Salah satu keistimewaan yang dimiliki makhluk manusia adalah kehendak bebas. Manusia diciptakan dengan pikiran dan perasaan yang tidak terdapat dalam ciptaan lain. Dari pikiran dan perasaan manusia ini, manusia dapat memiliki kehendak, dan kehendak manusia itu bebas. Manusia bisa mengisi sebanyak-banyaknya apa yang dia ingini, apa yang dia kehendaki, dan apa pun yang dia minati. Dan Allah sendiri di dalam kedaulatan-Nya, memiliki tatanan yang Dia tegakkan. Allah konsekuen dengan diri-Nya dan tidak akan melanggar tatanan yang Dia sendiri buat, yaitu memberi manusia kesempatan untuk memiliki keinginan atau kehendak sebanyak-banyaknya yang manusia mau. Inilah keelokan, keindahan, kelebihan atau supremasi yang dimiliki manusia dibandingkan makhluk-makhluk yang lain. Itulah sebabnya, manusia disebut sebagai mahkota ciptaan Allah, puncak dari karya Allah.
Tetapi harus diingat, manusia di dalam kehendak bebasnya harus mengerti dan menerima, mengapa dirinya diciptakan oleh Allah. Kita melihat peta kegagalan manusia pertama yang membuat bumi terhukum atau terkutuk dan semua keturunannya tidak menikmati kehidupan yang ideal. Dan peta itu cukup jelas memberi pelajaran yang sangat mahal kepada kita. Jangan sembarangan mengisi pikiran dan perasaan dengan kehendak sesuka kita sendiri, jangan menciptakan, membangun, dan memproduksi keinginan sesuka hati. Tetapi kalau mau sesuka hati, silakan, tidak ada yang bisa melarang. Allah sendiri pun tidak melarang. Dengan pertimbangan, bahwa yang dikehendaki itu akan membahagiakan dirinya, maka manusia telah memilih jalannya sendiri dan sesat.
Semua orang pasti mati, itu kematian pertama. Tetapi jangan mengalami kematian kedua, yaitu terpisah dari hadirat Allah. Kematian kedua membuat seseorang kehilangan nyawa, kehilangan hidup, terpisah dari Allah selama-lamanya, dan ini adalah kengerian di atas segala kengerian. Hanya, manusia jarang mengetahui dengan sungguh-sungguh; sedikit sekali orang yang mau mengerti dan benar-benar mengerti serta menerimanya. Kalau Yesus berkata, “Barangsiapa kehilangan nyawa karena Aku, ia akan memperolehnya,” artinya, dia tidak akan mengalami kematian kedua.
Sejatinya, orang Kristen yang benar tidak mungkin dapat hidup wajar di mata manusia. Namun, banyak yang belum tahu harga yang benar dalam mengiring Yesus. Harga yang benar menjadi orang Kristen adalah kehilangan nyawa; tidak boleh lagi sembarangan memiliki keinginan. Tuhan menyediakan bumi dan segala fasilitasnya untuk kita, tetapi di dalam menikmati semua, kita tetap di dalam jalur Tuhan dan kita tidak memberhalakan apa pun yang kita nikmati. Ada orang yang menikmati sesuatu, menjadi terikat dengan sesuatu itu; menjadi belenggu sampai ia tidak mau dan tidak dapat lagi mengerti kehendak Allah. Mestinya, kita bisa memberikan label “dangerously addictive.” Addictive artinya “candu,” sedangkan dangerously artinya bahaya; candu yang membahayakan. Tapi kita selama ini tidak pernah pernah peduli apakah ini membahayakan atau membuat kita terikat, atau tidak.
Suatu saat, tidak bisa tidak, seiring dengan hari tuanya dimana fisik tidak berdaya, baru ia menyadari bahwa semua akan berakhir. Tetapi dia sudah membayar harga mahal; perhatian, tenaga, pikiran, materi tercurah untuk semua yang pernah dia candui dan itu semua ternyata fana. Gereja juga bisa menjadi candu. Bukan berarti salah kalau kita aktif di gereja, tapi mestinya kesukaan kita bukan gereja itu sendiri melainkan Tuhan. Roh Kudus akan menolong kita, bagaimana kita dapat menempatkan segala sesuatu secara proporsional supaya kita bisa benar-benar memiliki karya legacy yang memiliki nilai kekal di Kerajaan Surga. Kita bisa menikmati makan enak, tidur nyenyak, seni, alam, dan semua berkat tanpa terikat. Di sini sebenarnya kita harus bisa harus membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Kalau selama ini semua yang kita anggap keinginan itu kebutuhan, kita terikat. Pasti terikat, tercandui dengan banyak hal. Karena, keinginan kita itu seperti sumur yang tidak memiliki dasar. Mau diisi sebanyak apa pun, tidak pernah penuh.
Hargai manusia dengan nilai-nilai kemanusiaan, sebab setiap individu memiliki nilai kekal di dalam dirinya. Makanya, dalam pelayanan kita tidak melihat seseorang itu kaya atau miskin. Tentu untuk orang tua, kita harus tunduk; untuk orang yang biasa terhormat, kita juga harus tunduk. Ini namanya etika hidup. Tetapi yang penting di sini, kita harus punya hati yang simplicity (sederhana). Kita minta hikmat Tuhan, apakah keinginan yang kita miliki, berkenan di hadapan Tuhan atau tidak. Percayalah, Tuhan pasti berbicara kepada kita. Tidak mungkin Tuhan tidak berbicara. Tapi ingat, Tuhan sendiri tidak bisa mencegah kalau kita punya keinginan. Di sinilah peran kehendak bebas kita, agar kita bisa menilai apakah keinginan kita ini sesuai tidak dengan kehendak Tuhan. Artinya, keinginan diri kita sendiri dari kepuasan, kesenangan kita atau kebutuhan, yang kebutuhan ini memang berguna untuk pekerjaan Allah? Pekerjaan Allah tidak harus selalu berurusan dengan kegiatan gereja, tapi segala sesuatu yang kita lakukan yang membuat orang lain diberkati adalah kebutuhan kita.
Tuhan menyediakan bumi dan segala fasilitasnya untuk kita nikmati, tetapi di dalam menikmati itu semua, kita tidak memberhalakan apa pun, apalagi sampai menjadi candu yang membahayakan (dangerously addictive).