Skip to content

Di Ujung Maut

Suatu saat, orang dibawa kepada suatu keadaan bahwa tidak ada yang dia butuhkan kecuali Tuhan, dan pada saat itu dia akan berkata, “Aku membutuhkan Engkau, Tuhan.” Jika seseorang sadar bahwa ia membutuhkan Tuhan hanya ketika ada di ujung maut, sejatinya ia tidak akan pernah memiliki Tuhan. Suatu saat nanti orang akan menyadari bahwa ternyata yang dibutuhkan hanya Tuhan. Ia tidak membutuhkan siapa pun dan tidak membutuhkan apa pun, dia hanya membutuhkan Tuhan. Seperti orang kaya di Lukas 16, yang Alkitab katakan setiap hari dia berpesta, berpakaian jubah ungu dan kain halus, bersuka ria dalam kemewahan. Suatu saat, dia menyadari bahwa tidak ada yang dia butuhkan kecuali air yang dapat memuaskan dahaga jiwanya. Dan ternyata air itu, bukan air mineral. Yang dibutuhkannya adalah Tuhan; air kehidupan. Kalau pemazmur mengatakan di Mazmur 42, “Seperti rusa merindukan sungai yang berair,” maksudnya dirinya seperti rusa, dan sungai yang berair itu adalah Tuhan.

Tentu dalam konteks Perjanjian Lama, maksudnya adalah Elohim Yahweh. Bagi rusa, air bukan suplemen atau tambahan. Bagi rusa, air adalah seluruh kehidupannya; nyawanya. Mestinya orang menyadari hal itu sejak hidup, sebab kalau menyadari atau sadar setelah di ujung maut artinya dia tidak memiliki kesempatan lagi untuk rekonsiliasi dengan Tuhan. Sejatinya, orang-orang seperti ini licik, curang. Pada waktu memiliki kesempatan, ia tidak sungguh-sungguh menghargai dan menghormati Tuhan. Dia lebih menghargai dan menghormati yang lain. Kalaupun berurusan dengan Tuhan, maka Tuhan hanya menjadi alat untuk meraih apa yang dia pandang menjadi kesukaan dan kebahagiaan. Tuhan bukannya menjadi Tuan dan Majikan; Tuhan dijadikan alat untuk meraih apa yang menjadi kesenangannya. 

Jujur saja, jiwa kita sudah banyak yang sesat. Sebagian besar orang percaya, jiwanya sudah sesat. Kehausannya tidak pada Tuhan secara penuh. Mereka bisa berkata, “Seperti rusa merindukan sungai yang mengalir atau sungai yang berair,” tetapi sebenarnya jiwanya belum sungguh-sungguh haus. Memang manuver kuasa kegelapan kadang-kadang membuat kita mengingini, haus kepada sesuatu yang bukan Tuhan. Dan itu adalah gejala kita mengkhianati Tuhan. Bersyukur kita menyadari pada waktu kita sedang diarahkan kuasa kegelapan untuk haus dan mengingini yang lain tersebut. Sadari bahwa selera jiwa kita sudah rusak. Terbentuk dari kecil, terbentuk dari kanak-kanak, untuk mengingini dunia. Syukur kalau kita memberi diri diproses oleh Tuhan, seperti pemazmur di Mazmur 73, bagaimana dia mengalami kehidupan yang begitu menderita. 

Tetapi di akhir pasal itu, pemazmur mengatakan, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Kalau bisa diuraikan, pemazmur mengatakan bahwa “Pada akhirnya, tidak ada yang dapat kumiliki selain Tuhan. Maka, sejak di bumi aku belajar untuk melepaskan semuanya dan memiliki Tuhan.” Memang, orang tak dapat memiliki Tuhan kalau ia tidak melepaskan semuanya. Melepaskan semuanya bukan berarti memberikan semua uang untuk gereja atau yayasan sosial. Malah itu bisa salah. Tetapi kita bisa mengerti, dan mengakui bahwa seluruh harta, seluruh milik kita itu milik Tuhan. Kita tidak berharap apa yang ada pada kita bisa membahagiakan kita, kecuali Tuhan menjadi kebahagiaan kita. Lalu apa pun yang kita miliki, bisa membahagiakan kita. Kalau kita memiliki Tuhan dan tidak mengharapkan kebahagiaan pada apa pun dan siapa pun selain Tuhan, maka apa pun yang ada pada kita, seberapa pun—akan membuat kita merasa cukup

Ketika selera jiwa kita tertumpu pada dunia, berarti kita sakit. Salahnya bukan pada mobil, tas mahal, rumah, melainkan pada sikap hati. Orang yang tidak mengingini Tuhan sejak hidup di bumi, tidak akan pernah diperkenan mengingini Tuhan di kekekalan. Kalau sejak di bumi kita mengingini Tuhan, kita merindukan Tuhan, kita haus akan Dia, maka waktu kita menutup mata, Tuhan menyambut kita. Jangan curang; kalau lagi banyak masalah, mencari Tuhan. Kalau tidak ada masalah, tidak mencari Tuhan. Jadi ketika Tuhan membawa kita kepada badai, pada persoalan, kita mencari Tuhan, sebenarnya Tuhan panggil kita lewat masalah itu. Jadi, kalau kita datang kepada Tuhan, bukan sekadar supaya masalah kita selesai. Tetapi karena kita mau menemukan Tuhan. Walaupun masalah belum selesai, tetapi kita menemukan Tuhan. 

Jangan berhenti mencari Tuhan. Untuk kesembuhan jiwa kita, perubahan selera jiwa kita. Karenanya, dengarkan Firman yang murni, beri waktu setiap hari menghadap Tuhan. Dia Allah yang hidup, yang bisa ditemui. Alkitab berkata, “kecaplah,” berarti Tuhan bisa dirasakan. Kecaplah Tuhan. Berdoalah pada pagi hari, ketika pikiran masih fresh, dan fisik dalam kondisi prima. Kita bangun pagi, kita menyembah Tuhan dan berdoa. Tanpa kita sadari, selera jiwa kita akan berubah. 

Jika seseorang sadar bahwa ia membutuhkan Tuhan hanya Ketika ada di ujung maut, sejatinya ia tidak akan pernah memiliki Tuhan, karena pada waktu memiliki kesempatan, ia tidak sungguh-sungguh menghargai dan menghormati Tuhan.