Skip to content

Berurusan dengan Tuhan

Kalau kita berurusan dengan Allah, maka kita harus tahu apa main atau core bisnis-Nya Tuhan. Ketika Tuhan dibawa kepada urusan-urusan yang tidak penting, secara tidak langsung berarti kita menganggap sesuatu lebih berharga dari Tuhan. Gereja tidak boleh hanya mengarahkan jemaat kepada perkara-perkara fana, hal ini bukan berarti tidak boleh ada berkat jasmani yang berlimpah atau kesembuhan, itu juga digumuli. Pasti Tuhan akan mengadakan mukjizat, memberi jalan keluar. Pasti kita dibedakan oleh Allah, lalu melihat bagaimana Tuhan menolong kita. Kita nyaris jatuh, kita tidak akan jatuh, hanya “nyaris.” Nyaris terpeleset, tetapi tidak terpeleset. Itulah hebatnya Tuhan. Berurusanlah dengan Tuhan dalam urusan yang Allah menghendaki kita harus berurusan dengan-Nya. 

Itulah sebabnya di dalam Matius 6 firman Tuhan mengatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, semua ditambahkan kepadamu.” Urusan kita harus Kerajaan Allah, maksudnya bagaimana menjadi warga Kerajaan Surga yang baik, menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah yang baik, “supaya engkau bersama-sama dengan Aku.” Tuhan sayang kita lebih dari yang kita bayangkan. Renungkanlah kalau kita punya anak, bisa merasakan sayang kepada anak. Tuhan pasti lebih dari itu. Kita sering tidak mau memercayai Tuhan. Alkitab mengatakan, “rambut kepalamu pun terhitung.” 

Kalau kita merasakan sayang kepada anak-anak sebegitu rupa, sayang Tuhan kepada kita lebih dari sayang kita kepada anak-anak. Jangan menganggap murah dan remeh Tuhan. Jangan menarik-narik Tuhan untuk urusan yang bukan urusan utama. Hal yang menyesatkan, seringkali pembicara, pengkhotbah yang mengarahkan jemaat kepada kemakmuran jasmani, sukses duniawi, kejayaan lahiriah, kemuliaan fana. Tetapi, mari kita utamakan Tuhan, belajar untuk mengutamakan Kerajaan Surga. Setiap kita punya masalah atau kebutuhan yang mendesak. Kita terancam oleh keadaan yang bisa mempermalukan hidup dan keluarga kita. Mungkin tidak ada yang bisa membantu atau menolong karena tangan manusia yang terbatas. Allah semesta alam yang menciptakan langit dan bumi yang memiliki segala kuasa, pasti menolong selama kita mau berurusan dengan Tuhan secara benar

Allah akan menggaransi dan membuktikan kebenaran-Nya. Allah akan menyatakan Dia hidup dan berkuasa. Jangan menarik-narik Tuhan untuk urusan yang bukan urusan yang Tuhan mau kita berurusan di dalamnya. Yesus berkata, “berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan. Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung daripada kekayaan itu.” Tuhan ingin mengatakan bahwa kelimpahan itu hanya di dalam Tuhan. Betapa bangganya dan tersanjungnya hati Allah Bapa kalau melihat kita yang secara ekonomi miskin, tetapi merasa kaya di dalam Tuhan. Kita dipandang hina di mata manusia, tetapi merasa mulia karena Tuhan; pasti Allah tersanjung. 

Mulailah berpikir dengan orientasi berpikir kekekalan. Ingat, jalan ini ada ujungnya, pasti semua akan berakhir. Ujung akhir jalan ini tidak pernah kita tahu kapan. Berpikirlah seperti yang Tuhan Yesus katakan, kita adalah manusia yang fana. Bumi bukan rumah kita. Bersyukur kalau kita percaya Tuhan Yesus, Tuhan menyatakan kita bukan berasal dari dunia tetapi dari surga. Kita dihisabkan, digolongkan bukan berasal dari dunia berarti Allah rela menyediakan tempat bagi kita di Kerajaan-Nya. 

Tidak berlebihan yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati, dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” Ini ayat-ayat standar yang dihindari oleh banyak orang Kristen hari ini karena dianggap sudah tidak up to date, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Tetapi, kebenaran itu kekal nilainya. 

Kesempatan untuk menyatakan diri bersama-sama dengan Yesus adalah hari ini. Kita mau memfokuskan orientasi berpikir kepada kekekalan. Kita minta Roh Kudus memberikan pencerahan untuk bisa menghayati kebenaran agar kita menjalani hidup sebagai anak-anak Allah yang memiliki tujuan. Banyak orang yang tidak mau masuk neraka, lalu berpikir dia akan masuk surga sesudah meninggal dunia, tetapi tidak menjadikan surga tujuan hidupnya. Memang orang tidak mau terpisah dari Allah, tetapi ia tidak menjadikan Allah sebagai tujuan. 

Tuhan berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan,” artinya kita harus menujukan hidup hanya ke Tuhan dan Kerajaan Surga, karena dunia bukan rumah kita, dan memang kita bukan berasal dari dunia. Kita harus mulai memancangkan tujuan kita. Kalau kita memancangkan tujuan kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, kita tidak akan goyah, tidak akan menyimpang ke kanan atau ke kiri. Kita tidak akan selingkuh, tetapi kita akan setia kepada Tuhan. 

Jangan menarik-narik Tuhan untuk urusan yang bukan urusan yang Tuhan mau kita berurusan di dalamnya.