Banyak manusia—termasuk orang Kristen—telah terbawa oleh pengaruh dunia. Seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 15, “Mari kita makan minum, sebab besok kita mati.” Seakan-akan hidup itu hanya sekali, yaitu di dunia ini. Setelah mati, bukan kehidupan. Padahal, justru kehidupan yang benar itu nanti di balik kubur. Maka Tuhan Yesus berkata, “kamu bukan berasal dari dunia ini. Dunia bukan rumahmu.” Sekalipun demikian, mereka masih nekat, tidak mau mengerti. Tetapi nanti kalau mati, mau masuk surga
Memang, tidak ada orang yang mau masuk neraka, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh mau masuk surga. Mereka memandang masuk surga itu gampang karena sudah percaya Yesus. Ini menyesatkan. Seharusnya kita senantiasa bebenah diri yang menimbulkan perasaan krisis positif. “Kalau aku di hadapan Tuhan, apa penilaian Tuhan terhadap diriku?” Teolog bisa menilai Tuhan, menalar Tuhan, melogikakan Tuhan. Tetapi benarkah mereka benar-benar mengerti apa yang dipikirkan Tuhan?
Banyak orang beralibi, “Kalau bicara tentang Tuhan, ini hal yang tidak kelihatan.” Coba baca Alkitab, tokoh-tokoh iman yang menjadi potret hidup orang-orang yang layak jadi manusia Allah, mereka berurusan dengan Allah yang tidak kelihatan. Itu bukti nyata. Abraham bisa meninggalkan tanah air, keluarga, kampung halaman, ke negeri yang dia tidak tahu. Padahal, Lembah Sumeria pada zamannya adalah lembah yang paling subur dan metropolis. Di luar itu, padang belantara. Namun, Abraham dapat percaya kepada Yahweh; berurusan dengan yang tidak kelihatan.
Contoh yang benar yaitu Tuhan Yesus yang terus bicara mengenai Bapa. Lalu, Paulus yang meneladani hidup Tuhan Yesus. Banyak orang Kristen yang sebenarnya belum bertemu Tuhan. Setiap kita harus benar-benar menemukan apa penilaian Tuhan terhadap diri kita. Pastikan Tuhan berkata, “Aku berkenan kepadamu.” Kalau tidak, harus dikejar! Milikilah perasaan krisis. Jangan seperti orang-orang yang tidak peduli apa penilaian Tuhan terhadap dirinya. Untuk hal-hal fana saja tidak boleh, apalagi untuk kekekalan.
Kalau kita berkata, “sikat dulu, urusan belakangan” menyangkut kekekalan, berarti kita sudah mati, dan nanti di hadapan pengadilan Tuhan, kita tidak bisa memperbaiki diri. Jangan anggap remeh hal ini! Kalau kita melamar di suatu kantor, tetapi tidak diterima, masih ada peluang di kantor lain. Tetapi kalau tidak diterima Tuhan, mau ke mana? Tuhan itu Esa. Hanya Tuhan yang bisa menolong kita. Hanya satu Allah yang benar, Elohim Yahweh, dalam Yesus Kristus.
Kalau kita sampai tidak memiliki Dia, berarti kita hanya memiliki Iblis dan ia kejam sekali. Iblis sekarang berwajah manis, lewat berbagai kesenangan yang ditawarkan, yang membuat kita memiliki krisis fana; belum punya rumah, belum punya jodoh. Mestinya krisis kita adalah: “Aku belum bersekutu dengan Allah secara benar.”
Soal kuat tidak kuat gairah kita mencari Tuhan, itu tergantung kita. Kita yang harus membangkitkan gairah untuk Tuhan. Jangan sampai hidup kita ditenggelamkan, dibelenggu, disandera oleh berbagai krisis. Kita harus membangkitkan perasaan krisis yang benar. Tuhan Yesus berkata, “Apa gunanya orang beroleh segenap dunia kalau jiwanya binasa?” Sejatinya, di dalam pernyataan ini Tuhan membangkitkan perasaan krisis. Apa gunanya kamu sukses karier, studi, rumah tangga, tetapi kamu binasa? Atau orang-orang yang kau kasihi dan dirimu terpisah di kekekalan. Apa artinya?
Kalau kita masih bersikap kurang ajar terhadap Tuhan, tidak menghargai nilai-nilai kekekalan, dengan berbagai perasaan krisis yang hanya berorientasi kepada hal-hal fana, kita binasa. Tuhan Yesus berkata, “Jangan takut hai, kawanan kecil. Bapamu berkenan memberi kerajaan itu kepadamu.” Diteguhkan lagi oleh Yohanes 14:1-2, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”
Ironis, tanpa disadari oleh banyak orang Kristen, mereka merasa bahwa Tuhan akan beserta mereka. Tetapi mengabaikan, apakah mereka menyertai Tuhan atau tidak? Bagaimana kita bisa diperkenan bersama dengan Tuhan, kalau kita tidak pernah menyertai Tuhan? Kalau berurusan dengan Tuhan pun, kita menarik-narik Tuhan dalam krisis kita. Jangan bawa Tuhan dalam bisnis kita, tetapi bawa diri kita kepada bisnis Tuhan.
Bisnis Tuhan adalah mengubah kodrat kita agar kita layak masuk Rumah Bapa, dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Maka, alami perjumpaan dengan Tuhan, supaya kita memiliki perasaan krisis yang benar. Jangan sampai tertutupi dengan berbagai krisis lain yang sementara, yaitu perkara-perkara fana.
Kita tahu bahwa hidup tidak akan pernah bebas dari masalah. Selalu ada masalah. Keadaan tertentu yang bisa mengancam, membahayakan kita, atau prediksi adanya keadaan yang bisa membahayakan, mengancam. Tuhan mau mengubah kita lewat persoalan-persoalan, juga Tuhan mengajar kita untuk melihat krisis yang lebih besar yaitu kekekalan.
Bisnis Tuhan adalah mengubah kodrat kita agar kita layak masuk Rumah Bapa, dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.