Tapi di dalam nama Tuhan Yesus Kristus yang diutus Bapa Elohim untuk menjadi Juruselamat, yang untuk-Nya menjadi utusan Kristus, saya menyatakan bahwa kalau Saudara tidak memilih hidup bagi Kristus, Saudara tidak akan pernah dimuliakan bersama Dia.
Kita tidak akan pernah hidup dalam dan bagi Kristus, kalaukita tidak rela mengalami kematian indah. Ini bukan kalimat filosofis yang hanya perlu direnungkan, melainkan satu kebenaran harus teruji lewat kehidupan. Kebenaran yang murni,yang benar, itu menuntut untuk dilakukan. Kebenaran itu harus mengubah hidup. Yang bicara kebenaran, harus mau mati bagi dirinya sendiri, tapi hidup untuk Allah. Kalau masih ada “si aku,” lalu debat, senang dipuji, bisa menjatuhkan orang, kamu tidak kenal kebenaran. Orang yang suka mencela orang lain,entah orang itu celaannya benar atau tidak, pasti bukan kebenaran, karena Tuhan tidak pernah mengajarkan kita mencela orang lain.
Mari kita meneguk kebenaran yang mengubah, dan itu membuat kita mati indah; mati dari semua percintaan dan kesenangan dunia. Tidak ada lagi harapan kita menantikan dunia ini membahagiakan kita. Yang menikah jangan mikir, “Aduh, kalau punya anak, bagus, ya.” Punya anak, tidak punya anak, tidakmasalah. Yang belum menikah, jangan berpikir, “Wah, kalau menikah, indah.” Menikah, indah; tidak menikah pun indah,sebab indahnya hanya pada Tuhan. Tidak ada kehidupan yang bernilai, tidak ada kehidupan yang indah selain hal ini,Saudaraku. Oleh sebab itu dibutuhkan hati yang benar-benar mencintai Tuhan. Kalau sudah cinta, apa pun kita berikan,Saudara. Itu misteri cinta.
Kita bisa menggerakkan hati kita ini kepada siapa pun, tapi kitahanya mau menggerakkannya untuk Tuhan. Firman Tuhan mengatakan, “sekalipun seluruh margasatwa engkau jadikan kurban bakaran, dan semua kayu libanan kau pakai untuk kurban, tidak cukup untuk korban bagi-Ku.” Lalu apa yang Tuhan kehendaki? Hati kita, yang bisa kita berikan tanpa batas,seperti Allah tanpa batas mencintai kita.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Sebelum kita mati secara jasmani, kita harus sudahmengalami
kematian indah; euthanasia.