Sering kali kita bersikap permisif, kita tidak berani mengatakan dengan tegas bahwa kita kesetanan. Jadi ketika kita berbuat dosa, berbuat kesalahan, Roh Kudus tegur, ingatkan kita, harusnya kita langsung mengakui dosa itu dan menyadari kita kesetanan atau ada dalam penguasaan kuasa gelap. Kita minta ampun, minta kekuatan dari Tuhan, agar kita tidak melakukan dosa yang sama lagi. Firman Tuhan mengatakan dalam 1 Yohanes 3, bahwa orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi. Kita harus berambisi untuk menjadi orang yang tidak berbuat dosa lagi.
Mengapa kita takut berjanji hidup kudus? Ingat, penakut adalah salah satu jenis orang yang tidak akan masuk surga. Penakut adalah orang yang tidak memercayai Allah hidup. Memang, percaya itu perlu waktu, perlu pertumbuhan. Tetapi kita yang harus mengobarkan dan menyalakan terus kerinduan itu, sehingga tidak pernah padam. Kalau kita menyalakan kerinduan itu, begitu kita berbuat salah, sakitnya bukan main. Dan ini yang membuat kita trauma terhadap dosa. Trauma ini akan menciptakan kerinduan kita untuk tidak berbuat dosa. Tetapi kalau seseorang tidak punya komitmen untuk hidup suci, jadi hanya sesekali saja, sesaat insidentil, maka ketika ia berbuat dosa, dia akan merasa nyaman-nyaman saja. Jadi, komitmen itu tergantung kita, bukan tergantung siapa-siapa. Memang tidak mudah, tetapi bisa.
Dalam 1 Yohanes 3 dikatakan, “Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah. Demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” Jadi, tidak ada kompromi. Kalau kita tidak melakukan kebenaran, berarti kita bukan berasal dari Allah. Lalu ayat yang ke-9, “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi, sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia, dan dia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.” Luar biasa. Jadi kita harus sampai pada keadaan di mana kita tidak bisa berbuat dosa lagi. Bahkan kepada orang yang menyakiti kita pun, kita tidak dendam. Tidak berusaha untuk membalas kejahatan dengan kejahatan.
Tuhan berkata 1 Petrus 1:16, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Tidak mungkin Allah perintahkan kita melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Jangan menganggap Tuhan itu kejam, memberi perintah yang tidak bisa kita lakukan. Tuhan semesta alam, Elohim Yahweh, Tuhan kita, Juruselamat kita, Yesus Kristus, tidaklah demikian. Dia memberi perintah yang pasti kita dapat lakukan. Firman Tuhan dalam 2 Korintus 6:17 mengatakan, “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.”
Memang tidak mudah dan Yesus sendiri berkata, “Berjuanglah masuk jalan sempit. Karena banyak orang berusaha masuk, tetapi tidak bisa.” Banyak orang yang memiliki keinginan, tetapi tidak punya perjuangan. Tidak ada perjuangan, tidak bisa. Tuhan pasti tolong kita. Masalah kita akan selesai kalau kita punya tiga hal ini. Yang pertama, hidup suci. Kalau kita merasa ini suatu hal yang berat, benar. Bahkan sejujurnya, menjadi kudus tidak bercela itu mustahil. Kedua, melayani Tuhan, artinya berbuat sesuatu untuk pekerjaan-Nya. Tidak harus ada di dalam aktivitas gereja. Tetapi di mana pun kita berada, kita bisa punya kesempatan untuk melayani Tuhan. Ketiga, diam.
Menjadi sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus, yang targetnya berkenan di hadapan Allah, tidak mudah. Tetapi Tuhan pasti akan menolong kita. Jadi sebelum berakhir hidup ini, kita sudah melakukan kehendak Allah. Jangan sampai kita menutup mata, lalu kita belum melakukan kehendak Allah. Coba, sekarang kita memeriksa hidup kita. Apakah kita memiliki tekad hidup suci yang temporal? Tekad itu harus kita kobarkan terus. Bagaimana Tuhan mau menolong kita, kalau kita tidak menolong diri kita sendiri? Jadi, kitalah yang harus benar-benar menolong diri kita sendiri. Kita yang harus mengobarkan dalam diri kita kerinduan untuk hidup suci, gairah untuk hidup suci, komitmen yang kita perbarui setiap hari.
Ada kebahagiaan yang mengalir pada waktu kita berusaha untuk hidup tidak bercacat tidak bercela. Benar. Tetapi risikonya ada. Ada saja masalah muncul. Mau hidup suci, justru muncul orang-orang yang membuat kita kesal, marah, jengkel. Kita mau hidup suci, justru punya kesempatan banyak untuk korupsi, berzina, dan melakukan banyak dosa lain. Kita bisa heran, mengapa jadi begini? Di situlah kita diajar merobek dosa di dalam diri kita. Sebab, orang Kristen pasti dibawa kepada dua kemungkinan; merobek kesucian hidupnya atau merobek dosa. Kalau orang merobek kesucian hidupnya dengan melakukan dosa, itu kodrat dosanya makin kuat. Tetapi kalau kita terus menjaga kekudusan, artinya kita merobek dosa di dalam diri kita. Jadi, kita harus membangun tekad yang permanen, gairah yang permanen. Kita sendiri yang bisa mengobarkannya atau mematikannya.
Kita harus berambisi untuk menjadi orang yang tidak berbuat dosa lagi.