Menyadari bahwa kita hidup di dunia yang semakin jahat dan tidak menentu, akan membangkitkan sikap berjaga-jaga yang benar. Tapi bagaimana kita harus berjaga-jaga dalam hidup? Langkah-langkah apa sebagai sikap berjaga-jaga itu sebenarnya? Langkah pertama, kita harus menyadari bahwa kita ini hidup di dunia yang sudah rusak, sudah jatuh; jadi, jangan mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Walau demikian, kita masih bisa menikmati sukacita dan kebahagiaan di dalam Tuhan. Dengan apa pun, kita bisa merasa bahagia dan cukup. Memang ini bukan hal yang mudah. Mengucapkannya sangat mudah, tetapi melakukannya sangat sulit. Tetapi ini yang harus kita lakukan. Dunia bukan tempat hunian yang nyaman. Dalam hidup ini, yang kita tunggu hanya: pertama, persoalan; pasti ada masalah.
Yang kedua, menyadari adanya sakit-penyakit, pasti ada sakit-penyakit. Dan saat ini banyak di antara kita yang dalam keadaan tegang, cemas, susah, karena orang yang kita kasihi sakit atau kita sendiri yang sakit. Lalu yang ketiga, yang kita tunggu kematian; kematian kita, juga kematian orang-orang di sekitar kita. Makanya harus ingat ini: dunia bukan tempat hunian yang nyaman. Kita hidup di dunia yang sudah jatuh. Oleh sebab itu, kita harus mempersiapkan diri untuk hidup di kehidupan yang Allah telah sediakan di langit baru bumi baru. Untuk itu, kita harus hidup benar. Benar-benar benar, benar-benar suci, benar-benar tidak bercacat, benar-benar tidak bercela. Ironis, banyak orang yang sibuk dengan kehidupan duniawinya. Sementara di lingkungan gereja, para teolog sibuk menalar Allah dalam doktrin dan teologi. Bukan salah. Tetapi hal utama dalam hidup sampai tidak diutamakan, yaitu kesucian hidup. Menyedihkan.
Para pendeta sibuk dalam pelayanan, bagaimana mengembangkan sayap gerejanya dan menegakkan pelayanannya. Di dalamnya, banyak agenda pribadi yang terselubung, dan mereka diliciki oleh dirinya sendiri. Mereka menganggap itu pelayanan, pengabdian kepada Tuhan, tetapi sejatinya itu adalah nafkah, harga diri, prestise hidup mereka, bahkan bisa juga uang. Selanjutnya, mereka akan terjebak dalam urusan-urusan organisasi yang penuh intrik dengan berbagai intrik politik di dalam organisasi. Lalu bagi orang yang memiliki banyak uang, mereka merasa diri sudah melayani dengan membuka gereja, membangun persekutuan, membuat panti jompo, dan membuat kegiatan-kegiatan pelayanan sosial. Bukan tidak boleh, itu agung, mulia. Namun, apakah sudah benar-benar melakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan? Kalau jujur kita melihat, kurang hebat apa organisasi-organisasi dari gereja-gereja yang besar itu? Namun, jadi apa jemaat-jemaatnya? Jadi apa pendeta-pendetanya? Lihat adanya keributan-keributan dalam sinode, kok masih tidak mau mengerti? Kadang-kadang kita hanya bisa diam, bingung, tidak tahu harus buat apa.
Bagi kita yang mau hidup suci, rasanya sudah setengah mati berjuang untuk dapat berkeadaan berkenan di hadapan Allah. Dan itu mustahil dengan kekuatan kita sendiri. Maka, perlu campur tangan Allah. Namun dari pihak manusia, kita harus sungguh-sungguh maksimal berusaha untuk hidup suci. Karena dunia ini bukan tempat kita yang nyaman, Allah menyediakan dunia yang akan datang. Dan sekarang adalah saatnya bagi kita untuk bersiap-siap, agar layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga; harus benar-benar hidup tidak bercacat tidak bercela. Di atas semuanya, kita berjalan dengan Allah dan menikmati damai sejahtera Allah di tengah-tengah segala keadaan. Nanti tiba waktunya dimana masalah datang, usaha berat, bahkan sampai bangkrut, sakit, lalu satu per satu orang yang kita kasihi meninggal dunia. Hidup ini hanya begitu saja.
Namun, jika kita menghayati bahwa dunia memang bukan tempat kita untuk menikmati kebahagiaan, kita akan mengerti bahwa kebahagiaan kita hanya ada di dalam Tuhan. Dan kita memercayai bahwa kehidupan yang sesungguhnya yang Allah sediakan, nanti di langit baru bumi baru. Maka, kita pasti akan berjuang untuk hidup suci, berjuang melayani Tuhan; kita berjaga-jaga. Di tengah pandemi COVID-19, teruji seberapa kita mau memiliki dasar yang kokoh dalam menghadapi segala godaan, cobaan, kesulitan, dan pergumulan. Jangan sombong, jangan banyak bicara! Ayo, kita rendahkan hati kita mencari Tuhan.
Menyadari bahwa kita hidup di dunia yang semakin jahat dan tidak menentu, akan membangkitkan sikap berjaga-jaga yang benar.