Skip to content

Berkeberadaan

 

Musuh kita, selain kuasa kegelapan yang jelas kita kenali, tetapi juga yang tidak kita kenali adalah musuh yang ada di dalam diri kita atau boleh dikatakan, diri kita sendiri. Musuh itu adalah manusia lama kita, di mana terdapat kodrat dosa. Manusia lama di mana ada kodrat dosa merupakan musuh yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen. Di dalam firman-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Barangsiapa tidak menyangkal diri dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Dia tidak dapat menjadi murid Yesus. Dia tidak bisa menjadi orang Kristen yang benar. Kalaupun dia beragama Kristen, kekristenannya pasti palsu, gadungan. Dalam hal ini, kita harus mengerti apa maksud Tuhan menjadikan kita umat pilihan.

Tuhan menjadikan kita umat pilihan agar kita menjadi anak-anak Allah yang berkeberadaan sebagai anak-anak Allah, bukan hanya sebutan atau status. Ini sebenarnya yang Allah kehendaki untuk kita miliki. Tidak mungkin seorang bangsawan yang baik, mengangkat seseorang atau mengadopsi seseorang menjadi anak, lalu membiarkan anak itu berkarakter suka-sukanya sendiri. Pasti bangsawan tersebut ingin anak tersebut menjadi anak yang layak masuk menjadi anggota keluarganya. Anak itu harus dilatih untuk menjadi bangsawan, bermartabat bangsawan, berkarakter bangsawan, bersifat bangsawan. Maka orang tua yang mengadopsi anak tersebut berusaha untuk mengubah karakter anak adopsinya itu. 

Demikian pula Allah, Elohim Yahweh, yang mengadopsi kita menjadi anak-anak-Nya, tentu melalui kurban Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dan Juru Selamat kita. Yesus menjadi Juru Selamat dengan kematian-Nya di kayu salib, menanggung dosa kita, menebus dosa kita, membeli kita dengan darah-Nya yang mahal, membenarkan kita, dan membawa kita di hadapan Allah sebagai anak-anak Allah. Tetapi keadaan kita belumlah seperti Yesus. Yesus adalah model prototipe, pattern dari kehidupan anak Allah yang Bapa kehendaki. Allah Bapa menghendaki agar anak-anak yang ditebus oleh darah Putra Tunggal-Nya, sungguh-sungguh berkeberadaan seperti Yesus, Anak-Nya. Dan itu harga mati yang tidak bisa ditawar. 

Harga mati artinya satu hal yang mutlak yang tidak bisa tidak harus dimiliki oleh setiap orang Kristen. Namun, sayang sekali, banyak orang Kristen yang tidak mengerti. Mereka merasa dengan percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka sudah selamat dan diterima sebagai anak oleh Allah. Apa pun dan bagaimanapun, dia tetap pasti nanti mati masuk surga. Ini penyesatan, ini pembodohan, benar-benar sesat. Padahal percaya itu artinya menyerahkan diri kepada objek yang dipercayai. Yang berarti, dia harus hidup di dalam penurutan terhadap kehendak Allah. Ini yang Allah Bapa kehendaki, yang Tuhan benar-benar inginkan.

Tidak bisa diubah, ini mutlak, absolut, bahwa orang yang dipilih Allah menjadi anak-anak-Nya harus sungguh-sungguh menjadi kudus. Seperti yang dikatakan di dalam Efesus 1:3-4, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga.” Berkat rohani di dalam surga adalah kehidupan kekal, kemuliaan bersama Yesus. “Sebab di dalam Yesus Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan …” Jadi sebelum dunia dijadikan pun nama kita sudah tercatat, sudah dikenal untuk menjadi anak-anak Allah. Pemilihan ini adalah hak prerogatif Allah. 

Allah telah menunjuk nama-nama untuk menjadi umat pilihan. Tetapi ini tidak otomatis pasti masuk surga. Sebab ada firman yang jelas mengatakan bahwa Allah bisa menghapus nama. Jadi nama seseorang tercatat sebagai umat pilihan, tidak pasti masuk surga. Dia harus berjuang, itulah yang dikatakan dalam Ibrani 12:1 sebagai “perlombaan yang wajib.” Jadi, tidak ada hal yang wajib dalam hidup ini kecuali satu, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Perlombaan yang wajib, yaitu memiliki iman yang sempurna seperti Yesus. Artinya ketaatan kepada Allah Bapa, kemampuan bertindak, berpikir, berucap selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. 

Selanjutnya dikatakan, “… supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Kita dipilih “supaya” kudus tak bercacat di hadapan-Nya. Jadi ada maksud kenapa kita dipilih. Ini paralel dengan Yohanes 1:12-13, “Yang menerima-Nya diberi kuasa supaya menjadi anak Allah.” Yang menerima Firman, yang menerima Logos. Bukan hanya menerima Yesus secara pengakuan mulut dan di dalam pikiran setuju, tapi menyerap Firman, Firman masuk dalam daging, sehingga berkata, “Hidup yang kuhidupi dalam daging ini, hidup oleh iman.” Hidup oleh iman artinya hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah, yaitu hidup dalam perjuangan mengikuti jejak hidup Yesus.

Efesus 1:5, “Dalam kasih Allah telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Jadi kita dipilih supaya kudus, dan itulah ketetapan Tuhan. Dia menentukan standar untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu bukan sekadar status, melainkan keberadaan.