Tidak ada satu hari pun dimana Tuhan tidak memberi berkat. Setiap hari, Tuhan pasti memberi berkat untuk pemenuhan kebutuhan fisik kita, tapi terutama untuk kebutuhan rohani. Kita pasti telah membuktikan bagaimana Tuhan memelihara dan mencukupi. Walaupun mungkin tidak berlimpah atau tidak selimpah orang lain, tetapi kita sudah bisa melewati dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, sehingga kita ada sebagaimana kita ada hari ini. Asumsi banyak orang percaya tentang berkat Tuhan, selalu dikaitkan dengan berkat jasmani. Tetapi seiring berjalannya waktu, kita mengerti bahwa berkat jasmani Tuhan pasti berikan. Namun, apalah artinya berkat jasmani jika dibanding dengan berkat rohani.
Paulus mengingatkan kita di dalam 2 Korintus 4, “Manusia lahiriah kami semakin merosot.” Itu fakta yang tidak bisa dibantah, “namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Ayat firman Tuhan ini secara implisit hendak menunjukkan kepada kita bahwa ada berkat, baik jasmani maupun rohani, namun yang terutama adalah berkat rohani. Berkat yang membuat manusia batiniah kita dibaharui dari sehari ke sehari. Pernahkah kita menghitung berkat—berkat rohani? Kalau anak dalam masa pertumbuhan, biasanya ditimbang berat badannya. Apabila ia bertambah berat, orangtua menjadi senang. Bagaimana dengan kita, apakah kita menimbang berat kita di hadapan Allah?
Di dalam Kitab Ratapan 3:21 tertulis, “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan. Oleh sebab itu, aku akan berharap. Tak berkesudahan kasih setia Tuhan. Tak habis-habis rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi. Besar kesetiaan-Mu!” Kalau burung pipit, dua ekor seduit—seduit adalah mata uang paling kecil di Israel pada zaman itu—berarti betapa murahnya, tetapi tidak seekor pun jatuh ke tanah di luar kehendak Bapa. Burung pipit saja Allah pelihara. Maka, pasti kita dipelihara lebih dari burung pipit, asal kita bertanggung jawab dan bekerja.
Yang seharusnya kita persoalkan sekarang adalah apakah kita memperhitungkan berkat rohani yang Allah sediakan? Apakah kita serius juga memperhatikan pemenuhan kebutuhan rohani kita? Sebab Tuhan Yesus berkata, “Manusia hidup bukan hanya dari roti, tapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” Ketahuilah bahwa kita bukan hanya memiliki manusia jasmaniah, melainkan juga memiliki manusia rohaniah yang juga harus kita usahakan perawatan dan pertumbuhannya. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Yang secara tidak langsung Tuhan menghendaki agar kita memperhatikan apa yang bernilai kekal, yaitu manusia batiniah kita.
Di ayat yang lain, firman Tuhan berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua akan ditambahkan kepadamu.” Apakah ini berarti orang percaya yang mengenal Allah tidak mencari materi? Mencari, tetapi itu bukanlah sebagai tujuan utama. Ayat selanjutnya menegaskan, “Itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,” artinya mereka terfokus, terproyeksi kepada hal itu. Sedangkan kita, tidak. Karena, kita lebih mengutamakan pemeliharaan rohani dan pertumbuhannya. Kita harus memperhatikan berkat rohani untuk bisa benar-benar berdampak di dalam hidup kita, sehingga mencapai kehidupan sebagai manusia baru di dalam Tuhan.
Manusia baru di dalam Tuhan adalah seorang yang berubah kodrat; yang mengalami perubahan kodrat, sehingga hidupnya mengekspresikan pikiran dan perasaan Allah. Bukan hanya dari orang yang tidak bermoral jadi bermoral; atau dari orang non-Kristen menjadi Kristen; bukan hanya dari orang baik-baik menjadi lebih baik, aktif di gereja, bahkan jadi pendeta. Dan untuk mencapai target ini, Allah bekerja. Karenanya, Roh Kudus diberikan untuk bisa mengubah kita menjadi manusia baru. Masalahnya, apakah kita menyerap berkat rohani yang Allah sediakan?
Paulus mengatakan, “kami memperhatikan yang tidak kelihatan.” Banyak orang memperhatikan apa yang kelihatan. Yang tidak kelihatan, tidak diperhatikan. Banyak orang memperhatikan berkat jasmani, tapi berkat rohani tidak diperhatikan. Banyak orang peduli dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tapi pemenuhan kebutuhan rohani untuk bisa memperbaharui hidup seseorang dari hari ke hari, tidak diperhatikan. Kita akan sangat menyesal kalau terus-menerus ada dalam siklus hidup yang salah seperti ini.
Di dalam 2 Korintus 5:1 dikatakan, “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.” Dan ini pasti dibongkar. Jadi kalau manusia lahiriah kita ini dibongkar, Tuhan memberikan kita manusia baru. Tetapi tubuh kemuliaan itu hanya diberikan kepada orang yang mulia batiniahnya. Tidak mungkin orang yang tidak mulia batiniahnya mendapat tubuh yang mulia. Tidak pantas atau tidak patut. Karenanya, kita mesti memeriksa seberapa kita benar-benar telah memiliki pencapaian-pencapaian dalam kehidupan batiniah kita, bukan fisik kita.
Kita harus memperhatikan berkat rohani untuk bisa benar-benar berdampak di dalam hidup kita, sehingga mencapai kehidupan sebagai manusia baru di dalam Tuhan.