Iblis berusaha untuk menghambat, menjadi batu sandungan supaya kita tidak mengarahkan diri pada tujuan, maksud-maksud Allah di dalam hidup kita, yaitu agar kita menjadi anak-anak Allah yang layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Surga bukan perkara murahan. Ada ajaran-ajaran yang membuat orang berasumsi bahwa anugerah itu membuat surga menjadi mudah dicapai. Ini menyesatkan. Ajaran-ajaran yang menguasai gereja-gereja besar dan yang sudah berumur ratusan tahun, bahkan ribuan tahun. Seakan-akan surga itu mudah dicapai, karena kematian Yesus di kayu salib.
Kematian Yesus di kayu salib tidak memudahkan orang masuk surga, tetapi membuka pintu. Kalau Yesus tidak mati di kayu salib, pintu tertutup; tidak ada kesempatan untuk masuk surga sama sekali. Tetapi dengan kematian Yesus di kayu salib, maka surga bisa diraih, surga bisa dicapai. Pintu surga terbuka, tetapi bukan mempermudah. Orang-orang yang hidup di zaman Perjanjian Lama sebelum zaman Yesus, jika mereka melakukan hukum Taurat dengan baik, walaupun tidak seorangpun bisa melakukan hukum Taurat dengan baik, tetapi Tuhan memberikan solusi: dosa mereka ditimpakan pada domba yang disembelih. Itu solusinya.
Jadi, ada pengampunan juga. Jangan berpikir di Perjanjian Lama tidak ada pengampunan. Tuhan yang mengadakan pendamaian, penghapusan dosa lewat darah domba. Namun, darah domba itu sebenarnya hanya voucher. Sejatinya, yang bisa menghapus dosa, darah Yesus. Maka jangan heran ketika Yesus mati di kayu salib lalu bangkit, kebangkitan-Nya membawa orang-orang saleh naik ke surga. Sebab kalau Yesus tidak turun ke kerajaan maut, orang-orang saleh semua ditawan. Yang tidak hanya Henokh, Musa, dan Elia. Maka Alkitab mengatakan, “Ia membawa tawanan-tawanan naik.”
Jadi, kematian Yesus tidak mempermudah orang masuk surga, tetapi membuka pintu yang tadinya tertutup sama sekali, sehingga orang tidak mungkin mencapai surga. Umat Perjanjian Lama yang melakukan hukum dengan baik, jika gagal, ada darah domba yang menyelesaikan. Kita hidup di Perjanjian Baru, sekarang. Ada dua kelompok manusia. Yang dipilih dan yang bukan umat pilihan Dipilih itu bukan dipilih masuk surga. Dipilih untuk mengerti maksud keselamatan. Dipilih untuk memenuhi rencana Allah semula, yaitu menjadikan manusia segambar dan serupa dengan Allah.
Tidak semua orang dipilih. Ada orang-orang tertentu yang dipilih; mereka adalah orang-orang yang memang ditetapkan standarnya serupa dengan Anak Allah. Ditetapkan standarnya untuk sempurna seperti Bapa. Umat yang tidak dipilih, bukan berarti lalu masuk neraka. Mereka akan dihakimi menurut perbuatan. Jika mengasihi sama seperti diri sendiri, mereka juga bisa masuk surga sebagai anggota masyarakat. Sama-sama sulit. Orang harus berbuat baik, dihakimi menurut perbuatan. Yesus mati bagi semua orang, termasuk untuk orang yang tidak terpilih. Dosa mereka juga dipikul Yesus di kayu salib. Bukan berarti lalu bisa masuk surga dengan mudah; tetapi dihakimi menurut perbuatan.
Kita adalah atlet, kita adalah orang-orang yang dipilih dengan standar sempurna seperti Bapa. Tidak ada kemudahan. Kita adalah orang-orang yang membahayakan bagi kerajaan kegelapan. Kita ditarget Iblis yang berusaha untuk menghalangi. Bagaimana cara menghalanginya? Kalau kita membaca Matius 16 tadi, dengan cara membuat cara berpikir atau sudut pandang kita salah. Sebagai contoh, Petrus tidak tahu arah mana yang harus dituju. Bahkan Petrus berpikir Yesus memiliki konsep yang salah.
Betapa jauhnya standar yang seharusnya kita pahami dan kita jalani dibanding dengan kekristenan yang kita kenal hari ini. Hal ini juga karena kita sudah terbiasa dengan menu palsu. Manusia dirusak. Setiap hari kita melihat film, media sosial, mendengar syair lagu, yang semua menjadi batu sandungan untuk kita bisa melihat kemuliaan Tuhan. Selera kita terus dirusak oleh tontonan, barang branded, dan berbagai kesenangan, sehingga kita tidak memiliki tujuan. Puji Tuhan, kalau kita masih menjadi orang yang memiliki nurani untuk mencari Tuhan, dan bertemu gereja yang mengarahkan ke langit baru bumi baru. Sehingga kita memiliki cara berpikir yang sedang berproses berubah.
Diharapkan kita maju terus, berubah terus walaupun kita belum betul-betul bisa memancangkan perhatian kepada kekekalan. Kita sering terdistrak oleh berbagai masalah hidup. Walaupun mestinya masalah hidup itu bisa memacu kita melihat Kerajaan Surga. Hidup ini tragis. Semakin kita melihat tragisnya hidup, semakin kita memancangkan perhatian kita ke surga; sebab “dunia bukan rumahku.” Kita terdistrak oleh banyak hal. Sampai ada orang-orang yang tidak mampu berpikir kekekalan. Tidak mau masuk neraka, tetapi tidak merindukan Kerajaan Surga. Waspadalah, karena detiap hari kita diracuni oleh apa yang kita lihat, kita dengar, dan suasana pergaulan yang fasik.
Kita ditarget Iblis yang berusaha untuk menghalangi kita mencapai target dengan cara membuat cara berpikir atau sudut pandang kita salah.