Sebenarnya banyak orang yang belum mengerti apa maksud ‘merdeka di dalam Tuhan.’ Dari muda kita ikut menyanyi lagu “sekarang saya sudah bebas,” dan kalimat itu sering diucapkan atau kadang-kadang diucapkan oleh orang Kristen bahwa diri mereka sudah bebas. Benarkah kita telah bebas? Secara de jure (secara hukum), kematian Yesus di kayu salib membebaskan kita dari kepemilikan (ownership) kuasa gelap atas diri kita. Tetapi apakah secara de facto (secara kenyataan) kita benar-benar telah terbebas dari kuasa gelap dan dimiliki Tuhan? Itu tergantung masing-masing individu; yaitu apakah seseorang memberi diri untuk dimiliki Tuhan, dikuasai, dicengkeram oleh Tuhan, atau memberi diri atau membiarkan diri dimiliki oleh kuasa kegelapan.
Orang-orang yang masih hidup di dalam kesenangan diri sendiri, kepuasan diri sendiri—dalam kebencian, dendam, dosa, kenajisan, percabulan, ketidakjujuran—adalah orang-orang yang masih dimiliki kuasa gelap; secara de facto dia memberi diri dikuasai kuasa gelap. Itulah sebabnya, firman Tuhan jelas mengatakan dan ini tidak bisa terbantahkan, “Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (Gal. 5:1). Jangan lagi dibelenggu oleh perhambaan, artinya menghamba kepada keinginan-keinginan diri sendiri, nafsu-nafsu diri sendiri. Ini berarti ada dalam belenggu kuasa gelap.
Mari kita dengan rela memberi diri untuk dibelenggu atau dikuasai oleh Tuhan. Bagaimana hal itu bisa terjadi atau berlangsung dalam hidup kita? Firman Tuhan dalam Kolose 3:3 mengatakan, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Kematian terhadap diri sendiri adalah jalan untuk dimiliki oleh Tuhan. Kematian dari kesenangan, kepuasan diri sendiri, kematian dari daging kita, kematian terhadap daging kita, adalah jalan untuk hidup dalam Tuhan.
Oleh sebab itu, perhatikan ayat sebelumnya, “Carilah perkara yang di atas di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Inilah yang Tuhan ajarkan kepada kita. Kita harus menempatkan hati dan pikiran kita di Kerajaan Tuhan. Kita sudah mati bagi dunia; kita menutup pintu terhadap kesenangan dunia, hiburan dunia, dan kebanggaan-kebanggaan dunia. Dan kita merasa bahwa kita sudah ada di dalam surga. Tubuh kita di bumi, dan kita masih harus bekerja menghidupi daging ini dan memenuhi tanggung jawab terhadap keluarga, terhadap pekerjaan Tuhan. Tetapi kita sudah menghayati bahwa kita sudah ada di dalam surga.
Kita hanya menunggu waktu tubuh kita meninggal dunia; roh dan jiwa kita akan terangkat. Sulit memasuki wilayah ini. Tetapi tidak ada pilihan karena Tuhan sendiri yang berkata, “Kamu telah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Hal ini memang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, sebab ini harus diperjuangkan! Diperjuangkan secara riil dan nyata dalam hidup melalui kebenaran firman yang mengubah pikiran melalui doa pribadi atau doa bersama sehingga kita bisa menghayati apa artinya ayat tersebut.
Ketika kita bisa menghayati kematian daging atau manusia lama kita; kematian dari dunia, kematian terhadap dunia, dan hidup bagi Allah, baru kita bisa mengatakan “Tiada yang kuharap lagi, apa pun di bumi ini. Tiada yang kunanti lagi apa pun di bumi ini.” Betapa anehnya kehidupan seperti ini. Betapa tidak wajarnya kehidupan seperti ini. Tetapi inilah kehidupan kristiani yang benar. Menjalani hidup seperti ini bukan berarti kita jadi nyentrik. Kita masih berpenampilan wajar. Tentu kita harus bekerja mencari nafkah, memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga kita, atau orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita.
Tentu kita masih bisa menikmati manisnya gula, lezatnya makanan, masih bisa menikmati segarnya buah. Tapi, hati kita tidak terikat sama sekali. Kita bisa naik mobil pribadi, bisa naik kendaraan umum. Tetapi orang yang hatinya benar-benar telah ditaruh di dalam Kerajaan Surga adalah orang yang pasti dipelihara Tuhan secara istimewa. Kita akan mendapat perlakuan Tuhan istimewa, kita dijagai Tuhan walaupun banyak serangan. Dan pastinya, pikiran kita akan selalu tertuju pada bagaimana kita menyelesaikan pekerjaan Bapa dalam hidup kita. Kita berusaha bagaimana menemukan apa yang Tuhan tugaskan kepada kita untuk kita kerjakan dan tunaikan.
Pikiran kita hanya tertuju pada pekerjaan Tuhan. Kita hanya mengurusi pekerjaan Tuhan. Tapi Tuhan mengurusi kita; Tuhan mengurusi orang-orang yang kita kasihi dan melindungi mereka. Ini pilihan! Mungkin banyak di antara kita belum sampai pada tingkat ini. Memang hal ini tidak bisa dimengerti hanya dengan pikiran ketika kita mendengar penjelasan ini. Kita harus menjalani, baru kita bisa menghayati. Selamat belajar!