Skip to content

Bertahan Sampai Kesudahan

Matius 24:13 mengatakan, “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Ayat ini didahului dengan kalimat, “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.”Ayat ini menunjukkan bahwa dunia di mana Tuhan akan datang kembali—zaman kita sekarang ini—adalah zaman yang benar-benar jahat. “Tetapi orang yang bertahan …” artinya orang yang bertekun; ibarat ada di tengah badai, dia bertahan, dia tidak terbawa badai dia bertahan. Dia maju langkah demi langkah. Walau makin hari badainya tambah besar, tapi kalau kita tetap bertahan sampai kesudahannya—melawan arus, melawan badai—maka kita semakin kuat dan sanggup menghadapi badai sampai kita lulus. 

Memang, ketika kita bertekun mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, terasa keadaan kita seakan-akan sama dengan mereka yang tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dan ini bisa melemahkan iman kita, berpotensi membuat kita tawar hati. Perhatikan dua keadaan ini, yang pertama, kita menghadapi badai yang lebih keras, tapi kalau kita bertahan dan tetap maju langkah demi langkah, kita terlatih menjadi kuat. Yang kedua, banyak orang yang tidak bertekun mencari Tuhan namun seakan-akan keadaannya baik-baik saja. Sedangkan kita yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, seakan-akan tidak beda. 

Sehingga menimbulkan pertanyaan, “Untuk apa seekstrem ini? Orang lain yang tidak ekstrem, aman-aman saja.” Sejatinya, di sinilah kesetiaan seseorang diuji. Ketika kita bertekun dan ternyata cepat-cepat mendapatkan upah, justru kita tidak teruji. Tetapi ketika kita bertekun, kita memperoleh satu upah/reward yang terselubung dan tersembunyi—yaitu kita menjadi semakin kuat menghadapi pengaruh dunia yang jahat. Di sini yang dibutuhkan adalah ketekunan ekstra, ketekunan super, ketekunan lebih. Tidak bisa tekun biasa-biasa saja. 

Kalau dulu kita doa cukup saat bangun tidur dan sebelum tidur selama 15 menit, sebelum makan plus ada saat teduh, sekarang kita gandakan. Dan Tuhan menandai. Kita harus menggandakan. Dunia yang semakin jahat ini, kita mau kembali kepada kekristenan yang sejati. Kristen yang sejati itu sebenarnya apa? Bagaimana? Kita mau kembali kepada Kekristenan yang sejati, Saudaraku. Di tengah-tengah kondisi dunia yang semakin jahat, kita harus bertekun. Walaupun orang di sekitar kita, yang tidak bertekun seperti kita seakan-akan keadaannya sama, Tuhan menguji kesetian kita. Sampai di mana kita setia di tengah-tengah keadaan yang sulit dan seakan-akan sama. Kita yang harus memerintahkan diri kita sendiri.

Pada kenyataannya, kita melihat ada orang-orang yang mungkin tidak bisa berubah lagi. Dan jangan sampai kita jadi pendeta yang tidak bisa berubah, tidak bisa dinasehati. Peristiwa kecil pun, bisa menjadi suara Tuhan yang mengubah hidup kita. Jangan tunggu sampai kita digampar. Baru dicubit, kita tahu apa maksud Tuhan dengan kejadian itu. Percayalah, apa yang kita lakukan di dalam Tuhan (ketekunan mencari Tuhan) tidak sia-sia. Namun, tidak jarang, kita yang bertekun tetapi dibuat Tuhan dalam situasi sulit. Dalam hal ini kita harus bergumul bersama Tuhan sampai kita bisa menghayati bahwa kekekalan itu indah luar biasa. Kita bisa membayangkan, betapa indahnya kehidupan tanpa penderitaan, tanpa sakit, tanpa kematian (terpisah orang-orang yang kita kasihi) dan tanpa bencana. Jadi, berbahagialah kita yang masih bisa disadarkan. 

Sejujurnya, seberapa sih senangnya hidup ini? Mungkin kita yang belum pernah menjadi kaya berpikir: kalau jadi kaya, saya pasti bahagia. Mari kita tanya kepada yang sudah kaya, begitu saja. Mobil bagus, begitu saja. Uang banyak, rumah bagus pun begitu saja. Kalau seseorang sudah tersentuh Firman yang murni, ia tidak tenggelam dengan kekayaannya, karena ia tahu ternyata hanya begitu saja. Tapi banyak orang kaya yang mulai tenggelam, tak bisa balik. Tapi kalau ia masih mau datang ke gereja, berdoa, menyembah—dan tentu berubah—maka ia masih bisa selamat. Anak-anak muda mungkin sulit untuk bisa mengerti atau menerima prinsip ini, tapi kalau kalian sejak muda bisa mengerti dan menerima, wah kalian akan menjadi luar biasa.

Ironis, banyak orang sebenarnya adalah ateis praktis; walaupun mengaku percaya Tuhan namun kelakukannya tidak menunjukkan dia percaya Tuhan. Mereka jadi “calo.” Seperti kenek angkot yamng meneriakkan, “Tanah Abang! Tanah Abang!” tapi dia sendiri pergi ke Pulogadung, tidak pernah ke Tanah Abang. Kita sebagai hamba Tuhan meneriakkan, “LB3! LB3!” tapi apakah kita juga melangkah ke LB3? Ayo, kita bertekun. Kobarkan semangat kita untuk seekstrem-ekstremnya mencari dan mengasihi Tuhan sampai kita dapat merasakan dan melihat betapa nyata Allah itu. 

Dan ketika kita menghayati betapa nyata Allah, kita juga menghayati betapa nyata Kerajaan Surga itu sehingga kita ingin membawa orang ke LB3. Untuk itu, berubahlah. Jangan berbuat dosa. Takutlah akan Allah. Memiliki kesucian seperti yang Allah kehendaki. Betapa tidak terbayangkan indahnya waktu kita menutup mata lalu Tuhan menjemput kita. Betapa indahnya keadaan itu. Sebaliknya, betapa celakanya kalau seseorang tidak dikenal Tuhan, di mana ketika ia berada di ujung maut, tidak ada yang menjemput; kecuali setan, kuasa gelap yang menariknya ke dalam kegelapan abadi. Betapa mengerikan keadaan itu. 

Walau makin hari badainya tambah besar, tapi kalau kita tetap bertahan sampai kesudahannya—melawan arus, melawan badai—maka kita semakin kuat dan sanggup menghadapi badai sampai kita lulus.