Skip to content

Bisa Dilewati

Kita sering sibuk dengan banyak hal. Kalau Tuhan berkata, ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,” artinya sibuklah dengan hal ini. Tetapi, banyak orang sudah terbiasa sibuk dengan banyak hal, seperti orang lain; sibuk karier, rumah tangga, bisnis, hobi, itu yang merenggut, menyita waktu, dan perhatian. Apa tidak boleh? Kalau kita mau hidup wajar seperti orang dunia, kita tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Jika dipertanyakan apakah hal tersebut salah, untuk kita, itu salah. 

Kalau kita nanti mati, melihat kemuliaan Allah di pengadilan Tuhan, kita akan berkata: “kalau tahu begini, aku tidak nikah; aku tidak punya anak; aku tidak punya hobi; aku tidak punya cita-cita apa pun.” Kita baru tahu bahwa apa yang dimaksud Paulus menguntungkan dalam ucapannya, “baik kau makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah,” itu benar demikian. Jadi, sekarang setelah kita makin mengerti kebenaran ini, kita betul-betul meronta, menggeliat untuk keluar dari kebiasaan hidup lama kita. Satu per satu hasrat, niat, keinginan, cita-cita, hobi ditanggalkan, menjadi tidak wajar di mata manusia. 

Kalau orang di hadapan keagungan, kemuliaan Allah di pengadilan Tuhan nanti, dia baru tahu, “kalau begini, aku tidak nikah. Kalaupun aku nikah, karena Tuhan yang suruh nikah. Kalau tahu begini, aku tidak akan punya anak. Tapi kalaupun aku punya anak, aku persembahkan anak untuk Tuhan. Kalau tahu begini, aku tidak punya kegiatan. Tapi kalaupun aku punya kegiatan, apa pun kegiatan itu, kupersembahkan untuk Tuhan.” Itu baru menjadi alat kemuliaan Allah. 

Sebelum terlambat, ayo kita kembali kepada kekristenan yang sejati. Kristen yang sejati, standarnya Tuhan Yesus. Berhubung kita tidak tahu berapa ukuran yang harus kita capai; kita tidak tahu bentuk apa yang Tuhan mau dalam hidup kita, masing-masing tidak perlu menilai orang atau menghakimi sesamanya. Uruslah dan perkarakan kelayakan diri kita masing-masing. Sayangnya, sebagian kita ini masih sibuk dengan diri sendiri. Bagi yang masih tidak mau nurut, silakan lanjutkan kesibukanmu. Tapi kalau mau bersama-sama berubah, jangan tenggelam dan hanyut dalam masalah. Sebab, meskipun kita meratap, tenggelam dalam masalah tersebut, keadaan juga mungkin tidak berubah. Hidup akan berakhir. Jadi, fokus saja kepada Tuhan, kita berkemas-kemas. 

Masalah bisa kita hadapi dengan menggunakan satu jurus: “bisa dilewati.” Bisa dilewati, bukan “bisa dihindari.” Bisa dipikul, ditanggung, dan melaluinya, kita diproses.Dengan aku bangkrut, tidak ada kegiatan, aku datang ke gereja. Lalu aku mendengar firman Tuhan yang menyuruh agar berkemas-kemas, fokus mencari Tuhan.” Sebenarnya apa yang disampaikan ini juga tidak waras atau tidak normal. Kita masih hidup, tapi pikiran kita sudah ke langit baru bumi baru. Alkitab yang berkata: “Carilah perkara yang di atas, bukan di bumi. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan di bumi. Di mana hartamu, di situ hatimu berada.” 

Makanya kalau kita mengerti itu, sekarang kita memberi diri dibentuk Tuhan. Diproses menjadi bejana yang indah. Dan bersyukur bagi orang-orang muda yang sejak muda sudah mendengar kebenaran ini. Masih ada waktu panjang untuk mengalami proses, supaya nanti bisa menjadi lebih baik. Sebab, sekarang kita lihat banyak anak-anak muda sesat, mereka tidak memikirkan kekekalan sama sekali. Tidak kenal Allah yang hidup dan Mahahadir. Allah menjadi mati bagi mereka, Allah seakan-akan tidak ada bagi mereka. Mereka jauh dari proses ini, dan tidak bersentuhan dengan Tuhan.

Tetapi memang Alkitab juga menubuatkan begitu, bahwa di ujung akhir zaman ini kedurhakaan bertambah-tambah, kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Manusia menjadi ateis; tidak percaya Tuhan. Kita yang segelintir ini, mestinya bisa menjadi jurukampanye Tuhan lewat kehidupan kita. Tidak usah arguing; adu argumentasi, berdebat, tidak perlu. Tapi kalau Tuhan suruh kita bicara di media sosial, memang itu harus disampaikan, baiklah kita sampaikan. Tapi jangan mendzolimi, melukai, menciderai orang lain, apalagi agamanya. Kalau dulu pernah ada salah kata, bisa saja terjadi memang. Tapi sekarang kita harus perhatikan agar tidak mendzolimi, menciderai siapa pun. Setiap hari, kita harus mendengar suara Tuhan, menuruti apa yang Tuhan ingini, Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. “Apa pun yang Kau ingini, kulakukan. Apa pun yang Kau kehendaki, aku buat, Tuhan.” 

Orangtua-orangtua harus punya spirit yang kuat, sehingga anak-anak tidak perlu dinasihati, dia sudah menangkap gairah, spirit, apa yang orangtua miliki yang harus diwarisi atau diteladani. Di situ kita menjadi alat kemuliaan Allah. Sebab, Allah mau semua orang jadi murid-Nya, “Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Ini bukan tugas seorang penginjil atau guru agama saja. Semua orang percaya, buat kondisi atau kondisikan orang menjadi murid Tuhan. Dengan kehidupan kita yang memancarkan keteladanan, kita bisa mengimpartasikan spirit itu. 

Masalah bisa kita hadapi dengan menggunakan satu jurus: “bisa dilewati.”