Yakobus 4:4, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”
Sekarang pertanyaannya, apakah kesetiaan yang sejati itu? Sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Yakobus 4:4, ternyata kesetiaan yang sejati kepada Kristus adalah hati yang mencintai Tuhan. Tidak ada distorsi, tidak ada penghalang. Sedangkan permusuhan dengan Allah terjadi ketika seseorang mencintai dunia. Masalahnya, banyak orang Kristen merasa itu wajar. Padahal, bukan tidak boleh ini dan itu—namun juga bukan selalu boleh—melainkan segala sesuatu yang kita lakukan, landasannya adalah karena kita mengasihi Tuhan. Kalau tidak, kita menyakiti Tuhan, kita memberontak.
Tetapi kenyataan yang kita lihat hari ini, hampir semua orang merasa berhak punya keinginan, memiliki barang ini dan itu tanpa memedulikan apakah ini didasarkan pada hati yang mengasihi Tuhan atau barang tertentu. Inilah sulitnya, maka dari sejak dulu, murid Yesus ada yang mengundurkan diri dan orang yang mengikut Yesus mulai meninggalkan-Nya. Mereka berkata satu dengan yang lain, “Jika demikian, “siapa yang diselamatkan?” Jadi kalau sekarang kita melihat banyak orang Kristen merasa mudah masuk surga karena percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat masuk surga, itu penyesatan. Sebab orang yang masuk surga adalah orang yang mengasihi Allah.
Tidak mungkin orang yang tidak mengasihi Allah dapat masuk surga. Dan orang yang mengasihi Allah adalah orang-orang yang tidak mencintai dunia, tidak bersahabat dengan dunia. Lalu, apa itu bersahabat dengan dunia? Ketika seseorang merasa bisa dibahagiakan oleh fasilitas dunia ini, dia berkhianat kepada Tuhan. Yesus pun berkata, “Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku.” Ini Kristen yang benar. Mengacu pada prinsip ini, kita jadi berpikir, rasanya kita belum seperti yang Allah kehendaki. Syukur Tuhan masih mengampuni dosa kita, dan memberi kesempatan untuk diubahkan oleh Tuhan. Jadi, ketidaksetiaan adalah ketika kita masih membuka pintu hati untuk menikmati dunia ini. Dan itu yang kita lakukan selama bertahun-tahun tanpa merasa berdosa. Kesenangan ini, kesenangan itu, hobi ini, hobi itu. Mestinya tidak demikian.
Bersyukur melewati banyak masalah hidup, kita mendapatkan kemurahan Tuhan, kita diubahkan menjadi seperti kita hari ini. Salah satu yang membuat kita diubahkan Tuhan adalah ketika kita berani meninggalkan hobi-hobi tertentu yang selama bertahun-tahun mengikat kita. Maka, jika kita punya gairah hidup bukan digerakkan oleh Tuhan, itu pengkhianatan. Dulu kita pikir itu biasa. Ternyata bukan begitu; “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Memang ini seperti mustahil. Tapi kalau suatu hari kita bertemu dengan Tuhan, kita melihat keagungan Tuhan, baru kita tahu bahwa Dia layak disembah.
Kesetiaan yang sejati ditandai dengan tidak bersahabat dengan dunia. Tidak bersahabat dengan dunia ditandai dengan tidak dapat dibahagiakan oleh dunia ini. Yang dapat membahagiakan kita hanya Tuhan. Tidak ada yang lain. Maka, siapa yang menjadikan dirinya sahabat dunia, dia memusuhi Allah. Jadi kita mengerti mengapa ketika Yesus dicobai oleh Iblis, ditunjukkan kepada-Nya kekayaan dunia, Yesus menolak dan berkata, “Kamu harus menyembah Tuhan, Allahmu. Dan hanya kepada Dia saja kamu berbakti.” Hidup ini menjadi asyik, kalau kita sampai pada level ini. Memang bagi orang tertentu kedengarannya berlebihan. Tapi ini standar.
Kesetiaan yang sejati ditandai dengan tidak adanya sesuatu di hati kita, kecuali Tuhan dan Kerajaan-Nya. Waktu kita menghadap Tuhan nanti, kita menghadap dengan cinta yang bulat dan utuh. Tidak ada lagi kesenangan dalam hidup kita. Semua telah kita lepaskan. Makanya, gairah hidup kita hanya Tuhan. Dan ini menjadi kesukaan atau kebahagiaan kita. Jadi, jangan sampai kita didapati tidak setia. Tidak ada keterikatan apa pun di dalam hidup kita. Keterikatan kita hanya dengan Tuhan. Termasuk keterikatan kita dengan masalah hidup yang kita hadapi. Jangan sampai kita terjebak dengan masalah, sampai kita memberhalakan masalah.
Kita harus benar-benar mengarahkan diri ke Tuhan dan menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup ini. Dan Tuhan akan menguji kesetiaan kita dengan memberi kesempatan menikmati dunia, kesenangan, dan dosa. Kita diuji dengan orang-orang yang memfitnah, merusak nama baik kita, membunuh karakter kita. Kesempatan berbuat dosa merupakan kesempatan untuk membuktikan kesetiaan, yaitu jika kita tidak melakukan dosa tersebut. Waktu kita menolak keinginan daging, sakit. Tapi di situ kita menghayati kesetiaan kita kepada Tuhan.
Salah satu yang membuat kita diubahkan Tuhan adalah ketika kita berani melepaskan keterikatan dengan dunia yang selama bertahun-tahun mengikat kita.