Firman Tuhan mengatakan di Injil Matius 1:19-21, malaikat Tuhan menampakkan diri dalam mimpi kepada Yusuf, ketika Yusuf diam-diam hendak meninggalkan Maria. Ia seorang yang tulus hati, ia tidak mau mencemarkan istrinya di muka umum sehingga mau memikul beban yang dipandang merupakan kesalahan Maria yang hamil di luar pernikahan dengan dirinya. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksudnya untuk meninggalkan Maria, malaikat Tuhan datang kepadanya dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki, dan engkau akan menamakan dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Kalimat ini sudah sangat akrab bagi kita, bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan umat dari dosa mereka. Orang sering berpikir tidak perlu dijelaskan lagi karena sudah sangat jelas.
Tetapi sejatinya, banyak orang Kristen belum tahu maksud “menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” “Dosa” di situ bukan hanya dalam arti perbuatan yang telah kita lakukan, yang oleh pengurbanan Yesus di kayu salib, dosa kita diampuni, dihapus, atau dianggap tidak pernah ada, tidak pernah terjadi. Oleh darah Tuhan Yesus tersebut, kita dibenarkan di hadapan Allah. Tetapi bukan hanya itu, dosa juga menyangkut kodrat, natur, karakter, sifat yang sudah menyatu di dalam diri seseorang. Jadi kalau Yesus datang menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka, itu bukan hanya berarti Tuhan Yesus mengampuni segala perbuatan salah yang dilakukan, tetapi Tuhan Yesus hendak mengubah manusia dari karakter dosa di dalam diri manusia tersebut menjadi seorang yang kudus; yang berkarakter ilahi.
Penyelesaian itu harus dilakukan sejak hidup di dunia. Banyak orang tidak mengerti. Mereka tidak tahu bagaimana dengan keadaan keberdosaan atau karakter dosa di dalam dirinya. Sehingga tanpa sadar orang berpikir bahwa seakan-akan Allah menutup mata. Apa pun keberadaan orang tersebut, yang penting Yesus telah mati di kayu salib memikul dosa-dosa, maka sudah selesai. Padahal, Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa mereka yang masuk ke dalam surga adalah orang-orang yang kudus, yang tidak bercacat dan tidak bercela. Itu berarti penyelesaian dosa manusia bukan hanya pada perbuatan salah yang telah diselesaikan oleh kurban Tuhan Yesus, tetapi juga keberadaan dosa yang ada pada mereka yang harus diubah; dari kodrat dosa menjadi seorang yang berkodrat ilahi. Dan itu harus sudah berlangsung atau terjadi sejak hidup di dunia.
Roma 3:23 mengatakan, “karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Artinya semua orang telah berkeadaan berkodrat dosa dan telah kurang kemuliaan Allah; tidak mencapai standar seorang yang memiliki kemuliaan Allah. Jadi, kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang dirancang untuk meraih kemuliaan Allah yang hilang itu. Kita harus mempersoalkan hal ini dengan serius. Semestinya, tidak ada hal yang lebih penting dari persoalan memperoleh atau meraih kemuliaan Allah ini. Mendengar kata “kemuliaan Allah,” juga selama ini pasti orang memandangnya abstrak, tidak jelas. Jangan kita menjadi seperti orang fasik di Mazmur 73 yang pada akhir hidupnya Tuhan katakan, “rupa mereka Kau pandang hina.” Itu sebenarnya sama dengan “mereka tidak memiliki kemuliaan.” Karena mereka biasa membangun kemuliaan di atas materi, kekayaan, pangkat, gelar, kehormatan, sanjungan manusia, dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu dan proses pembentukan Tuhan, baru kita bisa mengerti dan baru benar-benar mempersoalkan hal meraih kemuliaan Allah yang luar biasa ini.
Jadi jangan berpikir bahwa kita yang sekarang masih gampang tersinggung, masih mata duitan, masih genit, masih menyenangi dunia ini, lalu ketika mati Tuhan terima, karena Tuhan sudah memikul semua dosa-dosa kita di kayu salib, dan menganggapnya sudah selesai. Jika demikian, maka surga akan dihuni oleh orang-orang yang masih bisa tersinggung, masih senang melukai orang lain, masih bisa berzina, masih bisa tidak jujur. Jadi, sejak kita hidup di dunia ini kita sudah harus memperkarakan apakah kita sudah memiliki kemuliaan atau belum. Kita mengenal diri kita. Bagaimana reaksi waktu kita direndahkan atau difitnah, apakah kita membalas dengan alasan mau meluruskan, mengklarifikasi atau kita diam? Waktu Tuhan Yesus difitnah dan disiksa, Dia diam saja. Makanya orang yang benar-benar ingin serupa dengan Yesus akan mengalami apa yang Tuhan Yesus alami, karena standarnya Tuhan Yesus. Pasti Allah Bapa akan proses kita untuk bisa memiliki bentuk yang serupa dengan Yesus, karena orang-orang yang masuk surga adalah mereka yang telah melewati proses, bukan sekadar dosanya diampuni, dianggap tidak ada atau dibenarkan.
Kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang dirancang untuk meraih kemuliaan Allah yang hilang itu.