Berurusan dengan Allah yang benar, artinya kita harus memikirkan hal-hal yang bersifat kekekalan. Berurusan dengan Allah yang benar, maka orientasi berpikir kita harus hal-hal kekekalan. Ini ciri dari Allah yang benar, ciri dari jalan kebenaran yang benar. Banyak agama atau kepercayaan di dunia dan banyak ilah, allah, dewa yang ditawarkan. Ciri dari Allah yang benar adalah Allah yang memperkarakan kekekalan dan menghendaki umat-Nya berfokus pada hal ini.
Kalau kita berurusan dengan Allah Bapa yang bernama Elohim Yahweh, yang mengutus Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus datang ke dunia, tetapi tidak memiliki orientasi berpikir mengenai kekekalan, maka kita tidak akan pernah bisa seiring dengan Allah. Sampai mati atau meninggal dunia, kita tidak akan pernah mengenal Dia dengan benar. Oleh sebab itu, mari ubah cara berpikir kita. Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan kekekalan kita, bukan untuk perkara-perkara fana dunia.
Oleh karena pengaruh dunia, lingkungan sejak kecil—lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan pergaulan—maka kita memiliki cara pandang hidup yang salah. Proyeksi hidup dan orientasi berpikir kita masih kefanaan. Kita harus memeriksa diri dengan benar. Coba kita introspeksi diri. Jangan sampai terlambat mengubah diri atau diubah oleh Tuhan, sampai kita tidak pernah berubah. Selama masih ada kesempatan, dan hati kita masih bisa dilenturkan, kita bisa berubah. Tetapi kalau kesempatan yang Tuhan berikan kita abaikan, lalu kita berpikir dengan cara berpikir anak dunia terus-menerus, sudah mendengar Firman tetapi tidak mau menuruti, mengeraskan hati, kita mendukakan Roh Kudus.
Kalau terus-menerus mendukakan Roh Kudus, kita bisa memadamkan Roh Kudus. Setelah memadamkan Roh Kudus, kita menghujat Roh Kudus. Menghujat, artinya kita sudah tidak bisa menerima lagi pekerjaan Roh Kudus di dalam diri kita. Seperti tanah kering yang tidak bisa lagi ditumbuhi tanaman. Jangan main-main dengan peringatan ini! Kita mungkin selama ini merasa aman. Ketika kita sukses dalam karier atau bisnis, ada suara berkata, “Allah memberkati.” Kita merasa dalam keadaan yang diperkenan oleh Allah. Kita merasa diberkati Tuhan, itulah siasat setan yang menyesatkan dan menipu kita. He is a liar; dia penipu.
Bagi para hamba Tuhan, jangan berpikir dengan jemaat yang berjumlah besar, berarti sudah benar. Jangan merasa diberkati Tuhan karena memiliki bisnis atau karier yang sukses. Setan sedang menipu kita. Padahal, kita tidak ada di tempat yang tepat di mata Allah. Banyak orang Kristen yang merasa diberkati oleh Tuhan, sebenarnya tidak. Cirinya apa? Dia masih berorientasi pada kefanaan.
Bagi yang merasa diberkati Tuhan, bisa membangun gereja dengan uang yang dimiliki, membuat persekutuan doa di rumah lalu mengundang pendeta, melakukan kegiatan sosial, dan kita merasa diberkati oleh Tuhan. Dengan berkat itu, kita bisa membagi ‘remah-remah.’ Itu bukan seluruh hidup, hanya ‘remah-remah.’ kalau memiliki uang 1 triliun, kita mempersembahkan 3-4 miliar, itu masih remah-remah. Lihat bagaimana Iblis menipu kita. Pokoknya kalau kita belum berorientasi pada kekekalan, kita masih sesat (menyimpang).
Apa pun yang kita peroleh di dunia, seagung, semulia, sebesar, semakmur apa pun, tidak ada artinya dibanding kekekalan. Perbandingannya: nol dengan tidak terhingga. Gunakan logika rohani kita. Allah hanya mau berurusan dengan orang-orang yang berorientasi pada kekekalan. Ingat, ketika Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya, Dia menyampaikan khotbah di bukit. Di Matius 6:19-21 Tuhan Yesus memulai dengan pernyataan: “kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Sudah sangat jelas. Kita bisa berbicara tentang Tuhan atau mengenai surga dan neraka, tetapi kita belum berorientasi pada kekekalan. Bagi para pendeta, lulusan Sekolah Tinggi Teologi, harus hati-hati. Jangan merasa sudah bisa berkhotbah tentang Tuhan, berarti sudah rohani dan diperkenan oleh Allah.
Kalau orientasi berpikir kita belum kekekalan, artinya kita belum tepat; masih meleset. Kalau kita bicara mengenai langit baru bumi baru, lalu orang menertawakan, kita bisa mengerti, mereka tidak akan pernah tahu karena mereka tidak berorientasi pada kekekalan. Bersyukur kita memiliki istilah yang terus-menerus kita gemakan; diksi yang terus-menerus kita ucapkan dan kita dengar yaitu LB3 (langit baru bumi baru). “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Kita harus mencabut pikiran-pikiran yang berorientasi pada kefanaan.
Kita tidak bisa berkata, “Tuhan, cabut ini.” Kita harus mencabutnya sendiri. Dengan mendengar Firman Tuhan, ikut berdoa, maka atmosfer rohani akan meliputi hidup kita. Kita akan bisa mencabut proyeksi kefanaan, proyeksi duniawi di dalam diri kita. Kita yang harus mencabutnya. Kita harus mengarahkan hidup kepada perkara yang di atas.
Ciri dari Allah yang benar adalah Allah yang memperkarakan kekekalan dan menghendaki umat-Nya berfokus pada hal ini.