Skip to content

Bukan Kebetulan

Apa pun dan bagaimanapun keadaan kita hari ini—pria atau wanita, menikah atau tidak menikah, punya anak atau tidak, kaya atau miskin—tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah apakah kita pada akhirnya ketika berada di ujung waktu, didapati berkenan atau tidak. Dan masalah lainnya adalah kita tidak pernah tahu di mana ujung waktu kita. Dari antara kita, satu per satu akan menghadap pengadilan Tuhan. Kita tidak tahu siapa yang akan lebih dulu di antara kita. Maka, jangan anggap ringan dengan perkara kekekalan ini. Jangan main-main. Sejujurnya, sebagian dari kita ini masih ceroboh. Kita berpikir semua aman-aman saja. Kita tidak sadar betapa mengerikannya kekekalan itu. 

Hidup ini tidak gratis. Kita ada di bumi ini by design; bukan ada secara kebetulan atau kecelakaan. Allah yang mendesain dan merancang kita menjadi makhluk yang agung di mata Tuhan. Keagungan itu tidak diukur dari arloji yang kita kenakan, tas yang kita sandang, penampilan wajah, pakaian, dan lain-lain. Bukan penampilan lahiriah, melainkan manusia batiniah kita, yang nanti suatu hari akan dipakaikan tubuh kemuliaan. Maka, kita belajar mendengar peringatan-peringatan Tuhan. 70 – 80 tahun umur hidup kita merupakan persiapan kekekalan. Apa yang kita lakukan? Tuhan tahu bagaimana mendesain waktu hidup kita. Momentum demi momentum menjadi kronos, kronologi yang bagus untuk menciptakan manusia yang agung.

Jangan kita hanya setuju, namun camkan ini. Setiap hari kita harus serius, sebab hidup kita ini luar biasa, tidak semua orang menjadi umat pilihan. Allah hanya menentukan orang-orang tertentu sesuai dengan prerogatif Allah. Kalau kita hidup sebelum zaman penggenapan, maka kita tidak pernah menjadi orang yang mengenal Yesus. Atau kita ada di suatu pedalaman yang sangat terpencil, kita pun tidak pernah mendengar Injil. Kalau pun mendengar, tetapi kita tidak pernah mendengar Injil secara benar. Tetapi sebagai umat pilihan, kita harus menjadi saksi bahwa Yesus dari Allah yang benar. Kita menjadi saksi-Nya dengan mengenakan hidup-Nya. Belas kasihan, ketulusan, kasih, moralitas kesucian. Itu kesaksian yang harus kita tunjukkan. Sehingga tercipta suasana “yang tidak melawan kamu di pihak kamu.” 

Luar biasanya menjadi umat pilihan adalah kita dipersiapkan untuk dipermuliakan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Maka, kita harus memiliki keagungan mental, spiritual, karakter yang agung seperti Bapa di surga. Maka, Yesus berkata di Lukas 14:33, “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” Melepaskan diri dari beban dan dosa (Ibr. 12:1), sehingga kita bisa melihat Yesus yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Kita tidak bisa ikuti Dia, karena beban dan dosa. Menanggalkan beban dan dosa bukanlah perlombaan itu sendiri. Tetapi itu adalah hal yang menghalangi, menghambat, merintangi perlombaan yang wajib. Perlombaan yang wajib adalah to be like Jesus. Itu harus menjadi kerinduan kita. 

Maka, kita harus memberi sepenuhnya hidup kita untuk itu. Sejatinya, kita mau cari apa dalam hidup ini? Apa pun yang kita miliki, akan kita lepas. Ayo, kita kembali berpikir ulang. Banyak hal yang kita anggap selalu penting, selalu mendesak. Tetapi yang mestinya penting dan mendesak adalah momentum-momentum yang Tuhan berikan, yang di dalamnya Tuhan mau membentuk kita. Jangan dilewatkan. Jangan sampai kita melewatinya, karena kita tidak punya kepekaan. Fokus kita tidak tertuju kepada Tuhan karena banyak urusan lain. Kita pasti banyak urusan, pasti sibuk. Tetapi ingat, di dalam semua kesibukan tersebut, fokus kita harus tetap langit baru bumi baru. Fokus kita harus tetap kekekalan, dan kita mempersiapkan diri untuk kekekalan tersebut. 

Maka, hidup kita harus diubahkan. Harus memberi diri disita. Setiap dosa atau kesalahan yang kita lakukan, harus kita sadari. Jangan berpikir melepaskan besok, atau hari ini, sama. Tidak sama. Kalau sudah telanjur merekam dosa, merekam gairah, tidak gampang. Sadarkah kita bahwa di luar kemampuan kita memahami betapa besar kasih Allah, sungguh Dia ingin membawa kita ke tempat yang Bapa sediakan? Bahkan untuk umat pilihan, kita akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam Rumah Bapa. Bukan fantasi, bukan dongeng, ini adalah realitas yang suatu hari nanti kita pasti alami. Tetapi Bapa tidak bisa membawa kita ke tempat itu, jika kita tidak layak. Makanya kita diproses. Ayo kita sungguh-sungguh menginvestasikan pikiran, perasaan, waktu, tenaga, dan semua potensi yang kita miliki menyambut penggarapan Tuhan. 

Momentum demi momentum yang Tuhan atur menjadi kronologi yang begitu indah. Dan kita bisa pahami dan memberi diri kita dibentuk. Hidup ini singkat dan tragis. Jangan merasa sudah sembuh, jangan merasa sudah lengkap dan utuh. Sebab hanya orang yang haus dan lapar akan kebenaran yang akan dipuaskan. Menyerahkan hidup tidak hanya berarti menjadi pendeta, lalu melayani kegiatan gereja. Menyerahkan hidup yang sesungguhnya adalah memberi diri dibentuk oleh Allah. Menjadikan ini bukan saja prioritas, tetapi satu-satunya isi hidup kita.

Hidup ini tidak gratis. 

Kita ada di bumi ini bukan kebetulan.

Allah merancang kita menjadi makhluk yang agung di mata Tuhan.