Kalau kita memperhatikan anak-anak sekolah, mereka sama-sama belajar dari pagi sampai siang, bahkan sampai sore, tetapi di akhir masa sekolah, akan terlihat perbedaan. Ada yang lulus dan bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi ada yang bahkan tidak lulus. Kehidupan sebenarnya seperti itu. Kita sama-sama menjalani hidup, sama-sama menjadi orang Kristen, sama-sama ke gereja, bahkan sama-sama menjadi aktivis atau pendeta. Tetapi nanti, pada akhir kehidupan, akan kelihatan bedanya. Ada orang yang menangis bahagia, tetapi ada yang menangis dalam ratapan; yang Alkitab katakan sebagai ‘ratap tangis dan kertak gigi’ karena terbuang dari hadirat Allah selama-lamanya.
Ada orang-orang yang dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus seperti yang dikatakan di dalam Roma 8:17. Tetapi ada yang hanya menjadi anggota masyarakat. Hari ini, orang kelihatan baik-baik, kelihatan rohani, tetapi satu hari nanti semua kita berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang dapat menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari dirinya. Semua akan dibuka, ditelanjangi, dan itu merupakan realitas yang tidak bisa dihindari. Kalau di dunia ini, orang bisa menghindari kejaran polisi, kejaran hakim, jaksa. Tetapi kalau di hadapan pengadilan Tuhan, tidak akan bisa.
Tuhan kita, Yesus Kristus, berkata, “Jangan takut kepada apa yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa membuang jiwa ke dalam neraka. Takutlah akan Allah yang berkuasa, bukan saja membunuh tubuhmu, tetapi membuangnya ke dalam api kekal di mana ulat tidak bisa mati, apinya tidak bisa padam.” Ini menunjukkan kengerian keadaan orang yang terpisah dari hadirat Allah. Jangan takut kalau hanya fisik kita yang mati. Semua orang pasti mati, tetapi takutlah terhadap kenyataan kematian kedua, yaitu terpisahnya seseorang dari hadirat Allah. Itu yang harus kita takuti.
Oleh sebab itu, orang yang hanya satu kali mati (mati fisik), dia akan mengalami dua kali mati (mati fisik dan mati di kekekalan). Tetapi kalau orang dua kali mati (mati fisik dan mati kedagingan), maka dia hanya akan satu kali mati (mati fisik). Masalahnya, kematian membunuh daging kita ini ternyata bukan sesuatu yang mudah, ini proses dari hari ke hari, bukan dalam waktu satu dua hari, tetapi sepanjang tahun umur hidup kita. Ini yang dikatakan Alkitab sebagai menanggalkan manusia lama. Ironis, banyak orang tidak menyadari kedagingannya masih hidup. Ini celaka sekali. Mereka adalah orang-orang yang memiliki banyak alasan pembenaran diri dan tidak pernah sungguh-sungguh membereskan dirinya.
Efesus 4:20-24 mengatakan, “Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”
Dulu, sebagian besar kita memahami keliru yang namanya lahir baru atau hidup baru. Kalau sudah ke gereja, merasa sudah hidup baru; dibaptis berarti sudah hidup baru, plus meninggalkan beberapa kebiasaan dosa moral. Hidup baru itu bukan seperti sebuah titik, melainkan seperti garis panjang. Itulah yang dikatakan sekolah kehidupan; “Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Seorang murid yang baik pasti belajar, dan bukan hanya satu hari, melainkan proses panjang selama ia berstatus sebagai murid. Apalagi di dalam Tuhan, prosesnya panjang, yaitu seumur hidup kita. Dan kita harus menyadari satu per satu dosa yang terekam di dalam daging yang harus kita sembelih: kesombongan, keangkuhan, gila hormat, kenajisan, dosa seksual, kemarahan yang tak terkendali, gampang tersinggung; banyak harus disembelih.
Sejujurnya, kita masih berusaha membenarkan diri dan memanjakan perasaan, memanjakan daging, sehingga kita melestarikan manusia lama kita, bukan menanggalkan manusia lama. Tuhan tahu bahwa kita membutuhkan waktu atau proses untuk mencapai kehidupan yang sempurna. Tuhan pun tahu sulitnya menanggalkan manusia lama yang sudah menyatu di dalam daging kita. Namun kalau tidak kita tanggulangi sejak sekarang, maka nanti ketika di hadapan pengadilan Tuhan semua dibuka, mengerikan sekali. Roh Kudus pasti menolong kita. Maka, jangan sombong. Jadi, jangan hanya menjadi orang Kristen yang rajin ke gereja, namun bagaimana kita tekun setiap hari belajar. Jangan sampai kesempatan ini berlalu, dan kita tidak pernah membenahi manusia batiniah.
Orang yang mengalami dua kali mati (mati fisik dan mati kedagingan), maka dia hanya akan satu kali mati (mati fisik).