Skip to content

Berpikir dalam Skala Besar 

Karena kita adalah anak-anak Allah yang hendak Bapa libatkan dalam rencana-rencana-Nya, maka kita harus berpikir dalam skala yang besar. Sangat sedikit orang yang berpikir dalam skala besar untuk bisa berjalan dengan Allah dan mengimbangi skala berpikir Allah. Mungkin juga hampir-hampir tidak ditemukan, karena sangat sedikit orang-orang seperti ini. Tetapi hendaknya kita dapat menjadi bagian dari yang sedikit itu, untuk bisa berpikir dalam skala yang besar. Oleh sebab itu, coba kita renungkan baik-baik, apa sebenarnya yang dikehendaki oleh Elohim atau Allah semesta alam Yang Mahabesar, yang sudah ada dari kekal? Dia ada atau eksis bukan karena diciptakan atau diperanakkan. Dia sudah ada karena Dia ada, dari kekal sampai kekal. 

Allah atau Elohim itu besar, lebih besar dari segala sesuatu, bahkan lebih besar dari jagat raya yang tidak terbatas ini. Tidak bisa kita pikirkan, tidak bisa kita bayangkan kebesaran Allah, kedahsyatan, dan kemuliaan-Nya. Allah yang Mahabesar, Elohim yang Mahabesar ini sebenarnya mau apa? Apa yang Ia kehendaki? Jangan kita setengah-setengah tahu atau setengah-setengah percaya. Kita harus benar-benar tahu dan kita harus benar-benar percaya, dan menerima apa yang Alkitab tunjukkan kepada kita, bahwa Allah menghendaki makhluk ciptaan yang elok, yang luar biasa, yang Allah sendiri tidak segan-segan menyebutnya sebagai anak-Nya, yaitu kita.

Allah menaruh gambar-Nya di dalam diri manusia. Manusia diberi kemampuan “seperti” Allah. “Seperti” belum tentu atau bukan berarti pasti sama. Manusia diberi keberadaan yang luar biasa, memiliki gambar Allah. Maka, Allah menghendaki manusia yang memiliki gambar seperti diri-Nya untuk bertanggung jawab mengelola dan mengembangkan gambar dirinya tersebut agar menjadi serupa dengan Dia. Hal ini penting sekali dan harus benar-benar kita pahami. Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia kehilangan atau kurang kemuliaan Allah. Manusia tidak dapat mencapai keserupaan dengan Allah (Rm. 3:23). Bukan hanya manusia tidak bisa serupa dengan Allah karena kejatuhan manusia pertama tersebut, tetapi manusia juga hidup di bawah bayang-bayang maut yaitu terpisah dari Bapa selama-lamanya. 

Itulah sebabnya, Allah Bapa mengutus Putra-Nya menjadi Adam kedua atau Adam terakhir agar melalui keselamatan yang diberikan melalui karya pengorbanan Putra Tunggal-Nya yaitu Tuhan Yesus Kristus, kita dapat menjadi manusia yang sesuai dengan apa yang Allah kehendaki atau Allah inginkan, yaitu berkeadaan segambar dan serupa dengan Allah. Yesus, adalah model dari manusia yang Allah inginkan. Keselamatan itu dimaksudkan agar manusia dapat berkeadaan serupa dengan Yesus, yang adalah model dari manusia yang Allah inginkan. Dialah manusia yang berkodrat ilahi, sehingga segala sesuatu yang dilakukan, selalu sesuai dengan kehendak Bapa. 

Jadi kalau Firman Tuhan mengatakan: “hendaklah kamu dalam hidupmu memiliki pikiran dan perasaan Kristus,” artinya serupa dengan Dia. Itu artinya kita harus memperjuangkan bagaimana kita dapat memiliki keserupaan dengan Yesus, agar kita benar-benar menjadi manusia seperti yang memang Allah inginkan, Allah kehendaki. Sungguh, ini hal yang luar biasa dan tidak boleh kita pandang sederhana atau remeh. Dimulai dari pengertian kita mengenai hal ini, kita bisa berpikir dalam skala besar. Kalau kita fokus pada kebenaran ini, kita mengerti kebenaran ini, dan kita menerimanya, maka secara individu kita akan memperjuangkan bagaimana untuk mencapai keadaan diri serupa dengan Yesus. 

Mari kita berpikir dalam skala besar. Sebab, kalau kita benar-benar serius memasuki proses itu, kita pasti akan terbeban terhadap keselamatan orang lain, bagaimana orang lain juga dapat mengalami proses seperti yang kita alami atau kita jalani. Keterlibatan kita untuk membuat orang bisa mengalami dan menjalani proses keselamatan atau proses menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula, itulah inti dari pelayanan. Inti dari pelayanan adalah bagaimana kita membantu, menolong orang mengalami dan menjalani proses tersebut. Jangan kita gantikan dengan kegiatan “rohani”, pelayanan pekerjaan Tuhan, nanti jadi meleset, pasti sarat atau penuh dengan motif-motif yang tidak sesuai dengan motif Allah; motif yang benar dalam pelayanan. 

Jadi, mulailah kita berpikir dengan skala besar. Dimulai dari perjuangan setiap individu bagaimana mengubah diri menjadi sempurna seperti Bapa, artinya segambar dan serupa dengan Bapa; dengan Allah Elohim Yahweh, yang model nyata untuk bisa dilihat dan diteladani yaitu Tuhan Yesus. Jika hal ini benar-benar kita alami, juga kita jalani, kita pasti akan menyediakan hidup kita. Atau tepatnya, tidak bisa tidak, hidup kita akan menjadi sarana, alat di dalam tangan Allah untuk menolong orang mengalami proses yang sama. Itulah inti dari pelayanan yang sesungguhnya. 

Kita adalah anak-anak Allah yang hendak Bapa libatkan dalam rencana-rencana-Nya, maka kita harus berpikir dalam skala besar; skala berpikir Allah.