Saudaraku,
Beberapa kali saya kemukakan bahwa kita benar-benar harus memiliki ketekunan. Kuasa kegelapan dengan segala pengaruhnya berusaha agar kita menjadi tawar hati dan kendor. Dan banyak hal yang bisa menjadi penyebab, menjadi kausalitas kita menjadi kendor dan menjadi lemah. Firman Tuhan mengatakan bahwa hanya mereka yang setia sampai akhir atau yang bertahan sampai pada kesudahannya, akan selamat (Mat. 24:13). Yang bertahan sampai kesudahannya sama dengan yang setia sampai akhir, yang di dalam bahasa Yunani kita menemukan kata hupomeinas (ὑπομείνας), dari akar kata hupomeno. Jadi, orang yang bertahan terus dalam tekanan, dalam penderitaan, diselamatkan. Namun ironis, ada doktrin atau pengajaran yang mengesankan bahwa keselamatan itu gampang atau mudah. Dirumuskan bahwa keselamatan itu telah ditentukan untuk orang-orang tertentu. Dan banyak orang Kristen yang merasa sudah ditentukan selamat sehingga mereka tidak memiliki perjuangan secara proporsional. Mereka meyakini bahwa nanti pada akhirnya, mereka pasti selamat. Dan sekaligus dengan meyakini bahwa Allah itu setia.
Allah pasti setia, tetapi kita juga harus setia. Karena firman Tuhan mengatakan, yang setia sampai akhir yang selamat. Allah setia namun kalau umat tidak setia, bagaimana keselamatan itu bisa terjadi atau terpenuhi? Artinya bagaimana kita bisa layak masuk ke dalam Rumah Bapa menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah kalau keadaan kita tidak setia? Tidak ada orang jahat, orang yang suka menyakiti atau melukai sesama, orang yang pelit, orang yang tidak peduli terhadap penderitaan orang lain, yang sewenang-wenang terhadap sesama bisa masuk Kerajaan Surga.
Dewasa ini makin banyak orang yang banyak bicara dan merasa dirinya sudah benar. Dengan media sosial yang terbuka lebar, hal itu mengkondisi orang untuk banyak bicara, lalu meyakini dirinya benar. Sebab kalau seseorang sudah melemparkan satu ide—salah atau benar—maka dia harus membela idenya tersebut. Akhirnya, dia terjebak di dalam kebodohan. Apalagi bagi mereka yang bermaksud untuk tampil. Gagal studi, gagal karir, tidak produktif dalam hidup setiap harinya; maka satu jalan yang masih ada adalah di media sosial. Kalau bisa, mereka akan bicara sekeras-kerasnya melawan orang-orang yang sudah menjadi berita, tanpa hormat. Ironis, mereka menjadi ceroboh, bahkan terkondisi menjadi jahat.
Saudaraku,
Kita jangan ikut-ikutan. Kita diam, jaga mulut, jaga mata, jaga telinga, jaga diri. Sejatinya, untuk hidup suci saja setengah mati, lalu bagaimana kita mau mengurusi orang? Untuk menjaga diri agar kita tidak melakukan perbuatan yang salah saja sulit. Kesucian bukan hal yang mudah karena pengaruh jahat sekitar kita, manuver kuasa gelap yang kuat dan tiada henti, dan juga manusia lama di dalam diri kita yang masih bisa menjadi pangkalan dan banyak hal lain yang kita hadapi yang membuat kita bisa menjadi tawar hati. Jangan kita terpengaruh oleh keadaan dunia sekitar kita. Jangan ikut-ikut terbawa melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Kita harus bertahan; jaga mulut dalam percakapan-percakapan. Ketika kita bertemu dengan orang di meja makan, di restoran, di pergaulan; jaga perkataan. Belum lagi adanya godaan-godaan dosa lain yang datang silih berganti yang dengan mudahnya kita lakukan dan kita nikmati. Kita bertekad tidak mau menyentuh dosa. Dan untuk itu, dibutuhkan ketekunan untuk hidup suci. Menahan mulut, menahan jari-jari menulis sesuatu di media sosial, jaga hati dari emosi kemarahan dan dendam. Namun, pasti ada saja orang melukai dan ada saja kesempatan kita membalas dendam, selalu ada.
Sekecil apa pun reaksi kita untuk membela diri, membalas dendam, selalu ada. Maka kita harus dapat menguasai diri. Ingat, hanya mereka yang tekun sampai akhir akan selamat. Jadi, semua kita harus bertekun. Banyak hal yang bisa membuat kita tawar, lemah, kecewa, putus asa, marah, bahkan berbuat dosa. Banyak penyebab, tapi kita memilih untuk setia, memilih tekun, memilih taat kepada Bapa di surga. Sebab mereka yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan!
Teriring salam dan doa.
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Orang yang bertahan dalam tekanan dan penderitaan
sampai akhir, diselamatkan.