Saudaraku,
Pernahkah kita memperkarakan, seandainya Yesus ditempatkan oleh Bapa hidup di zaman kita, bagaimana perilaku-Nya? Bagaimana Yesus menjalani hidup di dunia kita hari ini dengan segala dinamikanya? Maka Tuhan akan menjawab begini: “Itulah sebabnya Aku menempatkan kamu. Itulah sebabnya Aku memanggil kamu untuk menjadi pengikut-Ku, sebab kamulah orang yang harus memperagakan hidup-Ku di zamanmu.” Entah kita dikelompokkan sebagai orang Kristen Protestan, Kharismatik, Pentakosta, Katolik atau apa pun, tidak penting. Yang penting adalah pengakuan dari Tuhan bahwa kita mengenakan hidup-Nya Yesus, gairah-Nya. Karena Bapa di surga sangat mengingini hal ini.
Tuhan Yesus rindu untuk menghadirkan diri-Nya di tengah-tengah dunia hari ini, di dalam dan melalui kita. Seberapa dalam, seberapa tinggi pengetahuan kita tentang Tuhan menjadi tidak ada artinya jika dibandingkan dengan bagaimana kita bisa memperagakan hidup Tuhan di dalam diri kita.Di situlah, setiap orang harus mengenal Tuhan secara khusus dalam konteks hidup orang tersebut yang sangat khusus, sangat khas yang tidak bisa dimengerti orang lain.
Ironi, kita hanyut dengan berbagai kesibukan—bagi para pendeta, sibuk dengan berbagai kegiatan pelayanan gereja, pelayanan rohani—sampai kita lupa apakah kita memakai jubah spirit dan gairah Tuhan Yesus atau tidak. Dan tanpa sadar, kita sering hanya mewarisi gerak pelayanan, gerak kehidupan rohani yang kita terima dari pendahulu kita. Tidak takutkah kita kalau suatu hari Tuhan memeriksa hidup kita? Lalu Tuhan berkata, “Aku tidak mengenal kamu, sebab kamu tidak melakukan kehendak Bapa.” Kehendak Bapa dalam hidup kita pribadi, bukan dalam hidup orang lain.
Jangan kita memperkarakan orang lain. Perkarakan diri kita sendiri dalam hidup kita sendiri. Maka, pertanyaannya adalah apakah hidup kita benar-benar sudah berkenan di hadapan Tuhan? Hati kita itu licik, Saudaraku. Seringkali kita melakukan kegiatan-kegiatan yang di dalamnya kita punya kesenangan, ada sesuatu yang kita mau nikmati, tapi kita tidak pernah memikirkan apakah Tuhan menikmatinya atau tidak. Dan yang kita lakukan sering dibungkus atas nama pelayanan, pengabdian kepada Tuhan, tapi di situ kita punya agenda. Mungkin memang bukan agenda besar, melainkan agenda terselubung. Seharusnya, setiap gerak hidup kita sekecil apa pun, kita perkarakan; “Apakah yang kulakukan ini bisa membuat Tuhan senang?”
Kalau kita sungguh-sungguh mau memperkarakan bagaimana kita memperagakan hidup Yesus, maka hal-hal yang tidak patut sekecil atau sehalus apa pun itu, kita tidak lakukan. Sebab kita mau menjadi saksi-saksi Kristus di mana pun kita berada. Orang akan menemukan Yesus dalam hidup kita bukan dari perkataan kita saja.Justru bukan dari cakap bicara kita, melainkan dari sikap hidup kita, dimana semakin orang mendekati hidup kita semakin mereka menemukan keagungan Allah. Bapa dibahagiakan oleh kehadiran manusia-manusia yang mengenakan pribadi Putra Tunggal-Nya, sehingga Bapa bisa mengatakan, “Ini anak-Ku yang Kukasihi kepadanya Aku berkenan.”
Ayo kita berjuang. Tinggalkan dunia, artinya jangan kita melihat apa yang tidak membangun iman, dan jangan bergaul dengan orang-orang yang tidak membangun iman. Hidup kita harus rela diambil oleh Tuhan. Tuhan kita, Yesus Kristus, menundukkan diri, taat sampai mati bahkan mati di kayu salib. Demikian pula, kita jangan bikin perusahaan di dalam perusahaan. Kita hidup di perusahaan Tuhan dan mengabdi bagi perusahaan-Nya, Kerajaan-Nya, agar tidak punya kerajaan di dalam Kerajaan. Itu seperti spirit Lusifer. Kita mau mengibarkan bendera Tuhan di dalam hidup kita. Yang mana itu menggetarkan kuasa kegelapan, menakutkan bagi kuasa kegelapan, karena orang-orang seperti ini akan mempercepat kedatangan Tuhan. Maka, jangan lupa waktu untuk bertemu Tuhan secara pribadi.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Tuhan Yesus rindu untuk menghadirkan diri-Nya
di tengah-tengah dunia hari ini, di dalam dan melalui kita.