Skip to content

Bintang yang Bercahaya

Di antara kita pasti ada yang pernah belajar atau pernah membaca ilmu perbintangan mengenai tata surya alam semesta. Ada matahari yang dari kejauhan menyala seperti bintang. Ada juga bulan yang merupakan planet yang disinari matahari, lalu memantulkan cahaya. Ada bintang-bintang yang bisa dilahirkan atau muncul, tapi juga ada bintang-bintang yang padam atau bintang-bintang yang mati. Ini yang bisa kita lihat di alam semesta ini. Dan ini bisa menjadi gambaran kehidupan manusia. Paulus, dalam Filipi 2:15 mengatakan, “Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.” Kita harus menjadi seperti bintang-bintang yang bercahaya. Bukan menjadi bintang yang mati, melainkan bintang yang hidup. Masalahnya, bagaimana kita bisa menjadi bintang-bintang yang bercahaya?

Tentu tidak semua orang bisa menjadi bintang; tidak semua orang Kristen bisa menjadi bintang. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mencari wajah Tuhan, meninggalkan percintaan dunia dengan segala keindahan serta hiburannya, dan yang benar-benar hidup tidak bercacat, tidak bercela yang dapat bercahaya seperti bintang. Tentu ini kualitasnya tinggi, namun Allah sanggup membuat kita menjadi bintang yang bercahaya. Dan Allah menginginkan kita itu bercahaya seperti bintang-bintang di di jagat raya ini. Oleh sebab itu, kita memeriksa diri apakah di mata Allah, kita sudah terkualifikasi atau digolongkan sebagai bintang yang bercahaya? Ini menjadi tantangan kita. Pasti Allah menghendaki kita menjadi bintang yang bercahaya. Hanya, jika kita memiliki kesucian hidup standar Allah, kita baru bisa bercahaya. Bertahun-tahun kita tidak sungguh-sungguh berambisi untuk ini. Karena ambisi kita, kita bagikan untuk banyak hal. 

Tetapi hari ini, kita katakan kepada Tuhan, “Lebih baik kita tidak bernafas, lebih baik tidak hidup daripada aku hidup tetapi tidak berkenan di hadapan Allah. Lebih baik aku tidak bernafas, lebih baik aku tidak hidup daripada hidup tetapi tidak hidup di dalam kesucian.” Ini kelihatannya berlebihan, tetapi ini standar. Karena Allah sendiri, Bapa kita yang berkata dalam 1 Petrus 1:16, “kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Kita bisa berani nekat untuk pendidikan, untuk uang, untuk karier, untuk pangkat, untuk gelar, namun mengapa untuk kesucian, kita tidak nekat? Maka, kita harus mempersempit hidup kita supaya tidak bias dan banyak fokus. Kita mempersempit hidup kita untuk satu titik. Kita harus dapat fokus, dan fokus kita hanya satu:, kesucian hidup; hidup tidak bercacat, tidak bercela. Maka, kita harus meninggalkan percintaan dunia. Dulu kita berpikir bahwa ini adalah hal yang tidak mungkin. Sulit, lalu kita menunda, menunda, menunda, menunda menunda, dan kita tidak pernah memiliki kesucian hidup. Tetapi sekarang, mari kita menggerakkan satu gerakan di dalam diri kita yang namanya holiness movement

Pasti ada saja orang yang menganggap kita sombong, berlebihan, dan menilai kalau kita mau menutupi dosa. Memang kita orang-orang berdosa, sangat berdosa. Tetapi kita mau mengakhiri sisa hidup kita dengan baik, hidup di dalam kesucian, hidup yang tidak bercacat, tidak bercela. Jangan sampai fokus kita tercuri untuk hal lain. Kita tetap bekerja, berkarier, studi, sebagai ibu rumah tangga mengurus rumah tangga, sebagai orangtua bertanggung jawab atas anak, sebagai anak bertanggung jawab untuk memaksimalkan potensi yang suatu hari harus mengurus orangtua. Saatnya kita menjadi manusia yang bertanggung jawab dalam segala hal, yang memang menjadi tanggung jawab kita: kesehatan, studi, karier, rumah tangga, dan lain-lain. 

Tetapi semua itu harus membawa kita fokus ke satu titik, yaitu bagaimana kita hidup berkenan di hadapan Allah. Dan melalui semua kegiatan hidup, melalui semua tanggung jawab yang kita kerjakan, kita melakukan apa yang sesuai kehendak Allah, apa yang benar-benar menyenangkan hati Allah, yang benar-benar menjadi kesukaan Bapa. Sebab, kita tidak bisa menjadi kesukaan Bapa kalau hanya semedi, bertapa di dalam gua atau di dalam ruangan gelap. Tentu kita harus berdoa. Harus ada waktu untuk itu. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, kita harus sungguh-sungguh berjuang untuk hidup suci, tidak bercacat, tidak bercela.

Hanya orang yang sungguh-sungguh mencari wajah Tuhan, meninggalkan percintaan dunia dengan segala keindahan serta hiburannya, dan yang benar-benar hidup tidak bercacat tidak bercela, yang dapat menjadi bintang yang bercahaya.