Skip to content

Berkualitas Tinggi

Wahyu 2:23, “Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang. Dan bahwa Aku akan membalas kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.” 

Suatu saat nanti kita akan ditelanjangi di hadapan Allah. Jadi seharusnya sebelum kita telanjang di hadapan Allah, kita menelanjangi diri sendiri dulu sekarang dengan meminta pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus seperti senter yang menerangi nurani kita. Sampaikan kepada Tuhan untuk menyelidiki hati kita dengan kerinduan untuk benar-benar menyenangkan Allah. Perlu diperhatikan bahwa “sempurna” dan “tidak bercela” itu berbeda. Dulu kita berpikir bahwa sempurna itu berarti tidak bercela. Ternyata tidak sama. Tidak bercela artinya tidak dijumpai kesalahannya, tapi belum tentu sempurna. Misalnya, anak sekolah yang mendapat soal 100, dan dia bisa menyelesaikannya, itu tidak bercela. Tapi belum tentu sempurna. Mengapa? Karena masih ada soal lain yang bisa diberikan. Ketika anak tersebut mendapat nilai 100 pada kelas 3 SMP, maka ia belum tentu memperoleh nilai yang sama pada kelas 1 SMA berhubung soal yang diberikan berbeda pada kedua jenjang tersebut. Kapan sempurnanya? Bagi manusia, ia dikatakan sempurna ketika ia menutup mata. Ketika seseorang diludahi dia tidak membalas, dia tidak bercela. Tapi belum sempurna. Di sinilah Tuhan menguji batin. Siapa yang tahu batin kita? Allah lebih tahu dari kita. Maka ada proses terus. Ini bisa terjadi atas orang-orang yang teosentris atau berpusat pada Allah. 

Makanya kalau Tuhan berkata, “jual segala milikmu, bagikan kepada orang miskin, datang kemari ikutlah Aku,” berarti semua keinginannya dilucuti. “Ikut Aku,” kata Tuhan Yesus, “Aku itu hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Tuhan akan membawa kita kepada pertumbuhan, progresivitas, Saudara. Progresivitas agar kita sempurna seperti Bapa, artinya segala sesuatu yang kita lakukan selalu sesuai dengan kehendak Allah. Sampai kita mati, kita didapati bersih; sesuai dengan kadar “yang diberi banyak, dituntut banyak.” Kalau Tuhan memberikan kita soal 1000, misalnya, umur 50 tahun sudah 600 kita jawab. Umur 60 tahun sudah 600 dan masih tersisa 400. Kalau usia yang tersisa adalah 20 tahun, apakah masih dapat diselesaikan? Ingat, Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan. 

Menguji batin itu bukan sekadar batinnya ada kebencian atau dendam; itu tahap-tahap bagi yang masih belum matang. Dendam sudah tidak ada, karena memang tidak dijahati orang dan tidak bisa dendam. Mau dendam kepada siapa? Tidak pernah disakiti dan tidak pernah dilukai. Tidak ada dendam, tidak bercela, bukan? Tapi belum sempurna. Kebersihan hati dari dendam hanya bisa terjadi ketika seseorang memiliki kesempatan untuk mendendam atau menjahati orang. Di sini proses berlangsung.. Kalau di dunia, mata ganti mata, gigi ganti gigi, kita beda. Tetapi bagi anak Allah, sentralnya adalah perasaan Allah. Maka, yang penting yang harus kita jaga adalah agar hati Tuhan tidak terganggu; hati Tuhan nyaman, hati Tuhan tidak terlukai, cukup itu. Sejujurnya, kita kadang-kadang menjaga perasaan orang, tapi tidak menjaga perasaan Tuhan. Kita menjaga dan memanjakan perasaan sendiri, tapi tidak memanjakan perasaan Allah. 

Tanpa sadar sering orang berpikir bahwa yang dibenci Tuhan itu dosa-dosa dalam arti perbuatan, sehingga setiap kali berbuat dosa, maka seseorang datang kepada Tuhan untuk menyelesaikan dosanya dengan mohon pengampunan. Lalu kalau sudah mengaku dosa, Tuhan mengampuni segala dosa, ia merasa “Tuhan juga sudah lega, sudah mengampuni dosaku yang sudah kuakui.” Tidak sekadar demikian. Tuhan mau batin kita berkualitas tinggi yang bisa membuahkan keinginan-keinginan yang selalu sesuai dengan kehendak Allah. Jadi kalau kita mempunyai kesalahan, kita minta ampun, itu bukan berarti sudah selesai masalahnya. Karena kualitas batiniah kita ini belum selesai; akan dan harus ditingkatkan terus. Maka Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan, karena Allah tidak bisa menyulap hati kita. Allah membutuhkan dan memakai peristiwa-peristiwa untuk bisa membuat kita sempurna seperti Putra-Nya. 

Roma 8:28, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan dan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” Jadi Allah tidak menyulap hati, tapi Allah memroses melalui peristiwa hidup. Tapi, ini hanya berlaku bagi mereka yang mengasihi Dia. Jika berbicara tentang mengasihi Allah, hal itu tidak ada intervensi dari pihak manapun; datang dari dalam diri orang itu sendiri. Jangan berpikir Allah memberi hati seseorang bisa mengasih Allah, yang lain tidak diberi hati mengasihi Allah. Jadi, tidak semua orang Kristen akan dimuliakan. Tetapi mereka yang benar-benar mengasihi Allah dan kemudian dibentuk Tuhan, sehingga batiniahnya berkualitas. Makanya kalau hati seseorang jahat, jangankan dimuliakan, masuk anggota masyarakat pun tidak. Ironis, tidak sedikit orang Kristen yang hatinya bengkok, hatinya jahat; senang orang lain itu malu, senang orang lain itu direndahkan, senang orang lain dirugikan. Ini bukan karakter anak-anak Allah. Sebagai anak-anak Allah yang dewasa, kita tidak boleh bereaksi yang membuat orang menjadi lebih jahat atau berdosa.

Tuhan mau batin kita berkualitas tinggi yang bisa membuahkan keinginan-keinginan yang selalu sesuai dengan kehendak Allah.