Harus selalu diingat bahwa manusia yang diciptakan oleh Allah dengan keberadaan segambar dengan Allah, yang juga diharapkan bisa serupa dengan Allah adalah makhluk yang tidak mungkin bisa terpisah dari Penciptanya. Jangankan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk hidup, tidak mungkin bisa hidup tanpa kehadiran Sang Khalik, Sang Pencipta yang memberi kehidupan. Apalagi manusia. Manusia yang memiliki pikiran dan perasaan, memiliki satu kebutuhan yang tidak bisa dijawab oleh makhluk apa pun, benda apa pun, tetapi hanya bisa dijawab oleh Sang Khalik atau Sang Pencipta.
Sebenarnya, manusia dikunci dengan satu keberadaan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Itulah sebabnya ada kehausan dalam jiwa manusia yang tidak bisa dipenuhi oleh apa pun dan siapa pun. Ada kehausan dalam jiwa manusia yang hanya bisa dijawab oleh Tuhan. Dalam percakapan dengan perempuan Samaria di perigi Yakub dekat Kota Sikhar, Tuhan Yesus mengatakan, “Barangsiapa minum air ini …” maksudnya air secara harfiah yang bisa melambangkan dunia “… ia akan haus lagi. Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya, air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya yang terus-menerus memancar, sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 4:13-14).
Dalam pernyataan Tuhan Yesus di kedua ayat tersebut, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa manusia sebenarnya berkeadaan dikunci. Berkeadaan dikunci, di mana manusia tidak akan pernah memiliki jawaban atas kehausan jiwanya, sampai dia bertemu dengan Tuhan. Sampai dia dipenuhi oleh Tuhan. Banyak manusia yang tidak mengerti ini, karena memang manusia telah jatuh dalam dosa, manusia telah menjadi sesat, kehausan jiwanya menjadi sesat. Itulah sebabnya manusia berusaha untuk mencari pemenuhan dari kehausan jiwanya dengan harta, kepuasan fisik—yaitu makan, minum, seks—dan keangkuhan hidup.
Dia berpikir melalui hal-hal itu dia akan mendapat kepuasan. Padahal manusia tidak pernah puas dengan apa yang dapat dia teguk dari apa pun dalam hidup ini, sampai dia bertemu dengan Tuhan. Faktanya, banyak orang yang sudah begitu sesat. Sampai mati, ia tidak pernah mengerti adanya kehausan yang mestinya hanya bisa dijawab oleh Tuhan. Keselamatan dalam Yesus Kristus membuka rahasia kehidupan ini. Maksud Tuhan Yesus memperdamaikan kita dengan Allah bukan hanya sekadar hubungan kita dengan Tuhan dapat diperbaiki. Tetapi maksud yang sebenarnya adalah Tuhan Yesus memberi kita kesempatan untuk dipenuhi oleh Allah. Kehausan kita dijawab oleh Allah.
Namun kita harus mengikuti apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Tuhan Yesus berkata agar kita melepaskan diri dari segala ikatan dunia. Ini bukan bagian Allah, karena ini tanggung jawab kita; kita yang harus melakukannya. Melalui kebenaran Alkitab yang kita pelajari, cara berpikir kita diubah, pemahaman-pemahaman kita mengenai kehidupan terbuka. Itu potensi kita untuk mengambil satu langkah. Langkahnya adalah melepaskan diri dari ikatan dunia. Tuhan Yesus mengatakan di Lukas 14, “Barangsiapa tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tak dapat jadi murid-Ku,” artinya tidak bisa diubah; tidak akan sampai pada level di mana dia menemukan kehausan akan Allah dalam jiwanya.
Tidak sedikit orang Kristen juga mengalami keadaan titik tidak balik. Sampai mati mereka tidak pernah merasakan adanya kehausan akan Allah. Mengapa? Karena tidak menuruti apa yang Tuhan Yesus ajarkan; melepaskan diri dari segala milik. Sejatinya kita sadar bahwa kita terikat harta, uang, hobi, kesenangan, dan berbagai hal. Kita bisa melepaskannya, walaupun tentu perlu perjuangan dan kadang-kadang bertahap, berproses. Tetapi langkah itu harus kita ambil. Mengapa banyak orang Kristen tidak mampu meninggalkan ikatan dengan dunia ini? Karena pengertiannya tentang kebenaran belum cukup. Yohanes 8:31-32 mengatakan, “kalau kamu tetap di dalam Firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku. Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Jangan kita ditipu oleh dunia! Banyak sajian hiburan yang dunia sediakan, lalu manusia mencari jawaban atas kehausan jiwanya. Seandainya mereka mengerti bahwa yang bisa menjawab kehausan jiwanya adalah Tuhan, dan mereka mengarahkan diri mendengar Injil, belajar Injil, pemahamannya mengenai hidup menjadi lengkap, cara berpikirnya diubahkan, maka mereka bisa meninggalkan percintaan dunia. Seiring dengan meninggalkan percintaan dunia, mereka dapat memiliki kehausan akan Allah.
Ayo, kita berkemas-kemas. Kita fokus langit baru bumi baru. Andai sekarang kita sedang dalam keadaan tertekan, tertindas, atau menderita oleh karena sesuatu, bertahanlah. Tentu kita membawa persoalan itu kepada Tuhan dan meminta hikmat kepada Tuhan. Di balik persoalan ini, apa yang Tuhan mau lakukan dan kerjakan harus ditanyakan, sampai kita mendapat jawabannya. Tetapi kalau Tuhan belum menjawab, masalah masih kita alami, kita jalani. Kita akan mendapat kekuatan yang luar biasa dari Tuhan, ketika kita menjadikan Tuhan jawaban dari kehausan jiwa kita.
Manusia dikunci dengan satu keberadaan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa Tuhan.