Skip to content

Bertumbuh dalam Karakter Allah

Ketika kita memiliki kesempatan—misalnya mencuri, korupsi, berzina—dan kita melakukan, memuaskan hasrat maka kodrat dosa akan menetap, kuat, tumbuh, sehingga kita menjadi anak setan dan serupa dengan dunia. Tetapi kalau kita menyangkal diri, kita berkata “tidak” dengan melihat perasaan Bapa karena tidak ingin menyakiti hati Bapa, berarti kita menyenangkan hati Tuhan. Kita membunuh terus karakter dosa. Pasti kita akan menghadapi kondisi-kondisi seperti itu, dan jangan kita anggap sebagai kecelakaan. 

Misalnya dalam kondisi tertentu kita marah, kita maki-maki orang. Padahal, kita tidak perlu maki-maki. Marah mungkin tidak salah, tetapi harus marah yang membangun, bukan marah yang destruktif. Kita harus marah yang konstruktif, bukan destruktif. Marah destruktif adalah marah yang merusak; merusak perasaan orang, merusak perasaan kita sendiri. Artinya, membuat kodrat dosa kita tambah kuat. Kalau marah konstruktif, memang marah juga, tetapi menasihati, mengingatkan dengan teduh. Marah konstruktif itu membangun orang, juga membangun kita. Oleh sebab itu, kesempatan-kesempatan indah yang Allah berikan kepada kita untuk mengalami pertumbuhan kedewasaan rohani, jangan disia-siakan. 

Apabila merasa pasangan kita merendahkan, mertua merendahkan, ipar merendahkan, di depan anak dihina, itu adalah kesempatan kita membunuh karakter dosa. Kita diam saja. Kita dihina, direndahkan, mungkin juga sampai difitnah. Kita diam saja. Indahnya difitnah itu adalah, pertama, kita bisa seperti Yesus yang juga difitnah. Lalu indahnya yang kedua, fitnahan itu membuat kita tercegah dari melakukan seperti apa yang difitnahkan. Misalnya kita difitnah menggunakan uang atau mencuri uang, artinya kita dicegah Tuhan untuk mencuri uang suatu hari. Kita difitnah berbuat A padahal kita tidak melakukannya, artinya Tuhan mencegah kita berbuat A. 

Tuhan Yesus berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa di surga sempurna.” Kejadian-kejadian yang kita alami, merupakan cara Tuhan untuk membuat kita memiliki karakter Allah. Karakter Allah, sifat-sifat Allah: kelemahlembutan, mengasihi musuh, mengerti dan menerima orang lain sebagaimana adanya, mengusahakan kesejahteraan sesama, dan lain sebagainya. Karakter-karakter Allah akan dibangun di dalam diri kita, dan itu yang membuat kita menjadi terhormat. Semakin kita bertumbuh dalam karakter Allah, semakin kita tawar hati terhadap keindahan dunia. Semakin bertumbuh karakter Allah di dalam diri kita, pujian tidak akan menenggelamkan kita. Sanjungan orang tidak terasa manis atau terasa lezat. 

Bahkan, kita akan merasa tidak enak kalau orang terlalu memuji, terlalu mengangkat kita. Kalau dulu memang cari yang begitu, karena kita merasakan itu kelezatan. Tetapi ketika kita bertumbuh dalam karakter Allah, pujian menjadi sesuatu yang membuat kita tidak merasa nyaman. Memang tidak bisa dihindari adanya pujian manusia. Kita cukup meresponsnya dengan mengucapkan “terima kasih.” Tetapi kalau pujian itu berlebihan, kita justru tidak merasa nyaman. Ketika karakter Allah tumbuh dalam diri kita, kita akan memberikan kehormatan dan pujian hanya bagi Tuhan, bukan bagi siapa pun. 

Di sini kita dilatih oleh Tuhan untuk hidup benar-benar bagi kemuliaan Allah. Kalau kita memeriksa diri kita sendiri, apakah masih ada unsur-unsur kodrat dosa di dalam diri kita, niat-niat untuk dipuji, disanjung, rasa tersinggung saat kita dikata-katai orang, dilukai? Kita harus benar-benar berhati-hati. Kita harus berhati-hati dengan diri kita sendiri, karena ada manusia lama dalam diri kita. Kalau mau dituruti, benar-benar jadi anak dunia atau anak setan. Sebab sudah mendarah daging dalam diri kita, rasa tidak mau dirugikan, tidak mau tersinggung, tidak mau direndahkan. Maunya dihormati, maunya diuntungkan, maunya dianggap penting. Ini yang harus dibunuh, harus dimatikan di dalam diri. 

Kita di tengah-tengah keluarga besar direndahkan, tidak apa-apa. Itu cara untuk menaikkan diri di hadapan Allah. Itu cara Tuhan membuat kita terhormat di kekekalan. Di dalam lingkungan pergaulan, kita tidak dipandang, tidak dihargai sama sekali. Tidak masalah, kita diam. Tetapi orang-orang suci, orang-orang saleh di tengah-tengah kita akan melihat bahwa kita orang yang terhormat. Jadi kalau orang yang tidak terhormat menghormati orang lain karena sesuatu, itu bukan kehormatan. Kita tidak perlu mencari kehormatan dari orang yang tidak terhormat. 

Kalau orang duniawi yang konsep dirinya rusak, mereka menilai orang dari barang, uang, gelar, pangkat, dan lain-lain. Ini adalah orang-orang yang tidak terhormat. Pujian kehormatan dari manusia seperti ini tidak ada artinya. Biasanya orang-orang seperti ini tidak menghormati orang-orang terhormat yang benar-benar terhormat di mata Allah. Dia tidak bisa menghormati orang-orang yang terhormat di mata Allah. Dia tidak bisa mengenal kehormatan orang-orang saleh. Konyolnya, orang-orang yang tidak terhormat seperti itu justru sering memandang salah orang-orang yang terhormat di mata Allah. 

Semakin kita bertumbuh dalam karakter Allah, semakin kita tawar hati terhadap keindahan dunia.