Skip to content

Bersungguh Hati

2 Tawarikh 16:9 dikatakan, “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.” 

Tuhan adalah kasih, Allah adalah kasih. Allah ingin melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Mata Tuhan menjelajah mencari orang yang takut akan Tuhan yang bersungguh hati terhadap Dia. Maka, seberapa kita bersungguh hati mau berurusan dengan Allah, itu menentukan kebaikan berkat dari Tuhan. Jangan sampai hati kita tercuri oleh kesenangan-kesenangan dunia, apalagi oleh nafsu-nafsu dan dosa. Jangan sampai tercuri! Karenanya hari ini, mari kita tetapkan hati untuk bersungguh-sungguh berurusan dengan Allah. 

Jadi, kalau kita memang bersungguh hati terhadap Allah, pasti kita akan memikirkan Dia setiap saat. Sementara kita bekerja atau melakukan berbagai aktivitas, kita akan tetap di dalam satu penghayatan bahwa Allah senantiasa hadir. Maka, segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu kita pertimbangkan; apakah hal ini berkenan di hadapan Tuhan atau tidak? Apakah ini menyenangkan Tuhan atau melukai hati-Nya? Selalu kita harus pertimbangkan dengan baik. Sehingga kita benar-benar tahu bahwa kita hidup berjalan bersama dengan Tuhan. 

Bersungguh hati terhadap Allah tidak cukup ditandai dengan datang ke gereja setiap Minggu dan di pertengahan minggu atau bahkan setiap hari. Menjadi aktivis gereja, bahkan menjadi pendeta, belumlah tentu memiliki kehidupan yang bersungguh hati terhadap Allah. Orang yang bersungguh hati terhadap Allah adalah orang yang setiap saat menghayati kehadiran Allah dan terus mempertimbangkan atau memperkarakan, apakah tindakannya berkenan di hadapan Tuhan atau tidak, menyenangkan Tuhan atau tidak. Orang yang bersungguh hati terhadap Tuhan akan berusaha mengerti apa yang Allah ingini dalam hidupnya dan rencana-Nya dalam hidup yang harus diselesaikannya.

Jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, maka perjumpaan dengan Tuhan akan benar-benar kita rindukan, kita nantikan; itu berarti kematian sama sekali tidak menakutkan kita, bahkan kita menantikan hari di mana kita dijemput pulang oleh Tuhan Yesus. Ya, tentu kita tidak ingin umur pendek. Sebisa-bisanya kita panjang umur dan dengan umur panjang kita dapat berkarya lebih banyak bagi Tuhan. Namun, kalau memang kita harus meninggal dunia, maka itu bukan sesuatu yang kita takutkan. 

Mari, kita menetapkan hati untuk bersungguh-sungguh terhadap Tuhan. Jangan kita hidup wajar seperti manusia lain. Memang mereka bukan orang ateis, bukan orang kafir yang tidak beragama; mereka beragama, tetapi mereka tidak ber-Tuhan dengan benar. Ingat, yang penting adalah ber-Tuhan dengan benar. Abraham tidak jelas apa agamanya, tetapi dia pasti ber-Tuhan. Ia bergaul dengan Allah, berinteraksi dengan Allah, maka dinamika hidupnya adalah dinamika hidup orang beriman. Sebenarnya itulah yang dimaksud Alkitab, yaitu dia menjadi bapa orang percaya. Maka, kita yang mau menjadi anak-anak Abraham, yaitu Israel-Israel rohani yang menjadi umat Allah, harus mengikuti jejak Abraham. Abraham harus meninggalkan Ur-Kasdim untuk menemukan negeri yang Allah janjikan, hidupnya diselimuti, dicengkeram oleh keinginan atau kehendak Allah.  Abraham meninggalkan Ur-Kasdim untuk menemukan negeri yang akan ALLAH tunjukkan, yang walaupun sampai akhir hayatnya, ia tidak menemukan negeri itu atau belum menemukan negeri itu, tetapi negeri itu sungguh ada. Sebelum meninggal, seperti yang dikatakan di dalam Ibrani 11 bahwa dari jauh Abraham melambai-lambai. 

Kita harus bersungguh hati terhadap Tuhan. Kita harus hidup di dalam kehendak dan rencana-rencana-Nya. Tahukah kita, apa kehendak dan rencana Allah? Damai sejahtera. Dia hanya ingin membawa kita masuk ke dalam Rumah Bapa. Bapa tidak menginginkan lebih dari ini. Ia ingin kita menjadi anak-anak Allah yang berstandar Yesus. Sebab dengan demikian, kita dapat dilayakkan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Jadi, Bapa bukan sewenang-wenang mau menyenangkan diri-Nya dengan memaksa kita untuk hidup kudus, hidup tak bercacat tak bercela, lalu dipaksa hidup untuk kepentingan-Nya.Ingat, Allah Itu baik, sangat baik. Allah itu kasih. 

Kalau Allah menghendaki kita hidup kudus, tak bercacat tak bercela, melayani Bapa; karena itulah kehidupan. Tidak ada kehidupan di luar ini, hanya ada kebinasaan. Sejak kita memiliki komitmen untuk bersungguh hati terhadap Tuhan dan kita menjalaninya dari menit ke menit, dari jam ke jam, hidup kita pasti berubah. Hal ini yang Tuhan kehendaki. 

Orang yang bersungguh hati terhadap Tuhan akan berusaha

mengerti apa yang Allah ingini dalam hidupnya

dan rencana-Nya dalam hidup yang harus diselesaikannya.